Awal Bulan Juni. Aku rasa kami butuh penyejuk ruangan (AC) mulai sekarang, tetapi sekolah kami sepertinya enggan untuk membayar tagihan listriknya, jadi kami masih belum bisa menyalakannya.
Sebagai gantinya, jendela terbuka lebar untuk membiarkan udara masuk. Namun, ini tidak jauh berbeda bagiku karena semua yang masuk hanyalah angin sepoi-sepoi.
“Shiho telah populer sejak SD. Banyak cowok yang mengakui perasaan padanya, tetapi dia menumbangkan mereka semua. ….. Mereka bahkan tidak menanggapi itu dengan serius. Dia itu gadis yang seperti itu. Dia serius, dia kuat, dia bertekad untuk hanya membuka hatinya kepada orang yang akan menikah dengannya ketika dia dewasa.”
Aku berjalan ke jendela yang terbuka, mendengarkan pidato apresiatif sang protagonis.
Mengerutkan kening pada angin sepoi-sepoi, menyeka keringat yang bercucuran di keningku.
Aku dengar kalau dulu, sekolah-sekolah berusaha terus mematikan penyejuk ruangan sesering mungkin, tetapi baru-baru ini, semakin dan bertambah banyak sekolah yang menyalakannya untuk mencegah serangan panas. Aku harap sekolahku dapat mengikuti contoh mereka.
….. Tidak, mungkin ini adalah semacam pengaturan sehingga sang protagonis bisa menimbulkan sebuah peristiwa.
Itu dia. Ini semacam janji kalau seragam siswi yang berkeringat akan menjadi transparan. Sang karakter utama dapat bersenang-senang dengan hal itu, dan para gadis yang tampak tidak terlalu senang dalam hal itu, dan para gadis tampaknya tidak terlalu senang dengan hal itu, jadi itu menimbulkan situasi yang bagus. …..
Aku ingat kalau sahabatku Kirari dulu biasanya membaca novel ringan dan berbaur denganku karena dia menyukainya.
Aku tidak menyukai atau tidak juga membenci novel ringan, jadi aku tidak cukup berhasrat untuk menyebutnya sebagai hobi, tetapi Kirari sepertinya menikmatinya ketika kami membicarakan hal itu……, dan itu membuatku bahagia.
Aku penasaran siapa yang Kirari ajak untuk membicarakan itu sekarang?
….. Tidak, dia tidak mengobrol lagi, iya kan?
Ryuzaki memberi tahuku kalau ia suka dengan gadis dengan warna yang mencolok, jadi aku mewarnai rambutku sendiri dan berpura-pura menjadi gadis yang mencolok agar sesuai dengan kriterianya.
Itulah mengapa aku yakin kalau dia tidak pernah memberi tahu Ryuzaki kalau dia menyukai novel ringan.
“Hei, apakah kamu mendengarkanku?”
“…… Oh, iya. Aku dengar.”
Ups, aku tidak seharusnya melakukan itu. Aku sedang linglung jadi aku tidak benar-benar memikirkannya. Tetapi sepertinya itu tidak sepadan, jadi apa masalahnya?
Bagaimanapun juga, ia hanya memamerkan informasi seberapa jauh ia mengenal Shimotsuki.
Dan itu pemahaman yang salah, jadi aku hanya bingung saja ketika itu diceritakan padaku.
“Singkatnya, aku harus menyerah pada Shimotsuki, bukan?”
“Iya, tepat sekali. Bahkan aku saja, seorang teman masa kecil, yang membutuhkan waktu yang lama untuk akrab dengannya. …… Jadi itu mustahil bagi seorang cowok yang hanya tiba-tiba menjadi teman sekelas.”
Iya, aku juga berpikir begitu. Itu belum pernah terjadi pada heroin utama yang menemukan keistimewaan dari seorang karakter mob belaka, iya kan?
Shimotsuki benar-benar gadis yang aneh. Aku setuju dengan itu, tetapi aku rasa …… Ryuzaki tidak akrab dengannya, kamu tahu?
“Aku hanya beruntung saja. Itu seperti kami teman masa kecil dan kami dekat satu sama lain secara khusus. …. Melihatmu, itu menyakitkan bagiku. Kamu seharusnya tidak memiliki cinta yang menyakitkan.”
Fakta bahwa mereka itu teman masa kecil dibuat persamaan kalau mereka dekat. …… Hubungan pertemanan masa kecil sepertinya menjadi solusi yang mutlak bagi sang protagonis.
“Aku akan menerimanya atau meninggalkannya, itu adalah mottoku, pukullah dan meleset!”
