Perlahan kesadaran menghampiri. Sinar mentari yang masuk dari jendela merasuk ke mata dan memberikan terangnya. Sambil merasakan silaunya perlahan membuka mata, di dalam pandangan, terlintas langit-langit yang penuh warna yang begitu mempesona.
“Atap tak dikenal..”
Terlintas kalimat mainstream itu terucap di mulutnya, ia merasa kejanggalan ditubuhnya. Kazuya melihat disekeliling tempat tidurnya, ia merasa kasur yang ada di rumahnya bukan tandingan besarnya.
Disekitarnya terdapat meja dan beberapa perabotan lain yang di tata dengan baik. Di langit-langit ada sebuah lampu gantung, dari celah tirai jendela merangsek cahaya yang menyilaukan.
“Meskipun begitu, sukur masih hidup setelah apa yang terjadi. Tapi, rumah sakit mana ya ini? Mewah banget begini ya? Habis dapet perawatan apa gua emang?”
Ketika melihat sekeliling ruangan, ada sesuatu yang bergerak diujung tempat tidurnya. Ketika diperhatikan, ternyata ada seseorang yang tertidur sambil terduduk di kursi dengan bagian atas tubuhnya menempel ditempat tidur, tiba-tiba saja dia terbangun. Sepertinya dia terlihat seperti seorang gadis imut, diperkuat setelan baju maid yang dikenakannya.
Tatapan mata mereka berdua bertemu tidak bergerak sama sekali. Dan tiba-tiba air mata mengalir dari mata si gadis.
“CAIN-SAMAAAAA!!”
Tiba-tiba, dia melompat ke arah Kazuya. Meskipun Kazuya tidak paham sama sekali berusaha menerimanya, namun gadis itu membenamkan kepala kazuya ke dadanya .
“Alhamdulillah… Tuan sudah seminggu gak sadar tau?”
Setelah mengatakan itu, dia memeluk kazuya lebih erat.
“Weei wei beenttar.. ngap…”
Dia terus menerus berusaha melepaskan diri, namun orang yang memeluknya lebih besar, oleh sebab itu dia tidak bisa melakukan apa-apa.
{Bentar dah, ngapa gua jadi kecil? Lah kok malah ada maid bukan suster??}
Merasa penasaran dia menggerak-gerakan tanganya didepan matanya. Bagaimanapun kau melihatnya ini bukanlah tangan dari seorang anak SMA, ini telah menyusut seperti tangan anak kecil. Sementara kazuya kebingungan melihat tanganya, maid itu tiba-tiba berdiri.
“Saya akan memberitahu nyonya!”
Gadis yang mengenakan baju maid dengan cepat membuka pintu dan berlari keluar dari ruangan.
“Sebenernya gua kenapa deh?”
Ia mencoba untuk merasakan sesasi ditangannya dengan membuka-tutup telapak tangannya.
“Waktu itu gua ditusuk ama orang yang keluar dari minimarket, terus aku ketemu Manami, abis itu gak sadar…. Terus ini di rumah sakit? Tapi kok dia manggil gua Cain? Gua kan Kazuya?”
Disaat dia berfokus dengan pikirannya, dia mendengar langkah kaki yang seperti sedang terburu-buru di lorong, tak lama kemudian pintu ruanganpun terbuka.
“Cain, akhirnya kamu sadar! Tiba-tiba saja badanmu panas dan kamu gak sadar selama seminggu. Aku sangat khawatir!”
Wanita yang masuk itu berambut perak nan indah sepinggang, dan dia terlihat berusia 20an. Mengenakan gaun yang terlihat cocok ditubuhnya. Kazuya agak bersemangat karena dia jarang melihat sesuatu seperti ini.
Kemudian, wanita itu tiba-tiba memeluk Kazuya sambil menangis bahagia. Wajah Kazuya bersentuhan dengan sesuatu yang lembut. Dia merasa senang bercampur malu.
“Cain! Apa kamu mengenaliku? Aku ibumu, kamu tau? Kamu gak lupa kan??”
