“… .Apa kamu baik-baik saja, Alya?”
“….”
Di taman umum dekat warung
ramen, Masachika dengan takut-takut bertanya ke Alisa yang sedang duduk di
bangku dengan lesu.
Namun tidak ada tanggapan
darinya.
Sepertinya dia sudah menggunakan
semua tenaganya untuk tampil berani, dan sekarang telah berubah jadi mayat
hidup.
Masachika menggaruk kepalanya
sambil memikirkan apa yang harus dilakukan saat Alisa meletakkan siku di atas
lututnya dan menempelkan dahinya ke kedua tangannya dalam diam, layaknya
seorang filsuf yang sedang melamun.
Tapi tak lama kemudian, dia
perlahan mengangkat kepalanya dan melihat sekeliling dengan mata kosong.
“… .Dimana Yuki-san?”
“Ya, dia bilang ingin membeli
sesuatu dan pergi ke suatu tempat, ingat? Dan dia akan bertemu dengan kita
nanti, katanya.”
“….Begitu, ya.”
Dalam beberapa hal…. Atau lebih
tepatnya, dia memanfaatkan Alisa yang sedang linglung dan pergi ke Animate
untuk berbelanja secara royal. Meski mereka adalah teman dari sesama anggota
OSIS, dia masih belum ingin mengungkapkan hobi otaku-nya pada tahap ini.
“….Apa kamu baik-baik saja?”
“Baik-baik saja apanya?”
“Tidak, maksudku….”
Rupanya, bahkan setelah
kelelahan sejauh ini, dia masih tidak mau mengakui kalau dia telah dikalahkan
oleh kepedasan yang ekstrim. Sebenarnya,
dia berhasil menghabiskan ramen itu dengan kemauan keras, jadi aku tidak bisa
mengatakan kalau dia kalah…. Tidak, aku tidak yakin apa yang dia perjuangkan
sejak awal.
“Ah, umm… apa kamu mau makan es
krim?”
“….Aku mau.”
Ketika Masachika melihat
sekeliling taman, Ia melihat gerobak es krim dan bertanya kepada Alisa tentang
hal itu, lalu Alisa mengangguk dengan kejujuran yang tidak biasa. Keduanya
kemudian membeli es krim dan kembali ke bangku taman. Tapi….
“….”
Masachika menjilat es krim
cokelat yang dibelinya, sambil menatap lekat-lekat es krim Alisa di sebelahnya.
Tidak seperti Masachika yang
memakai cone, milik Alisa memakai
cangkir. Dan yang terpenting, ada vanilla, choco, dan cookies & cream.
Buat
semuanya ~ sangat manis. Teh hijau? Chocomint? Es krim tidak perlu terasa pahit
atau menyegarkan! Tidak, itu bahkan tidak membutuhkan cone !,
katanya, seolah-olah mengatakan itu adalah pilihan yang sangat agresif.
Bahkan penjual es krimnnya
sendiri sedikit terkejut.
“Ini… karena aku habis makan
makanan pedas, oke”
“….Baiklah.”
Melihat tatapan Masachika yang
terkejut dan tercengang, Alisa membuat-buat alasan saat dia memalingkan mukanya
dan terlihat sedikit malu. Masachika mengangguk sambil berpikir, “Yah, tapi meski begitu, kamu tahu”,
untuk dirinya sendiri.
Meski alasannya tidak
diketahui, ada kalanya Alisa berusaha menyembunyikan fakta bahwa dia menyukai
makanan manis.
Mungkin dia berpikir kalau itu
tidak sesuai dengan karakternya.
(Ada
kalanya dia mengatakan sesuatu seperti, gula untuk otak dan energi untuk tubuh
sambil menenggak sup kacang merah yang manis, apa gunanya mencoba
menyembunyikannya sekarang)
Meski begitu, Masachika tidak
akan berusaha keras untuk mengungkap apa yang ingin disembunyikan orang
tersebut. Meski sudah keliatan jelas, jika orang yang dimaksud tetap berusaha
menyembunyikannya, Ia yakin kalau itu patut dihormati.
(Ya
ampun, sungguh kepribadian yang kolot)
Keras kepala dan sok tegar
sampai di menit-menit terakhir.
Bagi Masachika, sosok Alisa
yang terus bekerja keras sendirian, berusaha sungguh-sungguh menjadikan dirinya
sebagai diri-ideal yang diinginkannya, sangatlah mempesona dan pada saat yang
sama, terlihat menawan.
