DOWNLOAD NOVEL PDF BAHASA INDONESIA HANYA DI Novel Batch

Roshi-dere Vol.2 Chapter 02 Bahasa Indonesia

Bola adalah Musuh, Titik!

Roshi-dere Vol.2 Chapter 02 Bahasa Indonesia

Catatan : Chapter ini terjemahan langsung dari raw JP, mohon kritik
dan saran dari para pembaca sekalian jika ada kalimat aneh/ambigu/rancu.

==================================================

[Sudut Pandang Alisa]

“Selamat pagi~”

“Yo~”

“Dengerin deh, drama yang
kemarin…..”

“Ah….emang yang kemarin lagi
bagus banget, sih”

Di dalam ruang kelas yang ramai
dengan obrolan dan sapaan teman-teman sekelasnya, Alisa seperti biasa membuka
buku pelajarannya dan bersiap-siap untuk pelajaran yang akan segera dimulai.

Akan tetapi, tatapannya selalu
melirik ke tempat yang sama berkali-kali dan kalau dilihat baik-baik, jelas
sekali kalau dia tidak bisa fokus pada buku pelajarannya.

Cuma ada satu alasan mengapa
murid teladan dan rajin seperti Alisa, tidak bisa berkosentrasi. Alasan
tersebut akan segera diketahui.

Garara!

“!!!”

Setiap kali pintu kelas
terbuka, perhatiannya akan selalu tertuju ke sana. Dan kemudian, tatapannya
akan melirik sekilas ke kursi yang ada di sebelahnya sebelum berbalik ke
mejanya sendiri. Intinya, seperti itulah yang terjadi.

(Untuk apa aku mengkhawatirkannya……palingan, Ia bakalan muncul dengan
wajah mengantuknya yang biasa. Jadi tidak ada yang perlu kukhawatirkan)

Alisa menggumamkan itu pada
dirinya sendiri sembari memain-mainkan rambutnya yang tergerai di bahu. Dia
sudah mengulangi perilaku tersebut sejak tiba di sekolah.

Menyadari tingkah anehnya
sendiri, dia menghela napas panjang dan menenangkan perasaannya.

(Aku perlu bertingkah seperti biasa saja….ya, tinggal bertingkah
seperti biasa saja)

Saat Alisa memutuskan kalau dia
tidak peduli lagi dan berusaha fokus pada buku pelajarannya…..lagi-lagi, ada
suara pintu kelas terbuka.

Tapi Alisa tidak menoleh ke
arah pintu kelas lagi. Karena dia sekarang sedang fokus pada buku pelajaran
yang ada di depannya. Begitu dia sudah berkonsentrasi, sulit baginya untuk
diganggu…

“Ah, Masachika. Yo~”

“Yo, pagi”

“…!!!”

Atau, begitulah seharusnya.
Tapi hari ini konsentrasinya langsung buyar. Tubuhnya tersentak kaget, tapi dia
tetap membalik halaman buku pelajaran seolah-olah tidak ada yang
terjadi…..namun halaman yang dia balik terlalu jauh dan bukan materi pelajaran
untuk hari ini.

“Selamat pagi, Alya”

“Ara, selamat pagi juga.
Kuze-kun”

Kemudian, Masachika menyapanya
duluan dan Alisa baru menoleh ke arahnya seolah-baru baru menyadari keberadaan
Masachika.

Dia berusaha bersikap tenang
dan memasang ekspresi santai saat hendak mengatakan “Kemarin? Oh, apa ada
sesuatu yang terjadi?”. Akan tetapi, saat melirik ke arah wajah Masachika…

“Apa itu buat persiapan?”

“Eh, I-Iya…”

….Entah kenapa, Masachika
memasang senyum tipis di wajahnya.

(Eh? Eh? Apa-apaan ekspresi itu?)

Alisa terkejut dengan ekspresi
Masachika yang selama ini belum pernah dia lihat.

“Hm?? Apa ada yang salah?”

“Eh… bukan apa-apa”

“Benarkah?”

Alisa secara refleks
menyembunyikan kekagetannya, Masachika sendiri tidak bertanya lebih jauh dan
mulai mengobrol dengan Hikaru yang berada di kursi depannya.

Dia mengintip ke arah
sampingnya sambil berpura-pura sedang mempersiapkan pelajaran.

(Kuze-kun……entah kenapa terlihat kurang sehat?)

Itulah kesan yang dia dapatkan
saat melihat Masachika mengobrol dengan Hikaru. Topik dari obrolan mereka hanya
berisi hal-hal sepele, tapi suasana yang Ia pancarkan terasa berbeda. Mau tidak
mau dia jadi sedikit penasaran dan sempat berpikir kalau Ia terlihat keren…..

(Duh, Apa sih yang aku pikirkan!)

Tiba-tiba, pemandangan dari
perjalanan pulang kemarin kembali terlintas di benaknya dan Alisa buru-buru
berusaha untuk melupakannya.

(……betul, palingan Ia cuma kurang tidur lagi)

Ia
cuma kurang tidur, itulah sebabnya Ia keliatan kurang sehat. Alisa
meyakinkan dirinya sendiri dengan kemungkinan itu, tapi saat jam pelajaran
dimulai….

