Pergantian posisi bangku di sekolah kami agak normal.
Masing-masing bangku diberi nomor, dan siswa atau siswi yang mengambil nomor undian akan mendapatkan posisi bangku itu.
Namun, jika undian diambil dengan cara yang normal, Shimotsuki tidak akan bisa berpisah dari Ryuzaki dikarenakan kekuatan takdir yang misterius. Tampaknya ikatan pertemanan masa kecil yang busuk yang menyatukan mereka bersama.
Dalam rangka memutuskan ikatan ini, Shimotsuki sepertinya telah memutuskan untuk menjadi nakal kali ini.
Dia telah memutuskan kalau dia tidak akan membiarkan kesempatan untuk membuat undian ini berlalu begitu saja.
Kemarin, dia mengatakan sesuatu seperti ini.
“Aku menempelkan kertas undian di atas keempat ujung kotak undian ini. Ini seharusnya menjadi solusi yang ampuh untuk Ryuzaki-kun!”
Isi dari tipuan itu adalah sebagai berikut.
Katakan saja kalau ruang kelas dibagi menjadi empat bagian dan Ryuzaki duduk di posisi bangku kiri belakang. Saat itu, aku diminta untuk mengambil kertas undian dari sisi kanan depan atas kotak undian itu.
Sepertinya pada masing-masing dari keempat ujung kotak undian itu memiliki dua kertas undian yang menempel di atasnya. Undian di bagian atas kanan belakang dari kotak itu terhubung dengan bagian atas kanan belakang ruang kelas, dan begitulah seterusnya.
“Jika kamu ingin memenangkan undian, pastikan kamu menyingkirkan kertas undian di ujung lainnya. Itu hanya direkatkan sedikit, jadi itu akan lepas dengan mudah dan mungkin mereka tidak akan memperhatikannya.”
…. Begitulah, aku rasa tidak ada siapapun yang akan berpikir kalau aku curang hanya karena pergantian posisi bangku begini, dan aku rasa mereka tidak akan mengetahuinya.
Bahkan jika mereka mengetahuinya, itu tidak akan menjadi masalah besar. Ibu Wali Kelas, Ibu Suzuki akan sangat tercengang.
Hanya Shimotsuki saja yang begitu peduli dengan pergantian posisi bangku ini.
Tetapi seram juga sih, dia harus melakukan sesuatu seperti ini untuk memutuskan hubungan busuk dengan teman masa kecilnya.
Tidak lama berselang saat aku memikirkan ini, jam pelajaran pagi dimulai.
“Hai, semuanya, selamat pagi. ….. Ups, Shiho Shimotsuki, kamu tepat waktu! Sebenarnya kamu terlambat, tetapi cuma beberapa detik, jadi Ibu membiarkanmu lolos~.”
Tepat setelah ibu guru datang, Shimotsuki tiba di saat yang hampir sama. Di tangannya, dia memegang sebuah kotak yang sepertinya berisi kertas undian.
Tidak seperti biasanya, dia datang tepat waktu hari ini.
“……..”
Dia menundukkan kepalanya sambil meminta maaf, meskipun dia terlalu malu untuk mengeraskan suaranya. Wajahnya datar, jadi pada pandangan pertama dia terlihat tidak peduli, tetapi aku tahu kalau dia sebenarnya hanya gugup dan ekspresinya tegang.
Sekarang aku sudah lebih mengenalnya dengan baik, aku bisa tahu lebih banyak tentangnya.
Shimotsuki itu tidak datar maupun antisosial, sederhananya, dia itu orang kikuk yang sangat pemalu dan memiliki banyak kesulitan dalam hubungan antarmanusia.
“Oke, mari kita segera acak posisi bangkunya. Shimotsuki-san, apa kamu sudah membuat undiannya?”
“…… Iya.”
Ketika Ibu Suzuki memanggilnya, Shimotsuki mengeluarkan kotak yang dia bawa.
“Iya, terima kasih. Kalau begitu, ke sini dan berbaris sesuai nomor absen kalian~”
Ibu Suzuki mulai mengganti posisi bangku tanpa berpikir kalau beliau sedang dicurangi. Nomor absen kami itu disusun menurut alamat kami, dan bukan menurut urutan abjad, jadi aku seharusnya mengambil undian setelah Ryuzaki.
“Shiho, ada apa? Kamu hampir terlambat, apa terjadi sesuatu?”
“……. Tidak ada apa-apa.”
Ryuzaki masih terlibat dengan Shimotsuki, tetapi Shimotsuki. Dia menatap ke papan tulis tanpa sedikitpun melihat Ryuzaki.
“Jika kamu membutuhkan sesuatu, jangan sungkan untuk memberi tahuku. Kita kan teman masa kecil, jadi jangan malu-malu. Kita akan mengganti posisi bangku hari ini, tetapi kita selalu berdekatan satu sama lain. … Aku heran…”
“…….”