Saat melihat Alisa berusaha
keras sendirian, membuatnya tanpa sadar ingin membantunya. Masacghika ingin
membantunya supaya kerja kerasnya bermanfaat.
Apa itu karena kesombongan
ingin melindungi, atau apakah itu tidak lebih dari sekedar bentuk penghiburan
untuk menghibur ayahnya yang dulu dan dirinya sendiri. Bahkan Masaschika
sendiri tidak yakin akan hal itu.
(bagaimanapun
juga, itu semua hanyalah motif yang tidak berharga)
Sambil mengejek dirinya sendiri
seperti ini, Masachika tiba-tiba menjadi penasaran tentang sesuatu.
“Alya, boleh aku menanyakan
sesuatu?.”
“Apa?”
“Kenapa kamu ingin menjadi
ketua OSIS?”
“Karena aku menginginkannya.
Jika ada tempat yang lebih tinggi, aku akan mengincarnya. Memangnya aku perlu
alasan lain untuk itu? ”
Jawaban yang dikembalikan
sangat sederhana sehingga sulit untuk menilai apakah itu termasuk jawaban atau
tidak.
Namun, Masachika memahami
dengan jelas bahwa itu adalah perasaan Alisa yang sebenarnya.
Orangnya sendiri mungkin juga
tidak tahu alasan pastinya. Tapi, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak
mengincarnya.
Jika ada tempat yang lebih
tinggi, mau tidak mau dia akan mengincarnya. Seperti itulah sifat dari gadis
yang bernama Alisa Mikhailovna Kujou.
(Ya,
dia benar-benar luar biasa. Aku sangat iri padanya)
Masachika berpikir begitu dari
lubuk hatinya. Betapa mempesonanya seseorang yang bersikeras untuk berupaya
keras, berusaha mengejar menjadi diri idealnya.
Betapa mulia dan berharganya
sosok dirinya, yang terus berlari sendiri, tanpa bergantung pada orang lain.
Masachika melihatnya dengan jelas
di Alisa, pancaran jiwa yang hanya bisa dipancarkan oleh mereka yang menjalani
hidup sepenuhnya dengan kebanggaan.
Yuki dan Touya juga membawa
pancaran yang sama. Tapi, Alisa terlihat lebih kuat dari keduanya, sekaligus
juga lebih rapuh.
“Jika kamu akan mencalonkan
diri sebagai ketua OSIS…. Apa sudah ada calon wakil ketuanya? ”
Menanggapi pertanyaan
Masachika, mata Alisa bergetar sesaat…. dia menoleh ke depan seolah-olah malu
pada dirinya sendiri dan menjawab dengan ekspresi tegas.
“Belum ada. Tapi, ini tidak terlalu
menjadi masalah. Masalah sepele seperti wakil presiden, itu tidak perlu ”
“Tidak, sampai bilang tidak
perlu..…. Selama ada aturan untuk mencalonkan diri secara berpasangan, jabatan
wakil ketua masih diperlukan. ”
“Tidak jadi masalah selama nama
wakil presiden tertulis di kertas, ‘kan? Aku akan menemukan seseorang untuk
mengemban peran itu untukku secara acak.”
Kata-kata tersebut membuat
Masachika merasa sangat kesepian. Ini dia. Inilah mengapa Alisa tampak rapuh
dan tak berdaya.
Tidak bergantung pada orang
lain. Tidak mengharapkan apapun dari orang lain. Tidak mencari pengakuan atau
pujian dari orang lain, hanya mencoba yang terbaik untuk mengejar hasil yang
dia impikan.
Tidak, mungkin justru karena dia
berpikir semuanya demi kepuasan dirinya sendiri sehingga mempercayai kalau dia
seharusnya tidak bergantung pada orang lain.
Masachika tidak bisa membiarkan
Alisa yang seperti itu.
Itu karena Ia tahu batasan dari
apa yang bisa dilakukan satu orang. Dan karena Ia tahu kesedihan, rasa sakit,
dan kehampaan yang dirasakan seseorang ketika usaha mereka tidak membuahkan
hasil.
(Upaya
seseorang …. harus dihargai. Manusia yang benar-benar mengerahkan semua upaya
mereka harus meraih hasil yang mereka
inginkan)
Justru karena keyakinan inilah
Masaschika mampu banyak membantu Alisa hingga sekarang.
Ia bahkan mencoba meredakan
kejudesan Alisa dengan melibatkan orang-orang di sekitarnya, mengajaknya
bekerja sama dengan orang-orang di sekitarnya, dan berinisiatif memanggilnya
dengan nama panggilannya.