(Kurang tidur….)

Masachika mengikuti pelajaran
lebih serius tanpa menguap maupun tertidur. Tidak ada barang yang ketinggalan
dan saat jam istirahat, Ia terlihat tidak perlu buru-buru untuk menyelesaikan
tugas.

Tempo Alisa benar-benar
diganggu oleh Masachika.

Alisa berpikir bahwa setelah
selang satu hari, Ia akan berubah jadi Masachika yang tak punya motivasi. Jika
Ia sampai menunjukkan sikap serius begitu, mau tak mau Alisa jadi mengingat
peristiwa yang terjadi kemarin.

『Aku
takkan meninggalkanmu sendirian lagi. Mulai sekarang, aku akan berada di sisimu
untuk mendukungmu』

Perkataan Masachika dan
ekspresi yang Ia tunjukkan saat itu mulai terlintas lagi di ingatannya dan
membuat pipi Alisa memerah.

(Apa mungkin Ia serius….. mencoba mengubah perilakunya hanya demi diriku?)

Saat pemikiran tersebut muncul,
Alisa cepat-cepat menggelengkan kepalanya dengan perasaan malu yang muncul.

******

“Kujou-san? Apa ada yang
salah?”

“Eh? Ah, maaf. Bukan apa-apa”

Pada jam pelajaran ke empat di
pelajaran olahraga. Selama pertandingan bola voli, Alisa tiba-tiba
menggelengkan kepalanya dan teman sekelasnya menatapnya dengan tatapan curiga,
Seakan-akan ingin lepas dari tatapan mereka, Alisa memukul bola yang melayang
dan mengarahkannya ke belakang posisi lawan dengan pukulan keras.

Sebagai gadis bertubuh tinggi
dan atletis, Alisa mendominasi permainan bola voli.

Meski di tim lawan ada anggota
dari klub bola voli, tapi mereka tak bisa mengimbangi kemampuan Alisa. Atau
lebih tepatnya, mereka tak bisa berkutik sama sekali.

Namun, terlepas dari kesuksesannya
yang menakjubkan baik dalam menyerang maupun bertahan, Alisa sedang tidak mood
untuk bermain. Tanpa disadari, tatapannya langsung mengarah ke tempat
cowok-cowok yang sedang melakukan permainan lain di sisi lain aula olahraga.

(Kuze-kun…..Apa Ia baik-baik saja?)

Alisa mengkhawatirkan Masachika
yang sejak pagi terlihat lemas dan kurang sehat.

Jam pelajaran olahraga
dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, jadi sekarang ada jaring pemisah yang
digantung di tengah-tengah aula olahraga dan permainan bola diadakan secara
terpisah sesuai jenis kelamin.

Meski titik penglihatan Alisa
adalah 1,5 dengan mata telanjang, mana mungkin dia bisa tahu posisi Masachika
melalui jaring halus dari jarak yang cukup jauh begini.

Atau begitulah seharusnya, tapi
entah kenapa Alisa bisa langsung mengetahui posisi Masachika…..Jika ditanya
kenapa bisa langsung tahu, alasannya sudah sangat jelas, tapi setidaknya Alisa
masih belum menyadarinya.

“Ah…”

Pada saat itu, servis yang
dilakukan rekan setim-nya mengenai langsung bagian belakang kepala Masachika.
Ia terhuyung-huyung dan terjatuh. Cowok yang melakukan servis tadi bergegas
menghampiri untuk memeriksa keadaannya.

“Kujou-san!”

“!!!”

Pada saat yang sama, ada
seseorang yang memanggil namanya dari belakang, dan umpan bola dilemparkan dari
teman setimnya.

Dengan keadaan setengah-sadar,
dia mengejar arah bola dan mencoba untuk memukul bola ke area lawan….pada saat
yang bersamaan, Alisa melihat bahwa anggota klub voli dari tim lawan sedang
melompat untuk memblokir pukulannya, jadi dia mengubah rencananya. Dia lalu
mendorong ringan bola ke wilayah tim lawan.

Karena di dorong ringan, bola
itu melewati bagian atas blok lawan dan jatuh ke permukaan lapangan. Tak
berselang lama, suara sorak-sorai terdengar dari sekitarnya dan peluit dari
guru olahraga yang menjadi wasit, berbunyi dengan nyaring.

“Permainan selesai! Pemenangnya
adalah Tim B!”

Alisa menanggapi sorakan teman
setimnya yang mendekat, lalu menyisakan ruang untuk pertandingan berikutnya.
Saat berjalan ke pinggir lapangan, Alisa menyadari kalau Masachika sudah tidak
ada. Rupanya, Ia keluar dari aula olahraga.

“Apa kalian sudah siap?
Baiklah, pertandingan dimulai!”

Pertandingan selanjutnya
dimulai sesuai aba-aba peluit, dan perhatian banyak orang tertuju pada
pertandingan tersebut.

“…..”

Di antara mereka, Alisa tidak
tahu apa yang harus dia lakukan untuk sementara waktu……jadi, dia diam-diam
menyelinap keluar dari aula olahraga.