Kazuya tidak paham apa yang dikatakan wanita cantik berambut perak ini. Orang tuanya sudah meninggal, tapi tiba-tiba ada wanita cantik berusia dua puluh tahunan yang mengaku bahwa sebagai ibunya, tidak mungkin dia bisa percaya. Sungguh diluar logika.
Kazuya hanya mampu memandang sosok wanita yang mengaku sebagai ibunya tersebut.
“Nyonya, Cain-sama baru saja sadar dari tidur panjangnya, mungkin Cain-sama masih linglung”
“Yah apaboleh buat, sudah seminggu dia gak sadar, Kalau begitu hari ini kamu istirahat saja. Aku akan menemuimu lagi nanti. Reine juga mengkhawatirkanmu Cain”
Wanita yang seperti ibu memenyetujui pendapat sang maid yang terlihat seusia anak SMP, kemudian mereka saling berbincang satu-sama lain.
“Sylvia, hari ini, kamu harus merawat Cain. Dan kurasa dia boleh makan sup, jadi bisakah kamu menyiapkanya?”
“Baik Nyonya”
Wanita yang mengaku ibu dan si maid pergi meninggalkan kamar untuk menyiapkan makanan. Sekarang dia hanya sendirian, sekali lagi dia menurunkan pandangannya dan mencoba menggerakkan tangannya. Dan ternyata ini memang tangan seorang anak kecil.
“Apa ini yang namanya reinkarnasi yang ada di novel-novel itu? Berarti waktu itu gua udah end? Tapi untung Minami gak apa-apa. Jadi gua gak harus liat wajah sedihnya Saori…”
Kazuya bergumam sambil terbaring di tempat tidurnya dan menatap langit-lagit. Selain sering menjadi topik pembicaraan di sekolah, dia juga banyak membaca Light Novel dari buku ataupun Smartphone. Ditambah lagi dia sering bertukar-pinjam buku dengan Saori yang disukainya.
“Untuk saat ini, Aku harus memastikan situasi nya, kayaknya aku udah seminggu gak sadar nih”
Akibat terlalu banyak tidur, seluruh tubuhnya terasa agak sakit ketika ia menggerakan tubuhnya. Iapun menghabiskan waktu dengan memastikan hal-hal yang ada di sekeliling tempat tidurnya. Waktupun berlalu, terdengar suara ketukan pintu, dan gadis maid yang tadi masuk dengan membawa sup.
“Cain-sama, saya telah menyiapkan sup anda”
Kazuya menggerakan tubuh lemasya dan bangun dari tempat tidur. Meminta agar mejanya digeser kedekat tempat tidur, lalu mulai menyicipi supnya.
“—Enak!!”
Sensasi lembut dari perpaduan rasa kuah encernya namun mengeluarkan rasa sayuran dan daging yang kuat. Sambil meminum kuah supnya, Dia meyakinkan dirinya bahwa dia telah bereinkarnasi. Dan ada hal yang terlintas dalam benaknya, karena ia telah di reinkarnasi.
{Tadi namanya Sylvia kan ya??}\
“Sylvia, apakah ada cermin?”
“Ada,Tapi karena anda telah tertidur lama dan tidak makan, mungkin anda akan terlihat sedikit kurusan. Tapi saya pikir tidak ada yang berubah dari anda kok”
Sylvia mengambil cermin dari laci dan memberikanya pada Cain.
Cermin yang diterimanya dihiasi perak dan terlihat sangat mewah. Memegang cermin dengan kedua tangannya, setelah dia meyakinkan tekadnya, dia mulai melihat wajahnya di cermin.
Sosok didalam cermin itu adalah seorang anak berusia sekitar 3 tahun, dengan rambut perak dengan sedikit warna biru dan mata berwana biru. Bisa dibilang bentuk wajahnya mirip dengan ibu cantiknya yang tadi. Dia agak khawatir jika saja wajahnya buruk rupa, namun dia cukup lega ternyata wajahnya mirip ibunya maka dimasa depan dia akan jadi cowok ganteng.
