“Aku ingin
bekerja.”
Aku sedang
berada di rumah, menonton TV di sofa ruang tamu, ketika sebuah pikiran
tiba-tiba terlintas di benakku sembari aku menggumamkannya dengan keras.
“Kerja paruh
waktu?”
Adik
perempuanku, Rie, yang sedang menonton TV di sofa di sampingku, bertanya padaku
dengan penasaran.
TLN: Nama adiknya yang bener itu Rie, bukan Rinke. Jadi, untuk kedepannya, namanya bakal diganti jadi Rie.
“Ah ya, kerja
paruh waktu.”
“Kenapa kakak
tiba-tiba ingin bekerja?”
“Aku tidak
melakukan kegiatan klub, jadi aku punya banyak waktu luang sepulang sekolah.
Aku berpikiran bahwa aku mungkin sebaiknya mencari uang dengan bekerja paruh
waktu.”
Aku dulu
bekerja paruh waktu sebelum aku datang ke dunia ini.
Sudah sekitar
dua bulan sejak aku memasuki dunia manga rom-com “Aku tidak bisa memiliki komedi romantis yang normal karena teman masa
kecilku Ojou-sama menghalangi.”
Dengan
pergantian musim, seragamku telah berubah menjadi seragam musim panas sekarang.
Aku tidak akan
pernah melupakan apa yang telah terjadi dalam dua bulan terakhir ini.
Aku bertemu
Sei Shimada, yang merupakan heroine favoritku di manga dan menembaknya
begitu aku benar-benar bertemu dengannya. Setelah berapa kali bertemu, kami pun
akhirnya pacaran.
Itu adalah situasi
yang benar-benar tidak terpikirkan di duniaku sebelumnya.
Aku begitu
senang hingga aku jadi sedikit takut bahwa ini semua hanyalah mimpi dan aku
akan… terbangun suatu hari nanti.
Yah,
kesampingkan itu, sebelum aku datang ke dunia ini, aku bekerja paruh waktu.
Alasan kenapa
aku bekerja paruh waktu adalah, karena aku ingin mendapatkan uang untuk membeli
pernak-pernik dan hal-hal lainnya tentang Sei-chan. Tentu saja itu untuk
mendukungnya.
Tapi sekarang,
setelah aku memasuki dunia manga dan bahkan berhasil pacaran dengan Sei-chan,
aku bisa memberikan sesembahanku padanya secara langsung.
Aku ingin tahu
apakah ada yang namanya pengeluaran bahagia atau tidak.
Tapi sekarang,
aku tidak punya pekerjaan paruh waktu, aku tidak punya uang sama sekali.
Ada banyak
acara yang akan datang di musim panas, jadi aku ingin menyimpan uang sebelum
itu.
“Uang akan
menjadi suatu keharusan jika aku ingin melanjutkan hubunganku dengan Sei-chan,
kan?”
“Ahh, untuk
Sei-chan toh.”
Adikku, Rie,
sudah bertemu Sei-chan dan tahu bahwa kami adalah sepasang kekasih.
Aku sendiri
agak malu menyebut diriku kekasihnya.
“Ya. Kerja
paruh waktu seperti apa yang harus aku lakukan, ya?”
“Mungkin
pelayan atau pramuniaga?”
Aku bekerja
seperti itu di kehidupanku sebelumnya juga.
“Kurasa aku
akan pergi ke tempat terdekat yang mencari pekerja kafe paruh waktu.”
“Kupikir itu
bagus juga.”
“Kurasa aku
bisa belajar memasak ringan di kafe, lalu aku juga bisa menyajikannya untuk
Rie.”
“Mmm, aku
menantikannya.”
Rie tersenyum
dengan sudut mulutnya sedikit terangkat.
Hnng, adikku sangat imut.
Mau tak mau
aku mengulurkan tangan dan mengusap kepalanya.
“J-Jangan
mengusapku.”
“Aku pasti
akan membuat makanan yang enak, tunggu dan lihat saja!”
Kami
menghabiskan sisa hari di rumah dengan percakapan sepele seperti itu.
***
Keesokan
harinya, saat jam makan siang di sekolah.
Kami berlima
menyatukan meja dan makan di kelas seperti biasa.