◇◇◇◇

[Sudut Pandang Masachika]

“Itulah sebabnya kalau “bola adalah teman” cuma omong kosong
belaka”

Masachika menggerutu sambil
mengelus-elus bagian belakang kepalanya saat duduk di tangga luar aula
olahraga.

Meski Ia punya kemampuan
atletik yang lumayan, tapi Masachika selalu payah dalam olahraga yang
berhubungan dengan bola.

Intinya, Ia selalu tidak cocok
dengan bola. Jauh dari menjadi teman, bola tersebut seolah-olah punya dendam
kesumat pada Masachika.

Misalnya saja saat Ia bermain
bisbol, Ia terus-menerus mendapat bola mati.

Atau setiap kali bermain
basket, jari-jarinya selalu keseleo. Pada masa SD, Masachika sampai menorehkan
kisah legenda saat bermain dodgeball.
Wajahnya selalu menjadi sasaran bola sampai lima kali berturut-turut
seakan-akan bola itu punya fungsi pelacakan target dan langsung dibawa ke ruang
UKS karena wajahnya yang bonyok.

Tapi Ia sangat bisa diandalkan
sebagai penjaga gawang dalam permainan sepak bola, karena bola selalu mengarah
ke badannya. Namun, Masachika sendiri tidak terlalu senang, karena setiap kali
tim lawan melakukan tembakan, Ia selalu merasa kesakitan.

“Haa…”

Ia menghela napas panjang
meratapi nasibnya. Pada saat yang sama, perut Masachika mengeluarkan suara
keroncongan.

“Aku lapar….”

Benar, itulah alasan utama
kenapa Masachika terlihat kurang sehat sejak pagi.

Meski Alisa mengkhawatirkan apa
yang terjadi padanya, tapi nyatanya bukan ada sesuatu yang terjadi. Masachika
cuma kelaparan karena Ia melewatkan sarapan setelah berinteraksi dengan Yuki,
yang mana hal itu menghabiskan seluruh tenaganya.

Ditambah lagi, alasan kenapa Ia
tidak tertidur selama jam pelajaran ialah karena kemarin Masachika tidur lebih
cepat ketimbang melakukan sesi review anime. Sedangkan alasan kenapa Ia tidak
melupakan barang-barangnya ialah karena pelayan yang menjemput Yuki (yang entah kenapa bisa mengetahui jadwal
pelajaran Masachika) sudah mempersiapkan segalanya.

Jadi intinya, semua kejadian
tadi pagi cuma kesalahpahaman Alisa saja yang berpikir terlalu berlebihan……tapi
keadaan semacam itu mana mungkin bisa diketahuinya.

“Kuze-kun, apa kamu baik-baik
saja?”

“Hmm?”

Masachika mendongak ke atas
saat mendengar seseorang memanggilnya.

“Eh, Alya? Ada apa sampai
datang kemari?”

“Aku ke sini karena kupikir
kamu terluka…”

“Ah, kamu melihat kejadian
tadi, ya……tidak, aku tidak terluka atau semacamnya, kok…”

Masachika yang menyadari kalau
kejadian tadi sangat tidak keren, hanya mengangkat pundaknya dengan penuh rasa
malu. Seraya duduk di sebelah Masachika, Alisa memasang ekspresi khawatir dan
penuh perhatian padanya.

“Kamu beneran baik-baik saja?
Yakin tidak mau ke UKS?”

“Seriusan, aku baik-baik saja,
oke. Aku ke sini karena di dalam aula olahraga terlalu panas. Aku akan kembali
setelah selesai beristirahat sebentar.”

“…begitu ya. Permisi”

“Eh, ohh….?”

Tiba-tiba tangan Alisa terulur
ke wajahnya dan Masachika secara refleks mundur ke belakang. Lalu poni
rambutnya disibak dan sensasi tangan yang dingin menyentuh keningnya.

Sensasi dingin di keningnya
terasa sejuk bagi badannya yang panas. Di hadapan Masachika yang langsung menyipitkan
matanya, Alisa, yang juga menempatkan tangan lainnya ke keningnya sendiri untuk
mengukur perbedaan suhu, menarik kembali tangannya setelah beberapa detik
sembari mengerutkan alisnya.

“Ini, aku tidak terlalu
memahami perbedaannya.”

“Ma-Masa….?”

Alisa mengangkat bahu dan duduk
sembari merangkul kakinya. Dalam menanggapi kekhawatiran Alisa, Masachika
justru….

(E-cup….seriusan?)

Memikirkan sesuatu yang bejat.
Terlebih lagi Ia menatap dengan intens gunung kembar yang ditekan oleh kaki
putih mulus Alisa.

Masachika jadi teringat
perkataan Yuki kemarin malam. Dari dulu Ia selalu berpikir kalau ukuran dada
Alisa memang cukup besar di antara gadis-gadis sekelas lainnya. Tapi informasi
mengenai ukuran dada yang dilontarkan adiknya terlalu merangsang bagi cowok SMA
yang masih dalam tahap pubertas.

(Tidak, tunggu dulu….. kalau itu masih
perkiraan,  berarti ada kemungkinan kalau
ukurannya lebih dari itu!?)

