Acara hiburan pun dimulai.
Di atas panggung sederhana, sepasang siswa SMA menampilkan semacam lawakan komedi.
Sayangnya, aku tidak bisa bilang kalau itu lucu atau tidak.
Aku tidak punya selera komedi apapun, jadi aku tidak bisa menilai apanya yang lucu dan apanya yang tidak lucu.
Wajar saja karena aku itu cuma seorang karakter mob yang menyedihkan.
Karena para karakter mob itu tidak punya hobi ataupun obsesi, mereka tidak mampu untuk membentuk sebuah kepribadian.
Mereka bahkan tidak punya prinsip, mereka hanya mengikuti arus saja.
Bahkan saat ini, di saat-saat seperti ini, aku tidak mampu untuk melakukan apapun soal ini.
(Pengakuan cinta Ryuzaki tidak dapat dihentikan…)
Beberapa menit yang lalu, sang protagonis menyatakan perang padaku.
Aku yakin ia sedang menunggu momen yang pas.
“Kalau kamu mengakui perasaan cintamu saat acara api unggun, kamu akan berhasil.”
Ramalan semacam itu dikatakan ada pada program belajar satu malam ini.
Inilah alasan mengapa Ryuzaki mencoba menggunakan itu untuk mengakui perasaannya.
“….”
Saat acara hiburan itu bertempatkan di atas panggung, aku menyaksikannya dalam keadaan linglung.
Memang tidak diwajibkan untuk ikut serta dalam acara hiburan, tetapi cuma mereka yang mau saja.
Mereka yang tidak ikut serta dapat tidur di kamar mereka masing-masing, jadi ada banyak orang yang tidak datang. Ada juga beberapa orang yang tidak mengamati acara hiburan itu tetapi malah mengobrol dengan teman-teman mereka atau bermesraan dengan kekasih mereka.
…Tentu saja, suasana ini memang sempurna untuk mengakui perasaan.
Sumber cahaya utama berasal dari api pada api unggun itu, dan pencahayaan lain yang minim dan sedikit redup… …Karena sulit untuk melihat, jarak di antara orang-orang jadi menyempit. Ruang yang tidak biasa memberikan keberanian bagi para cowok dan para cewek yang sedang jatuh cinta. Ruang yang tidak realistis mungkin juga membuat para pengaku (perasaan) lebih semangat dari biasanya.
Menganalisis situasinya, tampaknya kemungkinan suksesnya lebih tinggi ketimbang mengakui perasaan pada hari biasa ketika tidak ada apa-apa yang terjadi.
Ini merupakan sebuah situasi yang meyakinkanku bahwa sebuah ramalan telah dibuat.
(Mungkin Ryuzaki akan memanggil Shimotsuki saat ia mengakui perasaannya… Tetapi pertama-tama, aku harus menemukannya.)
Aku mau tetap dekat dengan Shimotsuki untuk sekarang.
Aku bahkan tidak tahu apa yang harus kulakukan, tetapi asalkan aku berada di sana, aku dapat menolongnya kapanpun.
Kalau aku dapat melakukan sesuatu dengan kekuatanku untuk menghindari pengakuan cinta Ryuzaki entah bagaimana, itu akan baik-baik saja.
Namun, kekhawatiran terbesarku itu bahwa oportunisme sang protagonis akan terpicu dan Shimotsuki akan tersudutkan.
Aku tidak tahu kenyamanan macam apa yang akan dimainkan, sih.
Bagaimanapun, aku takut kalau situasi ini ternyata malah nyaman buat Ryuzaki. Kalau sesuatu terjadi yang memutarbalikkan… …kemauan Shimotsuki, yang tidak mungkin, pengakuan cinta Ryuzaki mungkin akan berhasil.
Ini merupakan asumsi yang tidak realistis, tetapi karena Ryuzaki itu sang protagonis, aku tahu kalau apapun bisa saja terjadi.
Jadi bagaimanapun, aku bergegas menemui Shimotsuki, tetapi setelah berkeliling alun-alun, aku tidak bisa menemukannya…
(Ada lumayan banyak titik buta yang tidak dapat aku lihat…)
Penglihatan ini lebih buruk dari yang aku kira. Ini juga canggung karena ada beberapa pasangan yang sedang bermesraan di manapun.
Rambut putih keperakannya memang menonjol, jadi kalau dia berada di sini, aku yakin aku mungkin akan dapat menemukannya dengan segera… …Mungkinkah dia sudah tidur?
Kalau memang iya, itu akan membuatku lega…, tetapi sepertinya aku sedang berada di tempat yang salah dan di waktu yang salah.
(Oh, itu dia!)
Aku menemukan Shimotsuki tepat saat acara hiburan hampir berakhir.
Aku rasa itu sudah sekitar satu jam atau lebih. Ketika siswa-siswi telah menyelesaikan penampilannya, aku menemukan rambut perak itu di depan panggung.
Tampaknya, Shimotsuki juga telah datang. Aku penasaran apakah ini waktu yang buruk, atau apakah dia baru saja sampai… …Ya, kalau aku bisa mengikutinya, itu akan baik-baik saja.