Tapi mengingat kepribadian gadis
ini, tampaknya hal itu tidak terlalu berpengaruh.
“….Begitu, ya.”
“….”
Alisa tidak mengatakan apapun.
Tanpa menunjukkan emosi apa pun, dia diam-diam menyantap es krimnya lagi.
Apa itu .. Imajinasi Masachika
saja bahwa Ia merasakan keheningan sebagai semacam daya tarik diam-diam.
Kemarin saat mereka berpisah, kata-kata yang hendak diucapkan Alisa ialah….
Pada saat itu, seakan
menegaskan dugaan Masachika, Alisa yang telah menghabiskan es krimnya bergumam.
【Aku
mau melakukannya bersama denganmu….】
Alisa menghentikan mulutnya di
sana, seolah-olah dia takut untuk mengatakan apa-apa lagi, bahkan dalam bahasa
Rusia. Namun, bagi Masachika itu saja sudah lebih dari cukup.
“Tapi aku….”
Ia tidak memiliki pancaran jiwa
yang dimiliki Alisa, Yuki dan Touya.
Baik inisiatif untuk menetapkan
tujuan sendiri, maupun semangat untuk terus melangkah maju.
Selalu menyerahkan tujuannya
kepada orang lain. Selalu mengandalkan passion
orang lain.
Bahkan di masa lalu, ketika
Masachika dalam masa-masa paling cemerlang, tidak ada yang berubah.
“Jadilah
pewaris yang layak untuk Keluarga Suou”, tujuan seperti itu diberikan
kepadanya oleh ibu dan kakeknya
Semangat untuk mencapai tujuan
itu diberikan oleh ibunya kepada dirinya. Ia tidak membuat keputusan itu
sendiri.
Hanya melakukannya demi
mendapatkan pengakuan ibunya, untuk mendapatkan pujian dari gadis itu.
Hanya berjalan di atas rel yang
diberikan kepadanya oleh orang lain, dengan bahan bakar yang diberikan oleh
orang lain.
Dan sekarang, Ia telah
kehilangan dua-duanya, tidak bergerak kemana-mana, hanya berkutat di satu
tempat.
(Aku
…… aku tidak layak)
Masachika merasa .. bersyukur
bahwa perkataan Alisa keceplosan dalam bahasa Rusia. Jika .. bahkan jika itu
dikatakan dalam bahasa Jepang… Masachika tetap .. tidak punya pilihan selain
memilih diam saja.
Dan di sana, seolah-olah ingin
mengubah suasana, Alisa meninggikan suaranya.
“Kuze-kun, apa kamu ada urusan
atau keperluan lain?”
“Hmm? Tidak, Tidak ada sama
sekali.”
“Bagaimana dengan Yuki-san?”
“Hmm ~~… Yah, kita bisa bertemu
dengannya nanti.”
“Hmm, kalau begitu bagaimana
kalau kamu ikut menemaniku berbelanja.”
“Belanja kamu bilang… Kalau
tidak salah kamu ke sini ingin membeli pakaian, ‘kan?”
“Benar sekali?”
“Tidak, apa maksudmu dengan ‘benar sekali’ … Sesuatu seperti cowok
yang menemani seorang gadis memilih pakaian, menurutku ini adalah peristiwa
yang tidak akan terjadi tanpa keintiman yang cukup, ‘kan?”
“Apakah begitu?”
Saat melihat Alisa memiringkan
kepalanya, Masachika tiba-tiba menyadari sesuatu.
(Rupanya
begitu…. Alya tidak punya teman yang cukup dekat dengannya sehingga dia bisa
berbelanja pakaian bersama, jadi dia tidak mengerti makna dibalik situasinya,
ya …… !!)
Masachika, yang matanya tanpa
sadar menjadi panas karena terlalu mengasihaninya, tiba-tiba menggigit gigi
gerahamnya dan menunjukkan ekspresi yang agak penuh dengan kasih sayang.
“Tidak…. Kurasa tidak juga. Baiklah,
aku akan pergi bersamamu.”
Alisa mengerutkan kening
terhadap sikap Masachika yang tiba-tiba berubah menjadi baik.
“Apa yang salah? Sikapmu
mendadak baik seperti itu.”
“Yah, bagaimanapun juga kita
berteman. Yeah.”
“Tapi entah kenapa aku masih
belum mengerti?”
“Jangan khawatir tentang itu.”