Masachika langsung beralih ke
mode berpikir cowok puber. Menurut salah satu teori, nafsu makan dan libido
mempunyai keterkaitan satu sama lain, mungkin itulah yang menjadi penyebabnya.

Tanpa menyadari pikiran
terselubung Masachika, Alisa mencoba memperbaiki poni rambutnya, lalu melepas
ikatan rambut yang ada di belakang kepalanya. Dia  memegangi karet rambut dengan mulutnya dan
mulai mengikat rambutnya lagi.

Tengkuk mulus Alisa terpampang
jelas di hadapan mata Masachika dan ketiak putihnya mengintip melalui lengan
baju olahraganya.

(Ap-Apaaa ———!? Nunjukin ketek!?? Kamprett, kamu
sengaja melakukannya, iya ‘kan! Pasti sengaja melakukannya, ‘kan!?)

Mana mungkin dia sengaja
melakukannya. Lagian, Alisa mana mungkin mengetahui konsep “nunjukin ketek”[1]. Masachika sendiri sangat memahami hal ini.

Tapi itulah sebabnya, karena
Alisa melakukannya tanpa sadar….dampak dari pemandangan itu sangat fatal bagi
Masachika.

Masachika menelan ludahnya
dengan susah payah. Ujung lengan bajunya bergoyang seiring gerakan Alisa saat
mengikat rambutnya ke belakang, memperlihatkan batas antara ketek dan dadanya
yang bisa terlihat sekilas.

(Yuki…..inilah yang aku maksud!!)

Masachika jadi semakin yakin
kalau chirarizumu merupakan puncak
dari keerotisan. Kemudian Alisa selesai mengikat rambutnya, menurunkan
lengannya dan menggelengkan kepalanya.

“….Apa?”

“Ah, bukan apa-apa….”

Alisa mengangkat alisnya karena
menyadari tatapan Masachika. Pandangan Masachika mengarah ke sana-kemari karena
tak bisa menemukan kata yang tepat.

Alisa memandang Masachika
dengan sedikit curiga, tapi dia tidak bertanya lebih jauh dan berdiri sembari
menunjukkan ekspresi kalau dia baru kepikiran sesuatu.

“Untuk sekarang, lebih baik
kalau kamu minum air dulu”

“Ehh, Ah, Iya…”

Meski di dalam hati Ia berpikir
“Bukannya aku kena sengatan panas atau
lagi dehidrasi, oke?”  Tapi karena
Alisa selalu bersikap baik padanya, Masachika mengikuti usulannya dengan
perasaan bersalah.

Mereka berdua kemudian berjalan
menyusuri area aula olahraga dan menuju ke area cuci tangan yang terletak di
antara halaman sekolah dan aula olahraga. Sesampainya di tempat, Masachika
memutar ujung keran ke atas dan menyalakan airnya. , Masachika meneguk air yang
keluar dari keran karena tenggorokannya mendadak merasa haus.

Rupanya, tubuhnya kehilangan
banyak air dari yang Ia duga.

(Mungkin, penilaian Alya ada benarnya)

Sambil berpikir begitu,
Masachika menutup keran air, menyeka mulut dengan lengannya dan dengan santai
menoleh ke sampingnya…

(Oh…)

Ia
terkesima saat melihat pemandangan Alisa yang meminum air di sebelahnya.

Tidak
seperti Masachika, cara Alisa meminum air seolah-olah dia menyeruputnya dari cangkir.
Mata birunya yang terpejam dihiasi oleh bulu mata lentik. Cara dia menyisir
rambut perak halus ke belakang telinganya juga terlihat sangat seksi.

Ditambah
lagi, kulit putih mulus yang sedikit berkeringat dan tonjolan bukit kembar saat
Alisa membungkuk itu terlalu merangsang bagi kejantanan Masachika. Hal tersebut
membuatnya merasa pusing dalam artian berbeda karena rasa pening itu bukan dari
perutnya yang keroncongan maupun suhu yang panas.

“Fyuh….”

Alisa
yang sudah puas membasahi tenggorokannya, mulai mematikan air keran dan bangkit.
Lalu, saat dia mendengar gemericik air dari sebelahnya dan hendak menoleh….

“……”

“Eh,
Tunggu dulu, Kuze-kun!?”

Di
sana, Masachika sedang membasahi kepalanya dengan air yang mengalir dari keran.

Setelah
beberapa detik, Masachika menarik kepalanya keluar dari bawah keran dan memeras
sisa air dari dari rambutnya dengan menyisirnya dari belakang kepalanya.

“Ap-Apa
yang sedang kamu lakukan?”

“Yah,
Aku cuma lagi….(secara fisik)
mendinginkan kepalaku.”

Masachika
mengatakan itu dengan tatapan suram selagi air masih menetes dari rambut dan
dagunya. Dalam suasana aneh itu, Alisa cuma bisa mengangguk dan membalas
“Be-Begitu ya…”

“Ara
ara~, kamu kenapa Kuze-kun? Lagi mencoba jadi cowok tampan yang basah karena
air?”

Pada
saat itulah Ia mendengar suara yang akrab. Masachika yang terkejut hendak
menengok ke sumber suara itu…….namun Ia cepat-cepat mengarahkan tatapannya ke
atas langit.