“Yuuichi, aku
membuatkanmu bekal lagi hari ini. Hari ini, aku merekomendasikan Hamburger. Ini
seukuran gigitan, tapi tentu saja ini buatan sendiri.”
“Ehh,
benarkah? Itu luar biasa.”
“Ini dia, Ah~n.”
“Yah, aku
selalu bilang begini, tapi ini sangat memalukan, lho.”
“Aku bekerja
keras sepanjang pagi hanya untuk membuatkan ini demimu. Setidaknya berikan aku
hadiah kecil karena melakukan itu.”
“Uuu,
baiklah. Ahhh… Lezatnya.”
“Fufu,
baguslah.”
Yang duduk di
depanku, orang yang dikendalikan oleh seorang perempuan adalah protagonis dari
dunia manga “Ojojama”.
Dan orang yang
memberikan tekanan kuat untuk membuatnya berkata “Ahh” adalah heroine
tipe Ojou-sama, Kaori Tojoin.
Seperti biasa,
Tojoin-san sangat proaktif terhadapnya.
“Shigemoto-kun,
aku juga sudah memasak sedikit, maukah kamu memakannya? Aku membuat telur
dashimaki.”
“Oh, apakah
kamu yakin?”
“Eh… U-Uh…
ya..”
“F-Fujise,
kamu tidak perlu melakukan ini jika kamu malu.”
“A-Aku akan
melakukannya! Aku tidak bisa membiarkan Tojoin-san mengalahkanku!
Katakan ahh~.”
“A-Ahhhh…
Ini juga enak?!”
Heroine
lainnya, Shiho Fujise, duduk di sebelah Yuuichi.
Baik dia dan
Tojoin-san memiliki persaingan memperebutkan Yuuichi dan bersaing demi
cintanya dengan skenario “Ahh-“.
“O-Oh
benarkah?! Syukurlah…”
“Jadi, Fujise
bisa memasak juga, ya?”
“U-Un… Hehe,
aku sudah berlatih akhir-akhir ini.”
Fujise
tersenyum sangat bahagia ketika dia diberitahu bahwa masakannya enak.
Dia awalnya
adalah tipe heroine yang tidak mampu membuat sesuatu yang bisa
dimakan.
Tapi, kami
meminjam rumah Tojoin-san untuk berlatih sebentar, dan dia tumbuh hingga
bisa memasak sebaik orang kebanyakan.
“Shiho, kamu
sudah tumbuh.”
“Sei-ch-…Shimada,
kamu terlihat seperti orang tua yang mengawasi anaknya.”
Dan gadis di
sebelahku yang mengawasi sahabatnya Fujise, adalah pacarku, Sei Shimada.
Karena Sei-chan adalah orang yang bekerja paling
keras untuk mencoba dan memperbaiki keterampilan memasak Fujise yang buruk, dia
pasti senang melihat Fujise akhirnya bisa memasak sesuatu untuk Yuuichi.
Tapi, tadi itu
agak berbahaya sih, karena satu-satunya saat aku diizinkan memanggilnya ‘Sei-chan’
adalah ketika kami hanya berduaan.
“Kudengar dari
Shiho kemarin, bahwa dia akan membuat bento sendiri hari ini.”
“Ahh, bagus
sekali. Padahal hanya beberapa saat yang lalu ketika kita mengawasinya membuat
materi gelap.”
“Kamu
melakukannya dengan baik, ya.”
“Kamu
benar-benar menatapku dengan tatapan bangga layaknya orang tua… Ngomong-ngomong,
kamu membuat bento itu sendiri, kan?”
“Ahh, ya, aku
kurang lebih membuatnya setiap hari.”
Aku melihat
kotak makan siang Sei-chan dan melihat ada beberapa lauk pauk di
dalamnya.
Sei-chan
cukup mahir hingga bisa mengajari Fujise cara memasak yang benar. Jadi, aku
sangat tertarik dengan masakannya.
“Apakah kamu
mau…?”
“Ya, aku mau.”
“Fufu,
kamu sungguh jujur. Yah, kurasa aku bisa menerimanya.”
Aku dan Sei-chan
belum memberi tahu semua orang bahwa kami pacaran.
Itulah
sebabnya Sei-chan menggunakan cara memutar untuk menawariku makanannya,
hanya untuk memastikan tidak ada yang tahu kalau kami pacaran.