Setelah membujuk Alisa yang masih
tampak ragu-ragu, Masachika kembali ke gedung mall.
Mereka berjalan menuju ke
lantai tempat toko pakaian & aksesori berkumpul, dan berjalan-jalan secara
acak.
Di sisi lain, Alisa sempat
salah paham dengan Masachika yang mendadak jadi baik hati.
(Jangan bilang…. Ia pikir aku tidak bisa
menjadi ketua OSIS? Dan itu sebabnya Ia tiba-tiba menjadi baik? Cih, Jangan
mengejekku seenaknya!)
Dia mengertakkan giginya saat
Masachika benar-benar bertindak seolah-olah Ia adalah orang tua yang menghibur
anak kecil atau semacamnya.
Sudah dari dulu Alisa tidak
tahan dengan sikap Masachika yang begini, seolah-olah Ia sedang mengawasinya
dari atas. Namun, menentangnya secara langsung sekarang adalah apa yang akan
dilakukan seorang anak kecil.
(Sesuatu… asal ada sesuatu .. Aku ingin
membalasnya. Aku ingin mencabik-cabik sikapnya ituuuu!)
Grrrrr, dia
mengerang dalam hati sambil memeras otaknya…. dan kebetulan .. teringat
kejadian yang terjadi di pagi hari tadi.
(Kalau sudah begini, aku akan menunjukkan
kepadamu peragaan busana kekuatan penuhku yang akan membuatmu tersipu dan
klepek-klepek!)
Di bawah tekad yang tidak dapat
dipahami yang lahir dari kesalahpahaman dan sepenuhnya menuju ke arah berbeda,
Alisa memasuki toko yang menarik minatnya, dan mengambil berbagai baju di toko
lalu masuk ke ruang ganti.
“Kalau begitu, aku akan
mencobanya sekarang. Beritahu aku pendapatmu, oke. ”
“Tentu.”
Dia membiarkan Masachika
menunggu di depan ruang ganti, menarik tirai dan memeriksa pakaian dengan
cermat.
(Pertama-tama … yang ini)
Hal pertama yang dia ambil dari
pakaian yang dibawanya adalah gaun model one-piece
putih murni khas musim panas.
(Jika yang ini, pasti tidak akan gagal.
Dan Masha bilang kalau anak cowok sangat
menyukai sesuatu seperti ini!)
Berbeda dengan tekadnya yang
menantang, dia tidak menyadari bahwa dia bermain aman dan memilih pakaian
sesuai dengan informasi kakak perempuannya—
yang otaknya dipenuhi dengan shoujo manga— yang dia sendiri tidak yakin apa
itu akurat atau tidak.
Dan kemudian, saat meraih kancing
di blusnya untuk berganti…. Alisa tiba-tiba menghentikan tangannya.
(… .Tunggu sebentar? Bukannya .. suaraku
yang sedang ganti baju akan terdengar di luar?)
Saat ini, satu-satunya hal yang
memisahkan dirinya dan Masachika di luar hanyalah sehelai tirai. Apalagi ada
sedikit celah di bagian bawah. Begitu dia menyadarinya, rasa malu segera
menyelimuti Alisa.
“Kuze-kun! Menjauhlah sedikit!
”
Tidak dapat menahannya, dia
memanggil dari sisi lain tirai dan, “Yeee
~”, suara yang tidak termotivasi membalasnya bersama dengan suara
langkah kaki yang terdengar berjalan menjauh.
Merasa sedikit lega setelah
mendengarnya…. Alisa menjadi tidak sabar karena suara langkah kaki menjauh
lebih jelas dari yang dia duga.
(Eh? Jika aku bisa mendengar suara
langkah kaki di kejauhan … suara gemerisik pakaian juga bisa terdengar, ya?)
Entah bagaimana dia merasa
seperti sedang melakukan sesuatu yang sangat memalukan, dan mulai tidak bisa
tenang. Dia merasa mulai mengerti apa yang Masachika katakan sebelumnya, “Sesuatu seperti cowok yang menemani
seorang gadis memilih pakaian, seharusnya punya hubungan yang cukup intim
~~”, tapi sekarang sudah terlambat.
(Tidak, tidak apa-apa. Ada musik yang
diputar di dalam toko …. Suara yang datang dari sini harusnya segera teredam
… )
Alisa merasa sangat malu
sampai-sampai membuatnya ingin melarikan diri, tapi harga dirinya tidak
mengizinkannya.