“Halo
Masha-san. Aku cuma sedang mendinginkan kepalaku, jadi tidak usah khawatir”

Di
sana terdapat Maria dalam balutan baju olahraganya, sepertinya dia ada jam
pelajaran olahraga di halaman sekolah. Sambil menyeka wajahnya dengan handuk
putih yang tergantung di leher, dia memiringkan kepalanya ke arah Masachika
yang memalingkan muka darinya.

“Ada
apa? Memangnya di atas ada sesuatu?” Tanya Masha.

“Tidak
ada apa-apa. Sepertinya langitnya berawan, ya.” Masachika membalas sambil masih
mendongak ke atas.

“Iya,
benar juga”

“Kenapa
kamu membicarakan sesuatu yang sudah jelas begitu…”

Alisa
melontarkan komentar bernada kaget, tapi dia tetap ikut mendongak ke atas meski
sudah mengatakan itu. Karena ada kakaknya yang masih sama bertingkah seperti
biasanya.

(Baju olahraga…..memang ajib bener, ya)

Aku jadi mengerti kenapa pas jam pelajaran
olahraga, cewek dan cowok harus dipisahkan berdasarkan jenis kelamin. Yah jika
ada pemandangan ajib seperti ini di dekat mereka, cowok SMA yang sehat tidak
bisa fokus pada pelajaran.

Masachika
memikirkan hal semacam itu sambil melihat ke atas langit dengan pandangan mata
yang jauh.

“Kamu
sampai basah kuyup begitu…..apa kamu bawa sesuatu untuk dilap?”

“Kalau
itu sih, tidak ada. Yah, kurasa aku cuma perlu menunggunya sampai kering secara
alami…”

Dalam
keadaan linglung, Ia menjawab pertanyaan Maria dengan santai. Karena masih
bengong, jadi balasannya agak terlambat.

“Kalau
begitu~, coba tundukkan kepalamu~”

“Eh?
Apa uwaahh!”

Tanpa
disadari, Maria sudah mendekatinya sampai dijarak dimana Masachika bisa
merasakan nafasnya. Setelah secara refleks menundukkan wajahnya, sehelai handuk
langsung diletakkan di atas kepalanya dan menggosok-gosok rambutnya.

(Ap-Apa-Apaan ini! Aku tidak pernah
melihat event semacam ini!?)

Masachika
benar-benar kebingungan dengan perkembangan tak terduga karena kepalanya dielus
pakai handuk oleh Senpai yang cantik.

Akan
tetapi, meski pikirannya sedang dilanda kebingungan, tapi instingnya selalu
jujur. Tatapan Masachika langsung tertuju pada badan montok Maria yang sangat
menggambarkan aura “Onee-san” melalui
celah handuk yang menggosok kepalanya.

“Baiklah,
sudah selesai~”

“O-Ohh”

Entah
dia menyadari tatapan Masachika atau melakukannya tanpa sengaja, Maria juga
mengelap wajah Masachika menggunakan handuk yang tergulung dan mengangguk puas.

“Bagaimana?
Apa sudah merasa segar?”

“Eh,
iya sudah….dan entah kenapa rasanya kayak diperlakukan seperti anjing”

“Ara~
seperti anjing Akita?”

“Tidak,
aku tidak terlalu tahu dengan jenis anjing …..aku minta maaf, karena menjadi
anjing nakal yang tidak jinak.”

“Hmm?
Anjing yang nakal juga punya keimutan tersendiri, loh?”

“Hahaha…”

Masachika
jadi merasa makin bersalah saat mendengar ucapan Senpai-nya yang mengomentari
seuatu yang salah tempat. Ia merasa bersalah karena sudah memandang Senpai yang
baik seperti dirinya dengan tatapan cabul.

Lalu
pada saat itu, lengan Masachika ditarik ke belakang dan secara bersamaan, suara
bernada sedikit tinggi bisa terdengar.

“Hora,
Ayo kembali ke aula olahraga, Kuze-kun. Masha juga, bukannya kamu harus kembali
ke pelajaran olahragamu sendiri?”

“Ehh~
padahal Onee-chan baru datang ke sini, loh?”

“Yah
itu sih terserah kamu. Kalau begitu, kami mau kembali ke aula olahraga dulu.”

“Baiklah~.
Sampai jumpa lagi sepulang sekolah, ya~”

“Ah
iya. Sampai jumpa lagi. Terima kasih buat handuknya tadi.”

Masachika
berterima kasih ke Maria yang melambaikan tangannya sambil tersenyum ceria, dan
Ia kembali ke dalam aula olahraga dengan tangannya ditarik oleh Alisa.

(Aaah~ ini sih tentang itu, ya. Aku akan
dimarahi dengan kalimat “dasar mesum” atau “menjijikan”)

Seraya
tangannya ditarik, Masachika sudah menguatkan hatinya mendapat tatapan sinis
dari Alisa. Bahkan faktanya, Ia merasa sadar diri kalau Ia melihat Maria dengan
tatapan mesum, jadi Ia tak bisa membantah jika dimarahi begitu.

Seakan-akan
mengetahui prediksinya, Alisa mendadak berhenti sebelum memasuki aula olahraga
dan menoleh ke arah Masachika.