“Kalau begitu,
aku akan memberimu makan siangku juga. Tapi, punyaku dibuat oleh Rie.”
“Yah, aku
menantikannya karena aku belum pernah memakan masakan Rie sebelumnya. Bolehkah
aku minta omelet itu?”
“Tentu saja.”
Sei-chan mengambil telur dadar dari kotak
makan siangku.
“Yang mana
yang kamu mau, Hisamura?”
“Kurasa aku
mau yang telur gulung itu.”
“Baiklah, nih ambillah.”
Saat aku
mengulurkan tangan untuk mengambilnya, aku ragu-ragu.
Kuu… Aku ingin dia “Ahh~” padaku
seperti yang mereka lakukan pada Yuuichi.
Aku akan
sangat senang jika Sei-chan melakukannya untukku, tapi sepertinya tidak
mungkin melakukan itu di sini.
Jika dia
melakukan itu, semua orang akan langsung tahu bahwa Sei-chan dan aku
sedang pacaran.
Jika itu
terjadi, tatapan cemburu yang seharusnya ditujukan pada Yuuichi akan langsung
ditujukan padaku.
Sejujurnya,
aku bisa dengan senang hati menerima tatapan mereka, tapi aku tidak bisa
membiarkan mereka mengetahuinya sama sekali. Itu hanya karena Sei-chan
ingin merahasiakan fakta bahwa kami pacaran.
“Hm? Ada
apa?”
Karena aku
tiba-tiba membeku, Sei-chan bertanya padaku dengan penasaran.
“Tidak, bukan
apa-apa, kalau begitu aku akan makan ini.”
Aku
menggerakkan tanganku yang membeku, yang berhenti di tengah-tengah, dan
mengambil telur dadar yang dibuat Sei-chan.
Aku dan Sei-chan
memakan telur dadar kami hampir bersamaan
“MMM!
Lezatnya! Seperti yang diharapkan dari Shimada.”
“Telur
gulungmu juga enak.”
“Aku akan
memberitahu Rie kalau Shimada bilang masakannya enak.”
“Ya, tolong,
katakanlah padanya.”
Setelah itu,
kami lanjut memakan makanan kami.
“Omong-omong.
Hisamura, kenapa kamu membeku sebelumnya?”
“Hmm? Maksudmu
saat aku mengulurkan tangan untuk mengambil omelet tadi.”
“Ya, kamu
tiba-tiba memasang ekspresi yang campur aduk.”
Seperti yang
diharapkan darimu, Sei-chan, kamu bisa melihat ke dalam diriku dalam
waktu secepat itu.
Yuuichi dan
yang lainnya sudah tidak ada lagi dan tidak ada yang memberikan perhatian
khusus pada kami saat ini.
Aku bergerak
sedikit lebih dekat ke arah Sei-chan dan berbicara dengan volume yang
hanya bisa didengar olehnya.
“Sebenarnya,
aku ingin Sei-chan melakukan sesuatu seperti yang dilakukan mereka pada
Yuuichi.”
“Eh…?!”
Kata-kataku
disambut dengan reaksi instan dari Sei-chan dengan pipinya yang merona
merah.
Sei-chan
melihat sekeliling dan kemudian berbicara dengan volume suara yang sama
denganku.
“I-Itu bukan
sesuatu yang bisa kita lakukan di sini.”
“Begitulah,
jadi aku menyerah dan mengambil telur dadar seperti biasa.”
“B-Begitukah…
Y-Yah, baguslah.”
Sei-chan
melihat sekeliling lagi untuk memastikan tidak ada yang melihat dan
mengatakannya dengan volume suara yang lebih kecil lagi.
“Aku akan
melakukannya untukmu saat kita berduaan.”
Saat dia
mengatakan itu, jantungku berhenti berdetak sesaat.
Kuu, kupikir aku akan mati…! Itu gawat
banget!
Itu sungguh
imut dan manis, tapi mau tidak mau aku jadi berpikir bahwa dia mencoba menyiksaku
dengan mengatakan sesuatu yang belum biasa aku dengar seperti itu.
“Kalau gitu,
janji ya, Sei-chan.”
“Y-Ya..
Tentu.”
Sei-chan
memerah padam dan langsung membuang muka setelah itu.
Haah, pacarku, Sei-chan, terlalu
imut!