Dia dengan tegas menekan rasa
malunya dan mulai melepas bajunya dengan penuh tekad.
Mencoba untuk tidak terlalu
memikirkan keberadaan Masachika yang ada di luar, Alisa dengan cepat mengganti
pakaiannya dan tahu kalau itu tidak ada artinya, dia mendengarkan dengan cermat
untuk melihat sekilas apa yang terjadi di luar.
(Sepertinya … oke)
Yakin bahwa tidak ada reaksi
tertentu, sekali lagi dia berpaling ke depan cermin.
Di sisi lain, orang yang sedang
dikhawatirkannya, sedang menahan tatapan dari para wanita yang lebih tua di
sekitarnya, berkata, “Oh, pasangan
pelajar? Aku ingin tahu apa Ia sedang menunggu pacarnya. Imutnya~ ”, dan
tatapan hangat dari para wanita yang lebih tua bertemu dengan ekspresi kosong,“
ini adalah situasi yang umum dalam komedi
cinta…. ”, Dan Masachika mencoba untuk melarikan diri dari kenyataan.
Ia tidak menyadari sesuatu
seperti suara gemerisik pakaian, jadi kekhawatiran Alisa tidak perlu.
Meski mungkin mengecewakan bagi
Alisa, Masachika lebih memperhatikan tatapan dari orang-orang di sekitarnya
ketimbang suara Alisa yang berganti pakaian.
(Ya, ini terlihat bagus untukku bahkan jika
aku mengatakannya sendiri. Kerja bagus, diriku)
Dia memuji dirinya sendiri
sambil berpose di depan cermin,. Kemudian, ketika hendak membuka tirai untuk
memastikan kemenangannya (meskipun tidak yakin kapan itu menjadi sebuah
kontes), tiba-tiba dia merasa tidak nyaman.
(Bagaimana jika .. Ia sama sekali tidak
menanggapi? Bagaimana jika Ia cuma bilang “Ooh ~ bukannya itu bagus?”
menanggapi dengan acuh tak acuh sambil memainkan smartphone-nya? … ..Jika itu
benar-benar terjadi aku mungkin menangis. Memikirkannya saja sudah membuat
hatiku sakit.)
(Fu, fuun! Jika Ia beneran melakukannya,
aku akan menamparnya dengan sekuat tenaga !!)
Namun, Alisa mengerahkan
semangat juangnya dan menahan rasa takutnya. Dia kemudian membuka tirai dengan
kuat.
“Bagaimana menurutmu?”
Dengan tangan di pinggul dan
memiringkan bahunya, Alisa yang berpose seperti model profesional memandang
Masachika dengan tatapan menantang.
Faktanya, kombinasi dari tubuh
dan kecantikannya yang luar biasa membuatnya terlihat sangat cantik menawan.
Untuk beberapa alasan, wanita
yang lebih tua di dalam toko mengeluarkan suara kekaguman ketika mereka
menatapnya.
(Ini pasti sesuatu yang disukai para cowok !!)
Sambil berteriak kuat di dalam
hatinya, Masachika mengayunkan tinjunya ke atas meja imajinernya. Ternyata,
informasi Masha kali ini benar.
Namun, menampakkan kegembiraan
di wajahnya di sini pasti akan menjadi apa yang diinginkan Alisa. Ia akan kalah
jika bersikap malu-malu pada saat-saat seperti ini; Masachika sangat menyadari
hal itu.
(Itulah sebabnya aku tidak akan bertahan, melainkan akan menyerang!)
“Ya, baju itu terlihat bagus
untukmu. Kulit putih mulus Alya sangat serasi dengan gaun putih bersih.
Kerapian dan sifat femininmu lebih ditonjolkan, dan kamu terlihat 10 kali lipat
lebih imut dari biasanya.”
“U..eh? Begitu…ya…?”
Alisa langsung dibuat tersipu
karena serangan balik Masachika. Dipuji secara blak-blakan membuatnya merasa
agak gelisah.
“Kalau begitu, aku akan mencoba
yang berikutnya….”
Setelah bergumam seperti itu,
Alisa menarik kembali tirai itu seakan-akan ingin melarikan diri.
Tirai tersebut lalu menghalangi
mata mereka…. segera setelah itu, Alisa dan Masachika, mereka berdua berjongkok
secara bersamaan di dalam dan di luar tirai.
(Eh? Eh? Apa? Eeeh? Entah kenapa aku
dipuji-puji terus!)