“Jadi….apa
kamu sudah baik-baik saja?”

“Eh?”

“Kepalamu
terbentur sama bola, ‘kan. Apa kamu sudah mendinginkannya dengan benar?”

“……Ahhh
jadi tentang itu ya!”

Pada
saat itulah Masachika menyadarinya. Tak disangka
Alisa salah paham kalau aku membasahi kepalaku demi mendinginkan area yang kena
benturan bola.

(Kamu pasti bercanda ‘kan? Tak kusangka
malah jadi salah paham begini!!)

Masachika
merasa tidak enakan dalam banyak artian kepada Alisa yang menatapnya dengan
tatapan tajam tapi masih mengkhawatirkannya. Ia tidak berani menatap langsung
kea rah Alisa, Jadi Ia menjawab dengan tatapan melirik kesana-kemari.

“Aaa~sudah
mendingan kok. bukannya kepalaku ada benjolan atau semacamnya.”

“….kamu
yakin?”

“Seriusan,
aku beneran baik-baik saja, kok.”

Masachika
mencoba yang terbaik untuk menjaga jarak dari Alisa yang mencoba untuk
menyentuh dan memeriksa keadaannya.

(Kenapa? Tumben-tumbennya dia bersikap
baik padaku!! Apa lagi masa dere-nya? Seriusan lagi masa dere-nya[2]!?)

Pada
saat yang sama ketika Alisa menunjukkan perilaku lembut yang tidak pernah dia
tunjukkan sebelumnya, membuat Masachika kembali teringat kejadian acara penembakan
kemarin (?) dan ciuman pipi (?) tapi Ia langsung buru-buru melupakannya.

(Tidak, ini sih, tapi tetap saja .…. apa
perlu aku bertanya langsung pada orangnya?)

Masachika
memberanikan diri untuk bertanya sembari masih menjaga jarak dari Alisa.

“Ah
~ Alya-san? Entah kenapa, hari ini kamu tumben-tumbennya lagi baik banget?”

Saat
Masachika menanyakan itu, alis Alisa berkedut seraya berhenti bergerak.

(Gimana!? Dengan begini, Alya pasti akan
kembali seperti biasa dan mengatakan sesuatu seperti “Bukan apa-apa, aku cuma
sedikit khawatir aja”!! Bahkan bila ada sesuatu yang salah, mana mungkin dia
akan mengatakan “Habisnya, aku…..sama kamu~~”!!)

Di
hadapan Masachika yang tengah gugup dan berusaha mati-matian menelan ludah,
Alisa mengerutkan alisnya dan mengalihkan pandangannya. Dia lalu membalas
sembari memilin-milin ujung rambutnya.

“Habisnya,
sejak pagi kamu sepertinya tidak enak badan…aku cuma sedikit khawatir mengenai
apa yang sedang terjadi.”

“Hmm?
Aaahh, jadi begitu rupanya~…”

Pada
saat itulah Masachika langsung memahami semuanya. Secara bersamaan, Ia tahu
tindakan macam apa yang harus Ia lakukan selanjutnya.

“Begitu
ya….jadi kamu menyadarinya, ya…”

“Apa,
ada sesuatu yang terjadi?”

“Yah,
sebenarnya….”

Ketika
Alisa menurunkan alisnya sembari menunjukkan kecemasannya, Masachika meletakkan
tangannya di bagian keningnya dan memasang ekspresi serius yang tidak berguna,
lalu mengatakan sesuatu seolah-olah Ia membuat pengakuan serius.

“Aku
sedang lapar….jadi aku tidak punya tenaga untuk dikerahkan.”

“….hah?”

“Perutku
lagi kelaparan….jadi aku tidak punya tenaga untuk dikerahkan, itulah yang ingin
kuberitahukan padamu!!”

Segera
setelah membuat pernyataan seperti itu, perut Masachika yang kembung berisi
air, mengeluarkan suara keras.

Usai
mendengar suara itu, Alisa yang sebelumnya masih kebingungan, mulai menyadari
mengenai apa yang sebenarnya terjadi, dan dia mengerutkan alisnya. Semua
peristiwa yang terjadi sejak kemarin malam kembali terlintas di benaknya, dan
pipinya berubah memerah karena rasa marah dan malu..

“Hee
begitu ya….jadi saat kupikir kamu sedang rajin mengikuti jam pelajaran dengan
serius….nyatanya kamu tidak bisa tidur karena terlalu lapar….?”

Alisa
merasa malu pada dirinya sendiri karena sempat berpikir “Apa Ia berubah rajin demi diriku!?”, lalu dia bertanya dengan nada
yang berusaha menahan amarahnya. Menanggapi pertanyaan itu, Masachika
memiringkan kepalanya dengan ekspresi yang membuat Alisa bener-benar merasa
kesal padanya.

“Tidak
juga, itu karena kemarin aku tidur nyenyak denga normal.”

“….Hmm,
hee.”

Begitu rupanya, jadi kamu bisa tidur nyenyak, ya.

Sedangkan aku tidak bisa tidur karena terus-menerus memikirkan
kejadian saat perjalanan pulang kemarin. Cowok pemalas dan tak pernah serius
ini tidak mempedulikan semua itu, dan justru bisa tidur nyenyak. Jadi begitu
rupanya….