Ketika sdang fokus menggerakan kepalanya ke kanan dan kiri untuk mengecek wajahnya, tiba-tiba Sylvia mendekat dari samping.
“Cain-sama Punya wajah yang menjanjikan dimasa depan, jadi jangan khawatir. Sekarang saja anda sudah imut!!”
Sylvia mengatakan hal tersebut sambil tersenyum. Cain merasa sedikit malu karena untuk beberapa saat melupakan bahwa dia ada disampingnya. Ia pun menyrahkan cermin ditangannya.
“Terimakasih Cerminya”
Setelah menerima cerminya, Sylvia mengembalikan cermin nya ke laci. Lalu Cain melanjutkan memakan supnya. Tanpa sadar dia menambah porsinya, mungkin karena enak ditambah lagi memang sudah lama ia tidak makan jadi wajar saja kalau dia lapar.
Setelah itu, selama sekitar 3 hari, Cain menghabiskan waktunya bersantai ditempat tidur. Meski dia merasa bahwa dirinya sudah baik-baik saja, tapi baik Sylvia ataupun keluarganya ingin dia tetap tidak melakukan apa-apa.
Terdapat satu masalah terkait untuk hidup kedepanya, dalam beberapa hari ini, Kazuya telah sepenuhnya yakin bahwa dirinya bereinkarnasi menjadi Cain, tapi dia tidak memiliki ingatan tentang Cain dari lahir hingga sekarang.
Dia tau dirinya berumur 3 tahun dari obrolanya dengan Sylvia, tapi dia tidak punya ingatan apapun sebelumnya. Walaupun dikehidupan sebelumnya juga jika dia ditanya ingatanya saat dia belum berumur 3 tahun, dia tidak bisa mengingatnya dengan begitu jelas. Tapi sekarang dia punya pengetahuan umum sebagai siswa SMA di dunia sebelumnya.
Ia sangat butuh Informasi tentang dunia ini, terlebih tentang informasi di luar kamar ini yang belum terjamah olehnya. Jika di jepang modern kita dapat mencari segala macam informasi dari smartphone, namun saat ini ia bahkan tidak bisa mendapat informasi apapun tentang dunia diluar kamarnya ini.
Terlebih lagi, meskipun ia dapat berbicara dengan Sylvia namun ia tak dapat membaca tulisan di dunia ini. Dapat dipastikan dari buku bergambar yang terkadang diletakan di meja kamar bahwa itu bukan tulisan bahasa jepang. Sepertinya bukan pula bahasa inggris, itu merupakan barisan huruf yang belum pernah dilihatnya selama ini. Ia pun memutuskan untuk sambil menginstirahatkan tubuhnya, ia bertanya pada Sylvia tentang rumah dan informasi lainnya.
Setelah bereinkarnasi, namanya berubah menjadi Cain Von Silford. Dia adalah anak ketiga dari pria yang mengurus perbatasan wilayah Gracia di kerajaan Esford. Kerajaan Esford terletak di benua Gelnewt, dan dikelilingi oleh beberapa negara lain.
Dulu pernah terjadi perang dengan negara lain, tapi beberapa tahun belakangan ini keadaan sedang damai. Di kerajaan Esford, seseorang yang mengurus wilayah perbatasan, mereka memiliki wewenang untuk membangun tentara mereka sendiri untuk melindungi wilayahnya dari serangan negara asing.
Dia merasa tenang ketika Sylvia mengatakan bahwa yang mengurus wilayah perbatasan adalah Bangsawan kelas atas.
Ayahnya bernama Garm Von Silford Gracia, bagi penguasa wilayah yang memiliki nama wilayah sebagai nama akhirnya. Von adalah nama yang hanya diguunakan olh bangsawan sebagai nama tengah. Sedangkan rakyat biasa hanya memakai nama panggilanya saja.
Setelah sadar dari tidur panjangnya, Cain sudah pernah bertemu ayahnya sebelumnya. Rupanya seperti lelaki berusia 30an dengan tubuh yang terlatih serta memiliki rambut berwarna biru.
