Bagi Laurier Fall, sampai saat ini, kata ‘keluarga’ hanya dipahami sebagai sebuah bingkai di mana dia menjalani kehidupannya. Dia hanya tahu bahwa ada orang-orang yang melahirkannya dan kemudian dia diberikan kepada orang lain untuk dibesarkan, dan dalam keadaan apa pun dia tidak boleh mengganggu mereka lebih dari itu.
“Apa kau mendengarkan, Laurier-sama? Kau adalah putri tunggal dari Duke of Fall… dan suatu hari nanti, karena itu, kau akan menjadi Ratu negeri ini.”
Dia telah mendengar kata-kata seperti itu berulang kali. Dia tidak benar-benar mengerti apa maksudnya, tapi entah bagaimana dia tahu bahwa dia harus berusaha sebaik mungkin.
Namun, bagaimanapun juga, Laurier masih seorang anak kecil… meskipun ia telah mengerahkan seluruh usahanya, masih ada batasan untuk apa yang bisa ia lakukan.
Tidak peduli seberapa sakitnya, tidak peduli seberapa kesepiannya dia, dia harus menanggungnya hari demi hari tanpa henti. Setelah beberapa saat, Laurier mulai menerima bahwa apa yang terjadi padanya adalah hal yang wajar. Memang begitulah keadaannya.
Meskipun kehilangan kehangatan, Laurier tumbuh dengan cepat untuk anak seusianya. Meskipun kerasnya kehidupan aristokrasi merupakan lingkungan yang keras untuk membesarkan seorang anak… ia belajar bahasa pada usia yang lebih dini daripada kebanyakan anak dan melakukan yang terbaik untuk belajar semampunya.
Meskipun Laurier telah berusaha keras, dia tidak pernah dipuji oleh gurunya, karena diberitahu bahwa hal seperti itu wajar bagi seorang anak seorang Duke, karena dia sangat keras. Cara dia diperlakukan begitu parah sehingga bisa dianggap sebagai pelecehan untuk anak seusianya, bahkan dalam masyarakat seperti ini, tetapi… manusia adalah makhluk unik dalam hal bagaimana mereka belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan yang paling tidak ramah sekalipun.
Pengasuh yang bertanggung jawab atas pelatihan etiketnya sangat kejam, sampai-sampai ia tampak seperti mulai menikmati penyiksaan terhadap Laurier di bawah naungan ‘pengajaran’. Tentu saja, Laurier tidak tahu apa-apa tentang hal itu… baginya, satu-satunya hal yang dapat ia pikirkan adalah bahwa ia telah melakukan sesuatu yang pantas untuk mendapatkannya setiap kali ia dipukuli, dan dengan berpikir seperti itu, ia mulai menyembunyikan perasaannya. Tak lama kemudian, dia menjadi sangat ahli dalam hal itu.
Sekitar setengah tahun setelah Laurier berusia dua tahun, hidupnya mencapai titik balik… ketika dia mendengar dua pelayan bergosip tentang bagaimana ayahnya pingsan. Namun, Laurier dapat menghitung dengan satu tangan berapa kali dia pernah melihat ayahnya. Dia masih sedikit khawatir dengan orang tuanya yang selalu sibuk, tapi… mereka berdua tidak peduli apakah dia mengkhawatirkan mereka atau tidak.
Oleh karena itu, saat dia mematuhi ‘ajaran’ pengasuhnya yang menjadi lebih sadis dari waktu ke waktu… dia terkejut pada orang yang tiba-tiba menerobos masuk melalui pintu suatu hari.
“Oi… Apa yang kamu pikir kamu lakukan pada anak perempuan di rumahku!?”
Itu adalah ayahnya, yang telah dia lihat beberapa kali, itu adalah kejutan tersendiri bahwa dia mengingat wajahnya. Setelah melihat ayahnya mengamuk pada pengasuh karena memukul Laurier, dia tiba-tiba menoleh ke arahnya dengan ekspresi wajah yang sangat khawatir.
“Laurier… apakah kamu baik-baik saja?”
Ini adalah pertama kalinya ayahnya benar-benar menghadapinya seperti ini. Matanya tertuju pada Laurier, matanya terbuka lebar karena cemas… dan, entah bagaimana, ia terlihat seperti berusaha keras untuk menahan sesuatu di dalam dirinya.
Saat dia menatapnya kembali, satu-satunya hal yang Laurier bisa tanyakan dari lubuk hatinya adalah; mengapa dia mau menolongku? Namun, saat ayahnya menarik Laurier ke dalam pelukan yang erat, dia berbicara lagi.
“Maafkan aku, Laurier… Ini semua karena kecerobohan ayah yang membuatmu harus mengalami begitu banyak penderitaan sampai sekarang…”
Saat ayahnya memeluknya, dia mengucapkan kata-kata yang begitu lembut ke telinganya. Apakah karena kehangatan yang tiba-tiba itu? Laurier mendapati kata-kata itu keluar dari mulutnya dengan sendirinya.
“A-AKU… Saat dia mengatakan tidak ada yang menginginkanku… Aku tidak menyukainya… Tapi, aku…”
“Hal seperti itu tidak benar sama sekali. Aku membutuhkanmu, Laurier. Kau adalah putriku yang berharga. Karena itu, untuk semua yang terjadi selama ini, aku minta maaf. Mulai sekarang, aku akan memberimu semua cinta yang pantas kau dapatkan. Aku berjanji.”
“Ah…! F-f…. ather… uuu…”
Ayahnya memeluknya dengan lembut. Untuk pertama kalinya sejak dia bisa mengingatnya, Laurier merasakan sesuatu bergejolak di dalam hatinya yang telah menjadi dingin. Saat kehangatan membanjiri dadanya, ia khawatir jantungnya akan meledak, tapi… Laurier benar-benar bahagia.
Setelah itu, dia tidak ingat persis kapan dia tertidur, tetapi ketika Laurier terbangun, ibunya mengatakan kepadanya bahwa dia juga membutuhkannya… dan dia benar-benar bahagia.
Dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ayahnya, tapi… sejak hari itu, Laurier berpikir bahwa ayahnya benar-benar luar biasa.
Seorang pria pemberani yang menyelamatkannya saat dia hancur… ayahnya seperti pahlawan dari buku cerita.
Mungkin kesukaannya dimulai sejak hari itu, di mana jika Laurier ditanya tentang apa yang dia cari dari seorang pria, dia akan menjawab ‘Pria yang baik hati dan tampan, seperti ayah saya’, tanpa mempedulikan tatapan bingung di wajah teman-temannya saat dia tersenyum.
Tak perlu dikatakan lagi bahwa Laurier sangat mencintai ayahnya yang dingin dan penuh perhatian, yang seperti pangeran dari negeri dongeng, telah menyelamatkannya pada hari itu.