Masachika
tersenyum dan memberitahu kepada Alisa, yang ekspresinya keliatan merah padam
dan tubuh gemetaran karena menahan amarah dan rasa malunya.

“Yah,
dengerin aku dulu, Alya. Tuhan pernah berfirman.”

“Apa?
Jangan bilang kalau kamu ingin mengatakan 『Sayangilah
antar sesamamu』?”

“Tidak,
kok? Tuhan[3] berfirman….『Jika pipi kananmu kena tampar, maka tunjukkan
juga pipi kirimu』”

Masahika
mengucapkan kalimat itu dengan senyum cerah dan langsung memamerkan pipi
kirinya. Alisa segera mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.

“Kamu
punya nyali juga, ya!”

“Terima
kasih banyak!!”

Alisa
menampar pipi kirinya tanpa ampun dan untuk beberapa alasan, Masachika
terpental dengan reaksi berlebihan sambil berterima kasih padanya.

“Aaa,
mouu!! Cepetan kembali ke aula olahraga!?”

Kemudian
Alisa mendengus dan menghentakkan kakinya dengan kesal sambil berjalan menjauh,
meninggalkan Masachika yang terjatuh di belakangnya.

(Jahat!! Benar-benar terburuk! Sudah kuduga, mana mungkin aku
menyukai orang seperti dirinya!!)

Alisa
kembali ke dalam aula olahraga, dan semakin yakin kalau kemarin dia cuma
terbawa suasana saja. Masachika yang berdiri dengan tenang seraya melihat
punggungnya yang semakin menjauh.

(Syukurlah, Alya masih bertingkah seperti
biasa)

Masachika
diam-diam mengelus dadanya dan berpikiran begitu.

◇◇◇◇

“Ah,
Alya-san? Maukah kamu ikut bersamaku ke ruang OSIS?”

Sepulang
sekolah, saat Masachika memanggilnya dengan sopan, Alisa menatap tajam ke
arahnya dan mengangguk. Alisa, yang tampaknya masih merasa kesal pada
Masachika, mulai berdiri membawa tasnya dan berjalan keluar kelas tanpa
mengucapkan sepatah kata pun.

Ketika
Masachika berjalan mengikuti di belakangnya seperti seorang pelayan, Ia
berpikir dalam hatinya ‘Apa tadi aku
terlalu berlebihan’.  Tak berselang
lama saat ruang OSIS mulai terlihat, beberapa murid laki-laki baru saja keluar
dari ruangan tersebut.

“““Kami
pamit undur diri dulu!!”””

Kemudian,
dengan suara yang agak gemetaran, mereka semua membungkuk ke arah ruangan OSIS dan
berjalan cepat menuju Masachika dan Alisa.

“Huh….?”

Jika
dilihat baik-baik, ternyata mereka semua adalah para petinggi dari klub bisbol
dan klub sepak bola yang kemarin berdebat sengit. Alisa yang menyadari
identitas mereka mulai menghentikan langkahnya, lalu Masachika juga ikut
berhenti di sebelah Alisa. Tapi saat menyadari kalau ekspresi mereka tampak
ketakutan, Masachika dan Alisa memiringkan kepala dengan kebingungan.

Pada
saat yang sama, mereka sepertinya menyadari keberadaan Masachika dan Alisa.
Dengan ekspresi terkejut, para petinggi klub tersebut langsung bergegas
mendekati mereka. Masachika segera melangkah ke depan untuk melindungi Alisa,
tapi apa yang terjadi selanjutnya benar-benar di luar dugaan.

“““Kami
benar-benar minta maaf!!”””

Tak
disangka, begitu mendekat, mereka semua langsung membungkuk di hadapan Alisa.
Mereka semua membungkuk 90 derajat, yang mana merupakan permintaan maaf yang
sangat mengagumkan. Anggota dari klub olahraga memang sangat luar biasa kompak,
tapi tingkah mereka sedikit menakutkan karena mendadak melakukan ini.

“Anoo~
Senpai? Ini maksudnya apaan ya?”

Untuk
sekarang, Masachika mencoba bertanya kepada ketua klub bisbol yang dikenalnya,
ketua klub bisbol itu lalu perlahan-lahan mengangkat wajahnya dan berkata.

“Itu….maafkan
aku, Kujou-san. Kupikir kami terlalu terbawa suasana dan mengatakan banyak hal
yang buruk.  Aku sangat menyesali karena
kami tidak mendiskusikannya dengan sedikit lebih tenang. Aku benar-benar minta
maaf!”

“Aku
juga benar-benar minta maaf, kami seharusnya lebih mendengarkan saranmu dulu.”

Kapten
klub sepak bola kemudian meminta maaf dan membungkuk sekali lagi. Alisa
menganggukkan kepalanya, dan sedikit kewalahan dengan antusiasme mereka.

“Aku
tidak terlalu tersingggung, jadi tidak apa-apa. Tolong angkat kepala kalian.”

“““Siap!
Kami permisi dulu!”””

Lalu
sekali lagi dengan sapaan yang menggelegar, mereka berjalan melewati Masachika
dan Alisa dengan gerakan layaknya seorang tentara.