Garm memiliki dua orang istri, dan sepertinya ibunya Cain adalah istri keduanya. Mungkin karena dia dalah istri kedua, jarak usia diantara keduanya cukup jauh.
Nama ibunya adalah Sarah Von Silford. Dia adalah wanita cantik berambut perak yang datang ke kamar cain saat ia bangun untuk pertama kalinya.
Lalu kakak perempuanya bernama Leine Von Silford. Memiliki selisih usia 4 tahun dengan Cain. Sejak Cain terbangun dari tidurnya, kakaknya ini selalu mengunjungi kamarnya untuk meenjenguknya. Dia punya wajah yang mirip dengan Cain dan rambut perak dengan sedikit warna biru.
Istri pertama Garm bernama Maria Von Silford. Dia punya dua anak laki-laki. Jin Von Silford dan Alec Von Silford. Mereka berdua sedang bersekolah di ibukota. Oleh sebab itu termasuk Maria, mereka bertiga tidak tinggal di rumah ini namun tinggal di vila di ibukota.
Sekolah berlaku bagi yang berusia 10 sampai 15 tahun. Kau akan dianggap dewasa ketika berumur 15. Ibukota berjarak satu minggu dengan kereta kuda wilayah Gracia. Ada beberapa kota di sekitar yang menjadikan Gracia sebagai pusat kota karena terdapat mansion bangsawan.
Disebelah timur terdapat seebuah benteng yang merupakan perbatasan dengan Kekaisaran Visus. Sedangkan di selatan berbatasan dengan hutan bernama The Forest of Monster karena ada banyak monster disana.
Dengan mngetahui gambaran besar tentang keluarganya dan wilayah sekitar Cain mulai berpikir tentang langkahnya dimasa depan. Didunia ini, Ketika berusia 5 tahun akan dilakukan pembaptisan oleh gereja, saat itu sepertinya pendeta akan menyampaikan pesan para dewa.
Kepercayaan disini bernama Marineford. Ajaran mereka mengakui 7 Dewa utama yang menciptakan dunia. Ada sebuah negeri yang bernama negara kepercayaan Marinford, negara itulah yang mendirikan gereja di negara-negara lain dan menyuplai pendetanya, dan sepertinya segala pembiayaan ditanggung pemerintah setempat.
7 Dewa utama dunia ini adalah:
Dewa Penciptaan Zenom
Dewa Perang Sanos
Dewa Tanah Bela
Dewa Sihir Reno
Dewa Keterampilan Grim
Dewa Perdagangan Panam
Dewa Kehidupan Lime
Dengan dewa penciptaan Zenom sebagai pemimpin, keenam pilar mempunyai perannya masing-masing. Cain juga dengan ini memahami bahwa didunia ini terdapat sihir. Di benaknya dipenuhi harapan bahwa ia dapat menggunakan sesuatu yang dulu di Jepang hanya ada dalam khayalan.
Karna Cain adalah anak ke tiga, dia tidak akan mewarisi wilayah nya, namun Jin sebagai anak pertamalah yang akan mewarisinya.
Ada juga kasus dimana seseorang memiliki prestasi dan diakui oleh kerajaan dan menjadi bangsawan yang independen. Tapi biasanya banyak yang memilih untuk menjadi pendukung kepala keluarga bangsawan, ikut dalam militer, menjadi pebisnis ataupun yang memilih menjadi petualang.
“Udah pasti jadi petualang lah ya…”Cain sadar bahwa tidak mudah untuk menjadi kepala keluarga bangsawan, maka ia memutuskan untuk menjadi petualang dan melihat berbagai tempat didunia.
Dari Sylvia ia tahu bahwa ada banyak ras selain manusia seperti Elf, Dwarf, dan Manusia hewan membuatnya semakin ingin berpetualang. Terlebih pengetahuan dari Light Novel di kehidupan sebelumnya lah yang membuat rasa ingin tau-nya menjadi sangat tinggi.
“Pertama-tama kita mulai dengan mengetahui berbagai hal tentang dunia ini, Mulai dari huruf, sejarah, dan Geografi di dunia ini”
Itulah yang Cain pikirkan.