Itulah apa yang aku pikirkan, dan aku mulai berjalan ke arahnya.
Tetapi ada banyak orang di depan panggung sehingga aku tidak bisa lewat ke depan. Butuh beberapa lama buatku.
Sementara itu, dia melihat-lihat ke sekeliling seakan-akan sedang mencari seseorang.
Dan segera saat matanya bertemu dengan mataku, wajahnya menyala dan dia mencoba berlari ke arahku… …Tepat saat itu, aku melihat.
“Inilah waktunya untuk ajang “Pernyataan Cinta”! Tampaknya telah menghasilkan banyak pasangan saat ini, jadi kalau kamu itu seorang cowok atau cewek yang sedang jatuh cinta, inilah waktunya untuk menunjukkan keberanianmu! Apa ada seseorang dari sebelah sana?”
Langsung saja setelah pembawa acara mengatakan itu.
Orang yang tiba-tiba naik ke atas panggung adalah sang protagonis.
“Aku Ryoma Ryuzaki, kelas XI-1. Ada seseorang yang membuatku jatuh cinta sejak aku masih anak-anak. Hari ini, izinkan aku mengakui perasaan cintaku pada orang itu.”
Dengan sebuah mikrofon di tangannya, Ryuzaki berbicara dengan bangga, tampang penuh tekad di wajahnya.
“––––”
Tiba-tiba, ada keheningan.
Saat ia melangkah keluar dari atas panggung, aku merasa kalau tempat ini semakin hening.
Perhatian semua orang tertuju pada Ryuzaki.
Ia memang agak seperti selebriti. Ia juga populer sehingga ia juga dikenal bukan cuma oleh para cowok yang cemburu, tetapi juga oleh para cewek yang tidak ada hubungannya dengannya.
Namun, meskipun ia itu cowok yang seperti itu, ia tidak pernah jatuh cinta dengan seseorang secara khusus. Makanya orang-orang di sekitarnya bertanya-tanya, “Siapa yang akan dipacari olehnya?”. Aku rasa mereka penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi… …Misteri yang akhirnya akan terungkapkan sekarang.
Tidak heran kalau semua orang memperhatikan.
Dan “perhatian” itu merupakan… …konsep yang paling membuat Shimotsuki tidak nyaman.
“Shiho! Aku ingin memberitahukan sesuatu padamu… …Tolong, maukah kamu dengarkan aku?”
Orang yang dipanggil namanya tentu saja Shiho Shimotsuki, teman masa kecil Ryuzaki.
Ryuzaki menatapnya di depan panggung. Orang-orang di sekitarnya menatapnya pada saat yang sama.
Ada banyak mata, dan kesaksian dari orang lain, difokuskan pada si cewek mungil, Shiho Shimotsuki.
“————!”
Bahkan dari kejauhan, aku bisa tahu.
Ekspresi Shimotsuki itu tegang dan gemetaran.
Aku yakin ia tidak menyadari perubahan yang ada pada Shimotsuki karena dia itu selalu datar di depan Ryuzaki. Ia menjangkaunya perlahan… …dan aku yakin ia tidak tahu apa yang telah ia lakukan.
Seperti biasanya, sang protagonis hanya memikirkan tentang dirinya sendiri.
Mereka tampaknya tidak mengerti kalau Shimotsuki saat ini sedang merasa sangat tidak nyaman sampai-sampai dia tidak bisa berbicara.
(Tidak mungkin, inikah caramu mengungkapkan perasaanmu padanya…)
Aku mengepalkan tinjuku pada situasi yang tidak terduga.
Lihat, ini terjadi juga kan. Sebuah kejadian yang nyaman buat sang protagonis telah dimulai.
Kalau kamu memikirkannya, tentu saja… …situasi ini merupakan satu-satunya pilihan buat pengakuan cinta Shimotsuki untuk berakhir dengan hasil yang baik. Oportunisme itu berlaku tegas.
Shiho Shimotsuki memang tidak terlalu baik dalam menangani Ryuzaki seperti yang seharusnya, jadi peluang dari berhasilnya pengakuan cinta ini hampir mendekati nol.
Tetapi dengan banyaknya orang yang menyaksikan, apakah bisa Shimotsuki berbicara?
Tidak, dia tidak bisa bicara. Dia itu pemalu dan sensitif terhadap kehadiran orang lain, tetapi mana mungkin dia bisa mengungkapkannya sendiri dalam situasi ini dengan banyaknya orang yang menyaksikannya.
“Sialan.”
Aku menggigit bibirku pada pengakuan cinta terburuk yang pernah aku dengar.
Aku tidak bisa ketemuan dengan Shimotsuki lagi.
Cerita ini sekarang sudah memasuki puncaknya.
Mana mungkin seorang karakter mob turut campur tangan dalam pengakuan cinta ini.
Makanya semua yang bisa aku lakukan saat ini adalah menatap ke arah sang protagonis seperti biasanya–.