–Aku rasa percakapan ini akan berlangsung selamanya.
Selagi teman-teman sekelasku menyaksikan, pengumpatan di antara aku dan Ryuzaki berlanjut.
Pertempuran ini sebuah serangan sepihak buatku, tetapi bagi siapa saja yang menyaksikan…, ini mungkin akan sangat tidak menarik.
Mereka tidak tahu detail dari situasi ini.
Mereka mungkin cuma akan mengerti setengah dari obrolan di antara aku dan Ryuzaki.
Namun, ada satu hal yang bahkan mereka bisa mengerti.
Yaitu cewek bernama Shiho Shimotsuki sedang menangis.
Mereka mungkin mengerti kalau aku mencoba yang terbaik untuk melindunginya dari disakiti.
Mungkin itulah sebabnya mereka mengawasi kami tanpa mengatakan apa-apa.
Aku sangat bersyukur. Aku harap mereka akan terus menyaksikanku sampai akhir.
Dan aku harap mengerti soal ketidaknormalan Ryuzaki.
Mudah-mudahan saja, para anggota haremnya akan terbangun.
Ryuzaki bukanlah orang yang layak buat kalian korbankan segalanya untuknya.
Tolong jangan mengabdikan hidup kalian buat orang yang tidak berharga yang cuma populer di kalangan wanita.
Mengharapkan hal semacam itu, aku akhirnya memutuskan keputusan.
“Ryuzaki, perasaanmu tidak akan dibalas. Mari akhiri ini sekarang… …Hei, Shimotsuki. Apa kamu sudah tenang sekarang? Apa kamu sudah berhenti menangis? Apa kamu sudah menyeka hidungmu dengan benar?”
Lalu, aku mengalihkan perhatianku pada Shimotsuki, yang mungkin sudah lumayan tenang seiring berjalannya waktu.
…Aku benar-benar tidak mau mengambil keuntungan darinya, kok.
Namun, aku membutuhkan bantuan Shimotsuki untuk menuntaskan situasi ini.
Aku mesti segera memutuskan obrolan dengan sang protagonis yang menolak untuk menyerah.
Aku mesti mengakhiri kisahnya dengan mengungkapkan perasaanku dan berakhir dengan Shimotsuki.
Jadi aku menghadap Shimotsuki.
“…Hmm.”
Mungkin itu karena dia telah dengan hati-hati menyeka mata dan pipinya, tetapi wajah Shimotsuki jauh lebih bengkak dari biasanya. Namun, dia tidak seputus asa sebelumnya. Dia tampaknya telah tenang entah bagaimana, jadi dia mungkin sudah mendingan sekarang.
Sisanya tinggal aku mengakui perasaanku.
Dengan begini, aku akhirnya bisa menyelamatkan Shimotsuki.
Dengan pemikiran itu, aku berusaha untuk mengakhiri semuanya.
“Shimotsuki. Dengarkan, …aku rasa kamu itu…”
…Namun sang cewek Shiho Shimotsuki, tidak seperti Ryoma Ryuzaki, itu seorang heroin utama idaman.
Bukan sekadar cewek lemah yang bisa diselamatkan.
Begitu dia menyadari apa yang ingin aku katakan, dia tiba-tiba berubah sikap.
“Tidak!”
Dia menggelengkan kepalaku dan menatapku dengan mata yang bengkak, seakan-akan sambil marah.
Dia itu cewek yang pemalu, peka terhadap keberadaan orang lain, dan pada dasarnya cewek yang kikuk, tetapi dia juga seorang pemalu yang kuat di depan siapa saja yang… …telah dia maafkan.
Jadi cewek di sebelahku ini… …sangat kuat.
“Nakayama-kun, …aku sudah mendingan sekarang. Jadi jangan paksakan dirimu lebih jauh lagi, oke? Kamu tidak perlu tersakiti lagi… …Terima kasih karena sudah membantuku. Aku punya lebih banyak keberanian. Jadi mari kita bicarakan itu nanti saja, oke?”
–Aku tidak akan memaafkanmu.
–Aku tidak mau kamu mengakui perasaanmu sekarang.
Aku merasa seakan-akan aku diberi tahu begitu, dan aku tersedak.
“…Oh, begitu ya? Kalau begitu iya. Oke, tetapi…”
Apa kamu yakin kalau kamu tidak apa-apa?
Aku khawatir pada Shimotsuki, tetapi dia tampaknya tidak apa-apa, tepat seperti dia katakan tadi.
“Ryuzaki-kun. Aku mengerti perasaanmu. Maafkan aku karena telah menyesatkanmu… …Jadi, maafkan aku. Aku akan minta maaf dulu. Setelah itu, tolong dengarkan aku, ya?”
Shimotsuki menghadap ke arah Ryuzaki.
Untuk pertama kalinya dalam kisah ini, mungkin, perasaan sesungguhnya dari sang heroin utama akan diberitahukan pada sang protagonis.
“Shi-Shiho…?”
Ryuzaki takut.
Namun, ia menatap Shimotsuki dengan mata yang agak berharap.
Shimotsuki masih belum bilang apa-apa pada Ryuzaki.
Jadi, masih ada sedikit kemungkinan dari kebalikan yang besar, seakan-akan untuk mengatakan itu.
Namun, mana mungkin kalau sang heroin buangan, Shimotsuki, akan menerima perkembangan macam itu dalam kisah ini.
“Aku sangat buruk kalau berurusan denganmu. Maafkan aku karena belum pernah bilang padamu sebelumnya… …Aku tidak pernah menyukaimu sama sekali sejak lama. Iya, jadi… …Ryuzaki-kun, aku tidak bisa menerima perasaanmu.”
Dia mengakhiri itu dengan kekuatannya sendiri.
Itu merupakan akhir yang agak berbeda dari yang aku bayangkan.
“–-!”
Kalau ia sudah diberi tahu, Ryuzaki tidak punya pilihan lain selain menerimanya.
Cintanya berakhir tanpa hasil apapun.
Kisah Ryoma Ryuzaki sudah mau berakhir tanpa menghasilkan apa-apa.
Itu berakhir tanpa akhir yang bahagia, tetapi dengan akhir yang buruk.
Tampaknya yang dapat Ryuzaki lakukan hanyalah menerimanya.
“…”
Tanpa mengatakan sepatah katapun, ia turun dari panggung.
(TL Note: Kena mental!)
Ia tidak karuan dengan arah yang entah ke mana.
Tidak ada satupun yang mau mengejarnya.
Meskipun Azusa mengejarnya dan memotivasinya tadi.
Bahkan para heroin sampingan lainnya tampaknya berpikir kalau akan sulit untuk menyelamatkan Ryoma Ryuzaki sekarang.
Ini merupakan akhir dari perjalanan protagonis harem. Sebagai hasil dari mengkhianati perasaan mereka, menginjak-injak mereka, dan berpura-pura tidak memperhatikan mereka, …ia kehilangan semua kasih sayang yang diberikan padanya.
…Dan dengan demikian kisah komedi romantis Ryoma Ryuzaki berakhir.
Kisah komedi romantis harem ini ditutup dengan hasil bahwa ini cuma buang-buang waktu, tanpa pembersihan sama sekali.