(Malu bangeettt! Ini keterlaluan! Kamu melakukannya dengan baik
mengatakan semua itu tanpa tertawa, diriku! Ini buruk. Mengucapkan kalimat seperti itu secara langsung ternyata sangat
memalukan! Gadis itu, bagaimana dia bisa melakukan ini sepanjang waktu. Yah,
dia bisa karena mengira tidak ada yang mengerti bahasa Rusia!)
Bahkan tidak memiliki
kelonggaran untuk memikirkan tatapan menyenangkan para wanita yang lebih tua
dari sekitarnya, Masachika memegangi kepalanya, menahan rasa malu. Tepat di
dekatnya, Alisa juga memegangi pipinya dengan kedua tangan, menahan rasa malu.
(Eh? Tunggu, eeh? Mu-Mustahil, Ia bilang
aku imut … imut, katanya !! ~~~~! Aah! Ya ampun!)
Tetap saja, karena tidak bisa
menahan perasaan malu yang bergejolak, dia berulang kali menghantam lantai
ruang ganti dan buru-buru berhenti setelah mendengar suara yang lebih keras
dari yang diharapkan.
Alisa berdehem tanpa alasan,
dia lalu berbalik dan melihat pantulan senyumnya yang melebar di cermin. Dia
kemudian tanpa sadar menekan dahinya ke cermin dengan suara gedebuk.
Menekan dan menggesekkan
dahinya ke cermin, rasa sakit dan sensasi dingin memaksa dirinya untuk
mendapatkan kembali ketenangannya.
(Fuu ~~~…. Tidak apa-apa. Kalau dipikir-pikir,
bukannya sudah wajar kalau Ia mengatakan sesuatu yang sudah jelas. Ya, Kuze-kun
tak disangka adalah seseorang yang mampu memuji gadis, begitu ya. Aku terkesan)
Sementara secara misterius
memberikan evaluasi dengan sikap merendahkan, dia menyibak rambutnya ke
belakang dengan fwoosh, dan kesan “terbiasa” muncul di benaknya.
(Ia sudah terbiasa memuji gadis? Tapi
kepada siapa?)
Tidak perlu berpikir jauh-jauh.
Ini .. mengenai Masachika yang memuji gadis. Lalu, siapa yang biasa Ia puji,
Alisa jadi penasaran. Hanya ada satu nama yang muncul di benaknya.
(Memuji .. Yuki-san….?)
Tiba-tiba kepalanya seakan
terbanjur air dingin. Beberapa saat yang lalu, dia melihatnya. Pemandangan
mereka berdua yang riang gembira mengobrol dan bercanda muncul di benaknya, dan
perasaan gundah menyebar di dada Alisa.
“….”
Perlahan-lahan menjauhkan diri
dari cermin, Alisa mengalihkan perhatiannya ke baju yang dibawanya. Dan dari
antara baju yang dibawanya, Alisa perlahan-lahan mengeluarkan jeans dan kaos, dan mulai
berganti lagi.
Kombinasi itu, terutama pilihan
kaos hitam gaya cowok dengan sesuatu yang tertulis dalam bahasa Inggris di
atasnya, dia memiliki firasat bahwa itu adalah sesuatu yang dia lakukan secara
sadar, tetapi itu cuma imajinasinya.
Jika Alisa bilang kalau dia
tidak punya niat terselubung, maka biarlah begitu.
“Mengenai baju ini, bagaimana
menurutmu?”
Alisa membuka tirai dengan
ekspresi penuh percaya diri seolah berkata, tidak perlu merasa malu, oke?
Namun, seperti yang diharapkan,
Masachika bukannya tidak peka sampai tidak bisa menebak apa-apa dengan melihat
baju ini. Tapi Ia tidak terlalu bijaksana untuk dengan sengaja menunjukkannya.
Bisa dibilang kalau Masachika bukannya tidak takut.
“Kali ini kamu terlihat jauh
lebih keren. Wajah Alya lebih condong ke tipe cantik daripada tipe imut, jadi menurutku kamu akan
terlihat bagus dengan model baju begitu juga, tahu? Dan saat kamu mengenakan jeans,
bukan rok, itu juga menonjolkan gayamu.”
“Hm, Hmmmm ~. Kamu pikir
begitu? Makasih.”
Kali ini, Alisa menerima pujian
kedua tanpa masalah. Bahkan tidak berusaha menyembunyikan senyumnya, dia bahkan
menunjukkan wajah tersenyum yang tidak biasa dan berterima kasih pada Masachika.
“Baiklah, selanjutnya.”
