“Aku Dollin. Aku teman lama Yuuya. Aku dipanggil untuk melatihmu.”
Setelah ia berpikir telah menyelesaikan pelatihan membasmi monster selama 4 tahun dan akhirnya sampai dirumah masternya, ternyata kini muncul pelatih baru.
Perawakan Dollin bertubuh kekar dengan tinggi sekitar dua meter. Berambut perak model All-back, menatap Cain dengan mata yang tajam.
“Begitulah Cain… kamu bisa belajar taijutsu(beladiri fisik) dan teknik berpedang darinya.”
Yuuya berdiri di samping Dollin.
“Baiklah, Master. Terima kasih, Mohon bimbingannya Master Dollin”
Cain membungkuk kepada Dollin.
“Umu.. Jika kita melakukannya disini nanti bisa merusak rumah ini, jadi ayo kita lakukan di dekat rumahku.. Kita pindah ya”
“Baik, Haku kemari!”
“Siap ya… [Transfer]! “
Ia memanggil kembali Haku. Lalu Dollin meletakkan tangannya di bahu Cain dan merpalkan sihir.
Seketika itu Dollin dan Cain menghilang. Setelah melihat mereka pergi, Yuuya pun menuju ke belakang rumah.
Disana terdapat bunga yang tumbuh di sebidang tanah, ditengahnya terdapat tiga batu nisan berbaris.
“Seiya, Megumi… Kazuya juga akhirnya datang ke dunia ini.. namundia nampak baik-baik saja… Mungkin saja ia dapat melakukan yang tidak bisa kita lakukan…”
Setelah berdoa, Yuuya pun kembali kedalam rumah.
◇◇◇
Dollin dan Cain mendarat di padang rumput kosong.
“Kita akan berlatih di sini, karena tidak ada apa-apa disekitar sini…”
“Kita mulai dari Taijutsu ya? Maju lah sesukamu…”
Cain memanggil Haku dengan [Summon] dan menyuruhnya bermain sebebasnya. Haku dengan gembira berlarian melintasi padang rumput.
“baiklah, aku mulai..”
Cain memiliki perubahan status yang signifikan ketika ia naik level setelah mengalahkan monster. Iapun melaju menuju Dollin dengan kecepatan yang tak dapat terlihat.
Begitu dia mencoba memukul dengan tangan kanannya, entah sejak kapan pandangannya mengarah ke langit.
“Loh?”
Cain bangkit dan ia tidak tahu mengapa ia tergeletak. Itu terjadi hanya sesaat.
“Cain-kun. Masih terlalu lambat… Maju terus…”
Iapun maju lagi dan kali ini mencoba menambahkan tipuan, tamun tak ada sensasi itu mengenainya. Cain terus menyerang, dan latihan berlanjut sampai matahari terbenam, Cain yang kelelahan terjatuh dan mencetak bekas di padang rumput.
“Aku tidak bisa bergerak lagi …”
“Kita cukupkan untuk hari ini… Untuk sementara kita akan mengulangi menu seperti ini… setelah itu baru kita akan mulai menggunakan senjata…”
“… ya … terima kasih …”
Haku yang telah lelah bermain kembali dan menatap kearah Cain yang terkapar dengan tatapan cemas. Setelah Cain mengembalikan Haku, diapun pingsan. Dollin membawa Cain tak sadarkan diri di bahunya dan berpindah menuju ke rumahnya.
“Aku pulang… Tolong rawat dia…”
Dollin membaringkan Cain di sofa.
“Selamat datang, Sayang… Wah kalian melakukannya sampai compang-camping begini ya…”
Melihat sosok Cain yang pingsan dengan pakaian yang berantakan dan dikotori oleh tanah dan rumput, Istri Dollin hanya mampu berkata “tolong agak di kondisikan” sambil memasang senyum seperti ini sudah biasa.
“Yah, ini pertama kali baginya…”
Setelah itu, Cain dibawa oleh Dollin ke kamar, dan tetap tertidur kelelahan dan tidak bangun sampai pagi menyambut.
Sinar mentari menyinari ruangan. Cain terbangun akibat silaunya.
“Langit-langit yang tak dikenal….”
Setelah mengucapkan kalimat yang pernah diucapkannya dulu itu, Cain bangkit dan melihat sekeliling, ia pun mengerti ia tidur di sebuah ranjang yang ada di sebuah kamar berukuran sekitar 6 tatami.
TL Note : 6 tatami = 9 shaku × 12 shaku ≈ 2.73 m × 3.64 m ≈ 10,9443 meter persegi.
“Aku berlatih dengan master Dollin, dan langsung pingsan ya… “
Cain merapihkan diri kemudian keluar ruangan.
