“Shimotsuki…!”
Ini merupakan pertama kalinya aku merasa begitu.
Dipenuhi dengan kebahagiaan, aku sangat terharu sehingga aku tidak sengaja memeluk Shimotsuki.
“Kiya. Hei, kamu tidak bisa melakukan itu secara tiba-tiba. …Bagaimana kalau aku tiba-tiba jadi terlalu gugup dan pingsan? Nakayama-kun itu orang yang tidak bisa menahan diri lagi… …uhehe.”
Meskipun dia menolaknya dengan kata-kata, tetapi dia tampaknya bahagia.
Dia memang menolak, tetapi sebaliknya, dia berpegangan padaku, jadi aku tidak bisa melarikan diri walaupun aku mencobanya.
“”…””
Untuk sementara, kami saling berpelukan dalam diam.
Kemudian, dia duluan yang menghancurkan keheningan ini.
“Nakayama-kun? Kamu tahu, …aku benar-benar menyukaimu, Nakayama-kun, sih…”
Kata-kata itu keluar entah dari mana, dan itu benar-benar “pengakuan cinta”.
“Shimotsuki, aku juga menyukaimu…”
Tidak lama aku langsung menanggapinya juga.
Aku berusaha untuk memberi tahunya apa yang aku rasakan.
Tetapi dia tidak akan membiarkanku.
“Benarkah? Nakayama-kun, apa jawabanmu itu benar-benar yang kamu pikirkan dengan sungguh-sungguh? Hei, Nakayama-kun, …apa kamu mengerti makna dari mencintai orang lain?”
–Aku kehabisan kata-kata atas pernyataan itu.
Sebagai tanggapan dari pertanyaan Shimotsuki, aku… …memikirkannya sendiri lagi dengan cermat.
Aku menyukainya. Itu bukan perasaan yang salah.
Tetapi aku penasaran apakah apa yang Shimotsuki maksud dengan “suka” dan apa yang aku pikirkan sebagai “suka” itu benar-benar hal yang sama.
“Nakayama-kun, kamu membenci dirimu sendiri, iya kan? Kamu tampaknya tidak begitu yakin pada dirimu sendiri. Jadi kamu tidak mencintai dirimu sendiri. Bagaimana bisa kamu mencintai seseorang dengan keadaan begitu? Apa kamu… benar-benar, sungguh menyukaiku?”
…Oh, iya.
Aku jelas membenci diriku sendiri.
Aku tidak mencintai diriku sendiri seperti itu.
Aku penasaran apakah kalimat, “Aku menyukaimu,” benar-benar sepadan ketika kamu mengatakannya dalam keadaan seperti itu.
Apa kata-kataku ini tidak berbobot?
“Aku menyukaimu lebih dari yang kamu tahu , oke? Aku tidak akan pernah puas dengan sekadar ‘aku menyukaimu’ biasa.”
–Begitu ya.
Akhirnya, aku menyadari yang coba dikatakan oleh Shimotsuki.
Pemikirannya jauh melebihi imajinasiku.
Jadi, itu terdengar seperti Shimotsuki memintaku untuk lebih memperhatikan ‘perasaanku’ dan itulah apa yang dia katakan.
“Aku menyukaimu karena kamu menyukaiku – begitu saja masih belum cukup, itu seperti aku telah dikompromikan. Aku mau mengenalmu lebih baik lagi. Aku mau kamu lebih mengerti perasaanku lagi. Dan, kamu tahu, aku mau kamu lebih menyukaiku lagi…”
Bukan “disukai”.
Aku mencari seorang cewek bernama Shiho Shimotsuki untuk “menyukai”.
“Jadi aku akan menunggumu. Nakayama-kun, aku akan terus berada di sampingmu sampai kamu mulai menyukai dirimu sendiri… …dan belajar untuk jauh lebih menyukaiku. Jadi, aku belum butuh pengakuan cintamu sekarang.”
Lalu, Shimotsuki berdiri tegak.
Dia menaruh tangannya di sekitar leherku dan perlahan menempelkan bibirnya ke pipiku kali ini.
“Aku belum pernah jatuh cinta pada seseorang sebelumnya. Jadi, kalau kamu bisa, …Nakayama-kun, aku harap kamu mencintaiku sebanyak aku mencintaimu.”
–Oh, begitu ya.
Akhirnya, aku mengerti.
Aku telah menjadi karakter mob sampai saat ini, dan sekarang akulah sang protagonis terkhusus untuk… …Shiho Shimotsuki.
Dengan kata lain, kisah ini masih belum dimulai.
Kisah yang sudah sejauh ini hanya prekuel saja.
Dari sinilah, kisah komedi romantis di antara aku dan Shiho Shimotsuki akhirnya akan dimulai.
“Iya, aku bisa… …Aku akan lebih mencintaimu lagi. Aku berjanji… …Shimotsuki.”
Kalau memang begitu.
Aku sudahi saja memanggilnya dengan panggilan orang asing.
“–Shiho. Aku akan menjagamu mulai dari sekarang.”
Untuk pertama kalinya, aku memanggil namanya dan memeluknya lagi.
Bukannya ini sikap yang radikal atau apa. Kalau kamu memikirkannya dalam artian normal, ini cuma ekspresi kasih sayang yang sederhana… …bahkan cuma begini saja sudah membuatnya bahagia sampai dia melompat-lompat kegirangan.
“Ufufu… Aku senang kamu akhirnya memanggilku begitu… …Aku sangat keras kepala, kamu tahu. Aku sangat bersikeras ingin membuatmu memanggil namaku suatu hari sehingga aku terus memanggilmu ‘Nakayama-kun’ dalam artian sepi, kamu tahu. Tetapi kamu tidak perlu menahan diri denganku lagi.”
Dia tersenyum bahagia dan memelukku lagi.
“Kotaro! Tolong jaga aku, oke?”
–Dengan begitu berakhir sudah kisah seorang karakter mob bernama Kotaro Nakayama.
Dan sekarang “kisah komedi romantis” dimulai.
Kisah Shiho Shimotsuki sendiri sebagai sang karakter utama pun telah dimulai.