“Tadi
itu apa-apaan….?”

Saat
Masachika menatap punggung para anggota klub olahraga yang mulai menjauh, Alisa
berkata dengan suara kecil, meski dengan nada yang masih sedikit cemberut.

“Yang
tadi….terima kasih banyak. Karena kamu sudah berusaha melindungiku.”

“Hmm?
Ahh…jangan terlalu dipikirkan.”

Seraya
mengangkat bahunya dengan santai, Masachika merasa lega karena suasana hati
Alisa sudah sedikit membaik.

【……tadi itu kelihatan keren】

Roshi-dere Vol.2 Chapter 02 Bahasa Indonesia

Serangan
mendadak dari gumaman manis Alisa !! Karena Ia sedang lengah, jadi dampaknya lebih kuat dua kali
lipat!

(Aa, ya……se-seperti biasa, iya ‘kan….)

Demi
menyembunyikan dampak yang ditimbulkan Alisa, Masachika cepat-cepat masuk ke
ruangan OSIS supaya tidak ada yang melihat ekspresinya.

“Permisi”

Lalu,
saat Ia membuka pintu ruangan OSIS—

“Haa?”

Masachika
langsung membeku saat melihat sosok yang memancarkan aura membunuh yang kuat.
Dia mempunyai rambut pendek hitam yang terpotong rapi dan berpenampilan anggun.
Badannya tinggi dan langsing, mirip seperti sosok model.  Sekilas dia terlihat seperti gadis cantik
yang mirip model professional, tapi penampilannya …… cuma bisa digambarkan
mirip seperti ketua geng preman.

Tatapan
matanya yang memandang Masachika mirip seperti binatang buas yang haus darah,
dan sosoknya yang memancarkan aura ganas tampak mendistorsi area di sekitarnya.
Dan yang terpenting….entah kenapa dia membawa pedang kayu di bahunya.

(Gawat, aku bakalan terbunuh)

Instingnya
langsung berpikiran begitu. Dengan sigap, Masachika memilih tindakan terbaik
untuk melindungi dirinya.

Ia
tersenyum kaku untuk menunjukkan kalau dirinya tidak berniat bermusuhan. Masachika juga
mengatakan sesuatu dengan suara lembut supaya tidak membuat kesal pihak lawan.

“Maafkan
aku, sepertinya aku salah masuk”

Dan
kemudian, Masachika pelan-pelan menutup pintu itu.

Komentar Penerjemah : Bagaimana menurut kalian?? Kalau kualitasnya
kurang memuaskan dan jelek, mending mimin nunggu yang dari versi bahasa
inggrisnya aja. Jika peminatnya sepi dan yang komen kurang dari 50, mimin lebih
baik nunggu yang versi b.inggris dan lebih fokus ngerjain novel lain. Karena
jujur aja, nerjemahin JP-IND lebih menyita waktu ketimbang ENG-IND. Sengaja gak
taruh di trakteer dulu karena masih belum yakin dengan kualitasnya, hehehe.

[1] Di raw-nya, 脇チラ (waki-chira) konsepnya mirip panchira (kancut yang keliatan sekilas, baik disengaja maupun tidak disengaja) itu sebatas yang mimin tau, kalau ada yang tau lebih bisa kalian bagi-bagi pengetahuannya di kolom komentar :v
 
[2] Dere yang dimaksud di sini adalah perasaan kasih sayang atau perhatian pada orang yang disuka. Sama kayak istilah tsun-dere, yan-dere, hime-dere, dll. Btw, karena Alisa biasanya bertingkah tsun-dere dan baru kali ini bersikap baik, Masachika jadi tsukkomi masa dere-nya Alya
 
[3] Kanji yang dipakai bukan kanji 神 yang biasanya memiliki arti dewa/tuhan, melainkan kanji yang dipakai adalah kanji 主 pas mimin cek di jisho, ternyata kanji 主mempunyai arti ‘Lord’ dalam istilah kekristenan


The Neighboring Aarya-san who Sometimes Acts Affectionate and Murmuring in Russian Bahasa Indonesia

The Neighboring Aarya-san who Sometimes Acts Affectionate and Murmuring in Russian Bahasa Indonesia

Alya-san, who sits besides me and sometimes murmurs affectionately in Russian., Roshidere, Tokidoki Bosotto Roshia-go de Dereru Tonari no Alya-san, ロシデレ, 時々ボソッとロシア語でデレる隣のアーリャさん
Score 8.8
Status: Ongoing Tipe: Author: , Artist: , Dirilis: 2021 Native Language: Japanese
Ikuti kisah Gadis cantik blasteran Jepang-Rusia yang sempurna dengan watak jutek, Alisa “Alya” Mikhailovna Kujo, dan Cowok SMA biasa yang tak berprestasi, Masachika Kuze. Meski dari luar terlihat judes, dia mengungkapkan cintanya dalam bahasa yang menurutnya takkan dimengerti oleh siapa-siapa… Namun, dia tidak tahu kalau Kuze sangat memahami dengan apa yang dia katakan! Nikmati kisah cinta yang konyol antara Putri Salju dan Mr.Worldwide ini!

Komentar

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset