Didunia ini tidak seaman di Jepang.Ini adalah dunia dimana banyak anak-anak yang berpotensi meninggal dunia bahkan jika mereka berhasil dilahirkan.
Itulah sebabnya setelah tumbuh dengan aman hingga usia lima tahun ada tradisi untuk melakukan semacam perayaan, dengan berdoa kepada dewa, dan menyampaikan harapannya akan seperti apa anak ittu nanti dimasa depan.
Tampaknya dapat digunakannya sihir status merupakan hasil dari berdoa kepada dewa ini.
“Ngomong-omong, aku belum pernah merayakan ulang tahun ya…”
Pada umumnya, akan diadakan perayaan pada usia lima, sepuluh, dan lima belas tahun, dan ketika lima belas tahun ini seseorang sudah dianggap menjadi dewasa.
Sambil memikirkan ini, Cain mengenakan pakaian khas seorang bangsawan yang telah disiapkan.
“Cain-sama, apakah anda sudah siap untuk pergi?”
Sylvia mengetuk pintu dan memasuki ruangan.
“Sylvia ya? aku sudah siap”
Aku meninggalkan kamar bersama dengan Sylvia yang datang untuk memanggilku dengan pakaian maid yang biasa ia kenakan. Di luar sudah ada Ayah, Ibu saya dan kakakku Leine menunggu.
“Ayah, maaf membuatmu menunggu.”
Cain membungkuk pada ayahnya untuk meminta maaf atas keterlambatannya. Garm melambai kan tangannya sambil tersenyum.
“Gak apapa. Tapi kamu memang kelihatan beda dengan pakaian formal ya, Memang mirip dengan Sarah.”
“Cain-kun imut banget…!”
Melihat sosok Cain, Leine menghampiri dan mengusap-usap Cain. Mskipun ia adalah kakak yang cukup terpaut usia, tapi sepetinya dia punya sedikit “Brocon”, agak merepotkan. Dia sering menelusuri setiap pelosok rumah untuk mencari Cain saat dia sedang tidak ada dikamarnya untuk pergi berlatih. Dan Cain selalu berusaha agar tidak dapat ditemukan selama latihan.
“Terima kasih, kak Leine”
Cain menjawab dengan wajah penuh senyum.
Ketika kereta kudanya sudah siap, pelayan yang bernama Sebas datang untuk memberitahu.
“Maaf Membuat anda semua menunggu. Persiapan sudah selesai, Silakan naik.”
Kami sekeluarga pun naik ke dalam kereta. Garm duduk dibagian paling dalam dan Sarah berada disampingnya. Sedangkan Leine dan aku duduk berhadapan dengan mereka.
“Kalau begitu kita Berangkat.”
Dengan aba-aba dari kepala pelayan, keretapun perlahan mulai bergerak.
“Ngomong-ngomong, kalo nanti diberi sihir status, seperti apa kelihatannya?”
Karena Cain belum pernah melihat sihir status, jadi ia bertanya pada Leine.
“Cain-kun belum pernah lihat ya! Aku tunjukin punyaku ya…”
Kakakku mengatakannya dengan bangga.
“[Status Open]”
Di hadapan Leine, mencul sebuah layar semi-transparan mirip sebuah kaca.
“Waktu kamu bilang [Status] cuma kamu yang bisa lihat. Kalo kamu bilang [Status Open] kamu bisa kasih lihat orang lain.”
“Wow, kak Leine hebat!!”
Ia memperlihatkan layar kaca semi-transparn itu.
“Cain! Mendekatlah. Aku kasih liat..”
Akupun mendekati Leine dan melihat layar transparan itu.
Status
[Name] Leine von Sylford[Race] Human [Gender] Woman [Age] 9[Level] 1[PhysicalPower] 130/130[Magic Power ] 220/220[Ability] D[Title ] !st Daugther of Frontier Lord, Very_love_Cain- girl
[Magic]Wind Attribute Lv.1Water Magic Lv.1Fire Magic Lv.1Daily-life Magic
[Skill]Tata Krama Lv.2[Guard] God of Magic Guard’s Lv.2
“…”
Sepertinya aku telah melihat title yang tidak boleh dilihat.
“Ah! Title-nya kelihatan!! Cain, kamu lihat???”
Sambil memasang wajah malu nya, ia bertanya pada Cain.
“Kak Leine bisa pakai 3 elemen sihir ya??”
Cain berusaha menganggap tak melihatnya.
“Untung gak keliatan…”
Leine yang ada disampingnya menjawab sambil tersenyum dan mengelus dada.