Bertingkah seperti seorang protagonis yang optimistis memang melelahkan, tetapi aku harus ikut dalam permainan Ryuzaki sampai ia puas. Itu mustahil bagi seorang karakter mob untuk tidak mengikuti harapan sang protagonis.
“Aku khawatir denganmu karena mungkin kamu akan patah hati, tetapi apakah kamu benar-benar sebodoh itu …….? Apa kamu tahu itu?”
(TL Note: Lu kali yang bodoh, Bambang)
“Aku tidak peduli. Apa sih masalahnya? Kamu telah mengatakan ini sedari tadi ….., apa Ryuzaki menyukai Shimotsuki-san? Oh, ngomong-ngomong, kamu belum pernah menyatakannya dengan jelas! Sebagai sainganmu, aku penasaran dengan hal itu, jadi beri tahu aku.”
Oh, aku rasa aku melaksanakan kerja bagus berpura-pura seperti itu.
Itu adalah semacam kata-kata yang kamu duga akan keluar dari seorang karakter yang bagaimana seekor anjing saja.
Dan lagi, aku bisa menanyakannya apa yang membuatku penasaran.
Di masa lalu, aku telah sedikit sadar kalau Ryuzaki memiliki perasaan suka terhadap Shimotsuki, tetapi ia tidak pernah mengatakannya padaku …… dengan jelas.
Tidak peduli apa yang terjadi, itu tidak akan mengubah hasilnya, dan aku tidak keberatan mendengarnya.
Aku sudah tahu kalau ia menyukai Shimotsuki. Dari apa yang ia katakan dan lakukan sejauh ini, ia sepertinya sangat sadar akan hal itu. Jadi, satu-satunya perbedaan adalah apakah ia mau mengungkapkan perasaan itu atau tidak.
Itulah sebabnya aku ingin tahu respons seperti apa yang akan dia berikan.
Ia bukannya tipe orang yang akan dengan mudah mengatakan, “Aku mencintainya.” ……
Karena ia adalah sang protagonis dengan gelagat harem.
Keragu-raguan adalah paten baginya.
“Bukannya aku menyukainya, tetapi dia itu teman …… masa kecilku, jadi wajar saja jika kami terus bersama. Dia sudah seperti adikku, keluargaku ….., dan aku harus membuatnya bahagia. Jadi aku akan bilang, kalau aku menyukainya, tetapi tidak sama persis seperti rasa suka yang kamu miliki terhadapnya….”
Apa?
Saat aku melihat kelesuan Ryuzaki, aku khawatir.
(Apakah cowok ini …… benar-benar menyukai Shimotsuki?)
Aku merasa kalau itu bukanlah perasaan yang normal.
Jika aku boleh membandingkannya, itu sama seperti memiliki peliharaan.
Wajar saja untuk merawatnya, wajar saja untuk melindunginya, dan oleh karena itu dia memiliki hak untuk menggoyangkan ekornya di antara kedua kakinya. Aku merasakan hawa dingin di tulang punggungku, berpikir kalau itu semacam cinta yang bengkok.
(Jadi seperti ini ya…. rute harem itu.)
Aku dulu berpikir kalau Ryuzaki itu sang protagonis dalam cerita ini di mana ia memiliki mentalitas harem namun mencintai seorang gadis.
Tetapi ternyata tidak. Bukankah cowok ini mencoba untuk mewujudkan rute harem setelah mencintai Shimotsuki dengan sepenuh hatinya?
Aku hampir merinding melihat prospek yang begitu mengerikan.
Sebuah kalimat yang aku telah lihat sebelum terlintas dalam benakku.
Sang protagonis dalam cerita ini telah berkata.
“Aku menyukai kalian semua! Tetapi masing-masing dari kalian memiliki bentuk ‘cinta’ yang berbeda, jadi kalian semua setara!”
Salah satu dari heroin dicintai sebagai seorang lawan jenis.
Yang lainnya dicintai sebagai seorang teman.
Yang lainnya dicintai sebagai seorang dermawan.
Dan heroin-heroin lainnya dicintai sebagai keluarga.
Jadi ia bisa mencintai mereka secara setara.
Ia ingin membuat semuanya bahagia.
Ia ingin semuanya hanya dicintai olehnya – Aku ingat kisah arogan yang serupa.
Sebenarnya, aku penasaran apakah Shimotsuki akan menjadi bagian dari itu.
Aku rasa dia dijebak sebagai teman masa kecil, dan ditambahkan ke dalam haremnya.
Tetapi menyebutnya “cinta”, aku rasa bentuknya terlalu menyimpang.
Itu bukanlah cinta.
Melainkan hanya keegoisan belaka.