Ketika tiba di ruang tamu, ada Dollin dan seorang wanita. Dan seekor naga putih perak kecil sedang tidur di sofa.
“Selamat pagi”
Cain membungkuk kepada keduanya dan menyapa mereka.
“Selamat pagi. Apakah tidurmu nyenyak?”
Wanita itu yang menanggapi.
“Ah, aku belum memperkenalkan diri, aku Ruri, istri Dollin. “
Ruri memiliki tinggi yang hampir sama dengan Cain, dengan rambut perak seeperti Dollin yang terurai sampai ke pinggangnya, seorang wanita cantik sekitar usia 20an.
“Salam kenal, Aku Cain von Silford. Panggil saja aku Cain.”
Cain menyapa Ruri sambil menundukan kepalanya.
“Karena makanan nya sudah siap, silahkan makan…”
“Terima kasih”
Cain pun duduk di kursi.
Makanannya sangat lezat. Ia merasa ini lah makanan sesungguhnya yang pertama kali ia makan settelah sekian lama. Ini adalah hal yang sangat berharga bagi Cain karena selama 4 tahun ia hanya memakan daging monster yang ia kalahkan. Airmata pun mengalir di mata Cain.
“Ah, Kamu tidak apa-apa, Cain-kun?”
Ruri bertanya dengan lembut.
“Tidak apa-apa. Aku empat tahun tinggal di hutan dan aku sungguh bahagia dapat memakan makanan selezat ini setelah sekian lama..”
“Begitu kah? Mulai sekarang selama latihan kamu akan tinggal dirumah ini, jadi kamu bisa menyantapnya setiap hari kok…”
Ruri tersenyum ketika mendengar masakannya dibilang enak.
“Terima kasih”
Ia sungguh bahagia dengan masakan itu.
Ketika ia sedang makan, naga perak yang tidur di sofa tadi datang menghampiri dan bersandar. Itu masih naga anak-anak, berukuran sekitar satu meter.
“Kyui?”
Mungkin ia tertarik pada orang asing yang belum pernah dilihatnya…
“Aku Cain, Salam kenal…”
Ketika ia mengelus kepalanya, mata naga itu terlihat senang.
“Setelah makan kita langsung mulai latihannya…”
Terdengar suara Dollin.
“Baik! Aku akan segera kesana!”
Dan latihanpun dimulai lagi.
Bulan demi bulan berlalu, dan sudah mendekati satu tahun.
“Yosoh… aku pikir ini sudah ckup… dengan ini pelatihan dariku selesai….”
“Master Dollin, Terima kasih…”
“Hari ini kamu bersantai saja… besok baru pergi ke tempat Yuuya”
Cain duduk dengan napas kasar.
Pagi berikutnya, Cain berpakaian rapih dan keluar untuk sarapan bersama.
“Sepertinya akan jadi sepi ya… mainlah kapan-kapan kalau kau ada waktu…”
“Ruri-san, maaf telah merepotkanmu… Aku akan main lagi nanti…”
Cain membungkuk mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada Ruri yang telah menyajikan makanan yang lezat setiap hari.
“Cain maf, tapi bisakah kamu membawa anak ini? Lakukanlah kontrak seperti yang kau lakukan dengan Haku. Aku ingin ia melihat dunia yang luas ini…”
Sambil berbicara begitu Master Dollin menyerahkan seekor naga perak.
“Dia punya nama aslinya, namun tidak punya nama panggilan… Cain berikanlah nama untuknya… “
Karena nama Haku diambil dari warna bulunya yang puih bersih.
“Kalau begitu, Gin saja, apa tidak apa-apa? “
Ketika ditanya begitu, Naga perak itu menjawab “Kyuui~” dan langsung naik keatas kepala Cain. Dengan menghabiskan waktu satu tahun bersama, gin pun sudah merasa akrab. Dan diapun sudah tumbuh menjadi lebih dari satu meter, jika dia naik di kepala tentunya itu akan terasa berat.
“Tunggu… berat tau…!”
Cain menurunkan Gin dari kepalanya dan memeluknya. Merasa senang, Gin pun melingkar di lengan Cain.
“Sepertinya anak ini juga menyukaimu… kadang-kadang datanglah untuk berkunjung… “
Seperti yang terjadi pada Haku, ketika membuat kontrak lingkaran sihir pun muncul dan Gin menghilang, dan ketika dipanggil dengan [Summon] gin kembali muncul.
“Baiklah, aku akan berkunjung lagi lain kali… dadah [Transfer]”
Ketika ia melihat Cain menghilang, hanya satu kalimat yang terucap dari bibir Dollin.
“Tolong rawat anakku.”
Akhirnya, pelatihanku dengan Master Dollin sudah selesai dan kembali ketempat Master Yuuya.