“Kaay ~”
Karena itu, Alisa benar-benar
melupakan tujuan awalnya untuk membuat Masachika tersipu malu dan mulai
benar-benar menikmati peragaan busana.
Dia berganti pakaian satu demi
satu, bahkan berpose di depan cermin dan menunjukkannya kepada Masachika. Sedangkan
Masachika, di sisi lain, memanfaatkan sepenuhnya ucapan
pujian-menaklukkan-gadis yang sudah Ia pelajari di dunia 2D untuk memujinya.
Lambat laun, urat malu
Masachika sudah lenyap entah kemana, sementara suasana hati Alisa semakin lama
semakin senang.
Seperti dugaan Masachika, Alisa
tidak punya teman untuk berbelanja pakaian, dan kakak perempuannya, yang
kadang-kadang pergi berbelanja pakaian dengannya, akan selalu berkata “Alya-chan sangat imut ~” tidak peduli
apa yang dia kenakan. Itulah sebabnya, ini pertama kalinya Alisa dipuji dengan
cara yang spesifik.
(Berikutnya ~~ mmm ~~ ♪ berikutnya, yang ini saja ~~ ♪)
Benar-benar dalam suasana hati
yang baik, dia bersenandung di dalam hatinya saat memilih-milih pakaian.
Jika Yuki ada di sini, dia
pasti akan mengatakan sesuatu seperti, “Gampangan
sekali”, tapi orang tersebut tidak menyadarinya.
Kemudian, dalam suasana hati
yang ceria dia berpikir dalam hati, “Aku
tak berpikir akan memakai ini, tapi yah, tak ada salahnya untuk berjaga-jaga”,
sambil mengulurkan tangannya untuk mengambil pakaian yang dibawanya.
(Ini tidak terlalu berani …. ‘kan? Tapi
jika itu Kuze-kun, aku yakin Ia akan memujiku)
Baju yang dia pilih adalah baju
tipe kamisol dengan bahu terbuka dan rok mini. Tipe baju yang terlalu terbuka,
terutama di bagian rok mini. Saat Alisa, yang awalnya memiliki kaki panjang,
memakainya, itu menjadi keadaan yang membuatnya ingin berkata “Hmm? Di atas lutut? Bukannya ini lebih
seperti di bawah selangkangan? ”. (TN : Search di google bagaimana gambaran
baju kamisol, lu bakalan kaget pas ngeliatnya :v)
Jika Alisa yang biasanya, dia tak
akan pernah memakainya dan jika dia memang ingin mencobanya, dia pasti takkan
pernah menunjukkannya kepada lawan jenis. Tapi, Alisa yang sekarang benar-benar
terlena oleh pujian Masachika. Jadi dia mengabaikan beberapa akal sehat yang tersisa dan membuka tirai.
Ya, dia bahkan tidak menyadari
kalau keberadaan di sisi lain tirai telah meningkat menjadi dua orang.
“Bagaimana pendapatmu
tentang….”
Alisa mencondongkan tubuh
bagian atasnya ke depan, dan memutuskan untuk mengedipkan mata sambil
meletakkan jari telunjuk kanannya ke pipinya…. Saat itu, Alisa memperhatikan
Yuki yang berdiri di samping Masachika.
Tatapan mata mereka langsung
bertemu, dan Alisa membeku dengan satu mata tertutup.
Di sisi lain, sambil memegangi
kantong kertas yang berisi barang-barang otaku di tangannya, Yuki melihat ke
arah Alisa dan mengedipkan matanya, dan….
“Fyuu fyuu, Alya-san berani sekaliiii.”
“….Benar.”
Yuki bersiul dengan ekspresi
menggoda dan Masachika memalingkan mukanya dengan ekspresi yang tak
terlukiskan.
Setelah melihat keduanya, perasaan
berbunga-bunga Alisa langsung kembali tenang.
Darah mengalir keluar darinya,
dan segera setelah itu naik ke wajahnya dengan semburan.
“….Aku rasa begitu.”
Dengan pipi memerah dan ekspresi
kaku, Alisa dengan lembut menutup tirai dan dia diam-diam berjongkok di tempat.
【….Aku
ingin menghilang】
Dia kemudian menegaskan kembali
penampilannya saat ini di cermin dan bergumam dengan suara yang terdengar
seperti akan menghilang.
“Alya-san, dia bilang apa tadi?”
“… .Aku ingin menghilang, katanya”
“Fuh, dasar gadis yang polos,
yaaaa.”