“Leine itu selain memiliki tiga elemen sihir dia juga punya skill [Guard] lv. 2. Mungkin nanti dimasa depan akan jadi penyihir kerajaan ya..” .
Garm ikut tersenyum. Sepertinya memang itu status yang cukup bagus.
“Magic dan Guard itu bertingkat mulai Lv. 1 sampai Lv. 5. Semakin tinggi levelnya semakin kuat. Kamu bisa meningkatkan level dengan latihan. Atau jika kamu disukai oleh dewa.”
Yang dapat menjadi penyihir istana sepertinya orang dengan level Magic dan Guard skill level 3 sampai 5. Saat kita sampai di level 5 sepertinya kita akan jadi manusia super yang akan meninggalkan namanya dalam sejarah.
Ketika melihat keluar jendela, Terlihat pemandangan kota Gracia yang dihiasi deretan warung-warung dan lapak-lapak yang ramai dikerumuni orang-orang.
Tigapuluh menit telah berlalu sejak kami berada di kereta kuda yang bergoyang ini. Ketika tiba di Gereja, kai turun di depan gerbang utama dan bergegas ke bagian resepsionis.
“Garm von Silford Gracia. Putraku berumur lima tahun dan dia datang untuk dibaptis. Itu seharusnya sudah diberitahukan kepada pendeta.”
Garm berbicara pada resepsionis.
“Ya. Saya telah mendengar dari pendeta. Silakan ke arah sini tuan”
Resepsionis membimbing dengan penuh sopan santun, karena tuan tanah telah datang. Membimbing seluruh keluarga ke dalam dan membukakan pintu, lalu berdiri disampingnya dengan hormat.
“Saat ini kami sedang mempersiapkan altar. Mohon tunggu di ruangan ini.”
Meskipun tidak terlalu mewah, ruangan yang di tunjukan ini memberikan kesan damai dan tenang.
Garm, duduk di paling ujung dengan Sarah di tepat disebelahnya. Leine dan Cain duduk di sebrangnya.
Para suster menyajikan teh untuk setiap orang dan meletakannya di hadapan para tamu.
“Jika sudah siap, kami akan menjemput Anda. Mohon tunggu sebentar.”
“Akhirnya saatnya tiba Cain. Kamu tidak perlu segugup itu. Nanti pendeta akan menjelaskan cara nya. Hari ini, setelah pembaptisan selesai, kita akan langsung pulang dan merayakannya. Acara pengmumannya kita adakan di lain hari.”
“Mudah mudahan Cain bisa dapat Banyak Magic dan Guard skill ya!! “
Leine selalu tersenyum saat kita bersama.
“Kamu kan anakku. Seharusnya memiliki kecocokan dengan sihir. Seetidaknya sama dengan Leine.”
Ibuku Sarah juga sangat bahagia.
Berkat sering diam-diam melakukan latihan sihir, saat ini Cain dapat melakukan sihir keempat elemen. Mungkin tak akan ada masalah terkait kecocokan dengan sihir. Apakah kira-kira mereka akan bangga jika aku menunjukan kecocokan dengan empat elemen sihir? Sambil berfikir begitu Cain meminum teh nya dalam satu tegukan dan menghela nafas.
Ketika sedang berbincang dengan keluarga, tiba-tia terdengar suara pintu diketuk dan kemudian suster memasuki ruangan.
“Hadirin, persiapan telah selesai, saya akan memandu anda, silahkan lewat sini..”
Dengan mengikuti bimbingan suster itu kamipun sampai di ruang altar. Di depan altar, terlihat sesosok pria yang kelihatannya seorang pendeta telah menunggu. Di bagian dalam terdapat tujuh patung dewa yang yang mana patung paling tengah terlihat sedikit lebih besar. berpusat di atas patung yang sedikit lebih besar di tengah. Sinar matahari yang memancar dari jendela membuat patung-patung itu terlihat berkilauan.
“Tuan, terima kasih sudah menunggu. Kalau begitu mari kita mulai prosesi pembaptisan usia 5 tahun tuan Cain von Silford. Cain-sama harap maju ke depan.”
Dengan dorongan dari ayahnya, Garm, Cain setengah berlutut di hadapan pendeta”
“Wahai Cain von Silford. Tujuh dewa marinford memuji baptisan 5 tahun mu. Kedepannya terus agungkan lah para dewa!”
Pendeta langsung menghadap patug dewa dan mengambil posisi setengah berlutut kemudian menyatujkan kedua tangannya.
“Wahai para dewa yang mengawasi dunia ini. Berikanlah Cain von Silford sihir status dan bimbinglah jalannya.”
Pada saat itu, seketika pandangan menjadi putih.