“Master! Aku kembali!”
Iapun masuk tanpa mengetuk pintu. Sepertinya Yuuya sudah mengetahui akan hal ini, iapun sudah menyiapkan dua cangkir kopi dan menyerahkan salah satunya.
“Terima kasih”
“Yah, duduklah. Aku ingin bicara.”
Cain duduk di sofa dan menyeruput kopinya.
Yuuya menatap Cain yang duduk dihadapannya menggunakan Mata dewanya. Jika [Appraisal] itu akan menimbulkan rasa janggal pada targetnya, namun karena ia sudah menjadi dewa, ia dapat memeriksa status Cain tanpa diketahui.
“Sepertinya kamu sudah cukup berjuang… tadinya jika masih belum matang aku berniat untuk melatihmu lebih keras lagi, tapi sepertinya itu tidak perlu… kamu sudah tumbuh menjadi cukup kuat… sepertinya Dollin itu terlalu bersemangat melatihmu… Aku akan memberitahumu tentang masalalu ku… tapi sebelum itu ada sesuatu yang aku ingin kau lihat…”
Yuuya memutari halaman rumah menuju bagian belakang rumah. Ke tempat yang penuh dengan bunga bermekaran.
“Inilah yang ingin aku tunjukan…”
Ditempat itu ada tiga makam. Dengan pandangannya Yuuya menunjukan dua makam diantaranya. Cain berdiri di depan dua makam itu dan membaca tulisan yang diukir di sana.
Tulisan itu diukir dalam bahasa Jepang.
“Rest in Peace Shiina Seiya”
“Rest in Peace Shiina Megumi”
“Ini … jangan-jangan…”
Cain memiliki ingatan tentang ini, ingatannya selagi masih sebagai Shiina Kazuya. Nama yang trerukir disana adalah nama kedua orang tuanya yang sudah meninggal.
“Seperti dugaan mu. Aku, Seiya dan megumi telah meninggal di Jepang dan kami bertiga di panggil ke dunia ini. Aku sebagai Hero, Seiya sebagai Paladin, dan Megumi sebagai Sage, kami bertarung sekuat tenaga melawan Aaron. Pertarungan itu sangat sengit, dan akhirnya mereka berdua pun gugur”
Yuuya memasang mata sedih.
“Sebelum aku menceritakan masalalu ku, maukah kau bertemu dengan Seiya dan Megumi??”
“… Ya”
Cain berlutut di depan kedua makam tersebut. Dan menyatukan kedua telapak tangannya.
“… Ayah, ibu, au pikir kalian sudah meninggal karena kecelakaan, tapi teryata dipindahkan kedunia ini ya… Kakek juga meninggal satu tahun sebelumku dan aku hidup sendirian. Namun aku akhirnya juga meninggal pada usia 17 tahun karena membantu gadis yang diserang oleh berandalan. Gadis itu ternyata adalah adiknya Saori, Manami-chan. Aku bersyukur sudah menyelamatkannya. Bahkan didunia ini, berkat para dewa aku bisa menjadi lebih kuat daripada saat aku sendirian. Dangan itu aku menambahkan orang orang yang harus aku lindungi. Ayah dan ibu juga sudah bertarung melawan Aaron dan menyelamatkan dunia ini ya… Jika segelnya lepas, aku yang akan melawannya kali ini… tunggu saja…”
Tanpa sadar airmata menetes dari mata Cain. Kenangannya sebagai Kazuya kembali memenuhi benaknya. Hanya saat ini lah dia merasa ia bukanlah Cain von Silford, melainkan Shiina Kazuya.
“Terima kasih Cain. Merek berdua itu, Selalu saja mengkhawatirkan tentang dirimu… dan berjuang mati-matian untuk mampu mencari petunjuk agar bisa kembali ke dunia itu.”
“Makam yang satu lagi ini? “
Cain bertanya pada Yuuya.
“Itu … adalah makam Marinne, makam istriku. Seorang gadis suci yang telah memanggil kami bertiga kedunia ini, dan bertaung bersama kami sampai akhir.”
“Jika istri Yuuya-san, aku harus juga mendoakannya…”
Cain menuju makam Marinne berlutut.
” Marinne-san terimakasih telah menjaga Ayah dan ibuku”
Yuuya, yang berdiri dibelakang Cain hanya mampu mengucapkan satu kalimat.
“… Terima kasih”
Setelah membungkuk hormat ke arah makam, mereka berdua memasuki rumah tanpa berbicara.
Yuuya menyeduh kopi baru lagi.
Lalu duduk di sofa.
“… kami dipanggil kedunia ini melalui upacara pemanggilan yang dilakukan di negara kepercayaan Marineford. “
Yuuya pun memulai cerita masa lalunya.