Namun, bahkan gumaman bahasa
Rusianya masih terdengar ke sepasang saudara kandung yang ada di luar.
◇◇◇◇
Setelah itu, Alisa, yang
benar-benar berubah menjadi pendiam, membeli dua pakaian yang sudah dia coba di
dalam, dan pulang bersama Masachika dan Yuki.
Suasana hatinya masih belum
pulih bahkan setelah naik kereta. Mungkin karena pertimbangan untuk Alisa
seperti itu, Masachika dan Yuki memainkan smartphone mereka tanpa berbicara
apa-apa.
“Sampai jumpa hari Senin, Alya.”
“Hari ini sangat menyenangkan. Kapan-kapan,
ayo pergi bersama lagi, oke? ”
“Ya, sampai jumpa.”
Tak lama kemudian, Masachika
dan Yuki turun dari kereta duluan. Setelah Alisa melihat sosok mereka yang
menghilang di stasiun, tubuhnya langsung lemas di kursi kereta.
【Tak
bisa dipercaya….】
Mengingat kebodohan mengekspos (menurut standar Alisa) dirinya tadi,
dia merasa ingin mencari lubang dan bersembunyi di dalamnya.
【Dengan
.. rok pendek .. Aku benar-benar tampil seperti gadis yang vulgar…】
Dia membenamkan wajahnya pada
kantong kertas di pangkuannya, dan untuk beberapa saat, Alisa dilanda oleh rasa
malu dan penyesalan tapi kemudian… dia tiba-tiba menyadari sesuatu yang aneh.
“….Hah?”
Ya, ada yang aneh. Kenapa
mereka berdua, barusan, turun di stasiun kereta api yang sama? Alisa dibuat
penasaran.
Rumah Masachika dan Yuki seharusnya
berjarak tiga stasiun. Bila dipikirkan secara normal, mereka seharusnya tidak
turun di stasiun yang sama.
“… .Eh? Eh? ”
(Artinya, cuma ada satu hal yang perlu
dipertimbangkan. Mereka berdua masih belum berniat pulang. Tidak, bagaimana
jika, mereka berencana mengunjungi salah satu rumah dari mereka… ..?)
“Eeh—–?”
Faktanya, dugaannya tepat
sasaran. Yuki tidak bisa membawa barang-barang berbau otaku ke rumahnya di
kediaman Suou, jadi dia berencana menikmati rampasan perang di rumah Kuze.
Namun, keadaan semacam itu sama
sekali tidak diketahui Alisa.
“Seperti yang kuduga, hubungan
mereka berdua memang….?”
Keraguan muncul di dalam
dadanya, tapi entah bagaimana dia berhasil menekannya.
(Tidak. Mungkin, masih ada toko lain yang
ingin mereka kunjungi)
Setelah meyakinkan dirinya
sendiri tentang ini…. tiba-tiba dia teringat sesuatu, dan Alisa mengeluarkan
ponselnya.
(Apa yang dia katakan lagi, … aku pikir
itu, kaos kering?)
Usai mengetik di kolom
pencarian sembari mengandalkan ingatannya, Alisa membuka lebar matanya pada
gambar yang ditampilkan pada layar smarphone-nya.
“Apa– !?”
Jeritan anehnya mendadak
menarik perhatian penumpang lain yang ada di sekitarnya, tapi Alisa tidak punya
waktu untuk mempedulikan hal itu.
Karena dia terlalu terkejut
dengan gambar yang ditampilkan. Sepertinya gambar yang ditampilkan merupakan
potongan adegan dari manga shoujo.
Sepasang muda-mudi sedang duduk
di atas ranjang, mereka saling berhadapan. Gadis itu mengenakan kaos kebesaran dan
tersenyum malu-malu, dan cowok itu…. Sedang telanjang dada.
(Ap-Ap-Ap-Ap-Apa artinya ini !?)
Perasaan gundah yang dia tekan
dengan paksa langsung mencuat dari dadanya, dan menembus langit-langit.
(Eh? Eeeh? Eeeeeeh—- !?)
Alisa sedang menatap gambar
yang menggambar suasana cabul dengan terheran-heran. Si cowok dan gadis dalam
gambar itu diubah menjadi Masachika dan Yuki di dalam kepalanya, dan dia
buru-buru menyangkalnya.
(Apa yang sebenarnya terjadi ~~~~~~!?!)
Alisa menderita karena keraguan
yang tak terjawab di atas kereta yang terus melaju perlahan.