Meskipun ia tertawa terbahak-bahak, Shimotsuki memasang wajah tidak peduli.
Dia benar-benar tampak tidak menyukainya. …. Aku penasaran apakah dia menahannya karena hanya untuk hari ini saja.
Dan aku juga tidak sabar melihat wajah Ryuzaki ketika ia mengetahui kalau ia tidak bisa duduk di dekat Shimotsuki lagi.
“Iya, Ryuzaki-san, silakan ke sini dan mengambil undiannya.”
“Oh, oke, aku datang Suzuki-chan.”
“Ibu memang seorang guru, tetapi kamu tidak bisa memanggilku Suzuki-chan~”
Ryuzaki mengambil undian. Saat aku melihat di mana ia akan duduk, ia menulis nomornya di bangku tengah.
Kekuatan takdir sangat tidak bisa dipercaya.
Walaupun mereka tidak dapat duduk saling bersebelahan karena ketidakteraturan, ia mengambil posisi bangku yang sedekat mungkin dengan Shimotsuki, di bagian tengah, mungkin akan menjadi bagian terdekat dengan keempat ujung itu.
(Aku penasaran apa yang akan terjadi jika kenyataannya begitu?)
Shimotsuki, yang menjadi pembuat undian ini, seharusnya menjadi yang terakhir mengambil undiannya. Ini mungkin pengukuran anti kecurangan ….., jadi tidak masalah bagiku untuk memilih.
Lagipula aku rasa aku akan mendapatkan posisi bangku di sebelah kanan belakang.
Itulah di mana posisi bangkuku sekarang. Seharusnya tidak masalah karena matahari tidak akan bersinar pada Shimotsuki di sini.
“Kalau begitu …. Nakagawa …. Nakayama ….?”
Ibu Suzuki memanggil namaku. Beliau itu wali kelasku, tetapi beliau tidak mengingatku karena aku sangat seperti bayangan. Aku sudah terbiasa kalau para guru tidak mengingatku, jadi aku tidak memikirkan apa-apa.
Aku maju ke depan dan meletakkan tanganku ke kotak undian di podium.
Aku mengambil salah satu dari undian yang berada di bagian atas kanan belakang dan kemudian menyingkirkan ketiga undian yang tersisa.
(Tidak bagus… Ternyata menghabiskan waktu lebih lama dari yang aku kira.)
Mereka mungkin mengira kalau aku main-main.
Namun, Ibu Suzuki tersenyum dan tertawa, jadi memang beruntung karena orang-orang tidak mengira kalau aku curang.
“Ya ampun? Apa kamu tidak sabar ingin buat ganti posisi bangku?”
…. Aku disalahartikan, tetapi tidak masalah.
“Iya, begitulah.”
Aku mengatakan kata-kata itu dengan acuh tak acuh, dan menunjukkan kepada bu guru kertas undiannya.
Tentu saja, lokasi bangku bergeser ke bagian kanan belakang ruang kelas, tidak ….., tetapi orang yang ada di sebelahnya. Jadi, jika semuanya berjalan sesuai rencana, sepertinya akan duduk di posisi bangkuku yang sekarang.
“……..Hmm?”
Satu-satunya hal yang mengganjal di pikiranku adalah tampang meragukan di wajah Ryuzaki.
Begitulah, aku rasa ia tidak tahu. Mudah-mudahan begitu.
“Oke. Yang terakhir, Shimotsuki-san, silakan–”
Kemudian Shimotsuki mengambil undiannya.
Meskipun itu yang terakhir, masih ada tiga bangku yang tersedia karena ada tiga orang yang tidak masuk. Salah satunya berada di samping Ryuzaki, dan jika sesuatu berjalan salah, Shimotsuki akan terikat oleh hubungan busuk lagi. ….. Kali ini, tampaknya kekuatan curang yang menang.
“Iya, tepat di belakang. Kalau begitu, sisanya tinggal yang tidak masuk saja dan ….. iya kan?”
Shimotsuki datang ke sebelahku.
“Apa!?”
Ryuzaki lah yang paling terkejut pada saat itu.
Matanya melebar dan ia menatap papan tulis saat ia condong ke depan.
“Eh, benarkah ……!”
Aku hampir tertawa saat aku melihat keheranan di matanya.
Oh, tidak. …… Aku bisa merasakan diriku bertambah dan semakin jelek. Tetapi emosi gelap memenuhi hatiku dan aku tidak bisa apa-apa selain tertawa.
Jangan berpikir kalau semuanya akan berjalan sesuai yang kamu inginkan, oke?
Tampaknya sang heroin utama membencimu lebih dari yang kamu pikirkan….