Pemberitahuan dan audiensi telah selesai, akupun kembali ke mansion ku.
“Cain-sama Selamat, atas promosi anda sebagai Viscount.”
“Selamat!!!”
Setelah membuka pintu, di dalam aula sudah terlihat para maid yang berbaris dengan Collin dan Sylvia sebagai pemimpinnya.
“Terima kasih… Mulai saat ini aku akan lebih sering pergi dari mansion ini, jadi aku sangat mengandalkan kalian…”
Dengan semangat para maid itu menjawab “Siap!!”. Sepertinya mereka merasakan sebuah kehormatan untuk bisa bekerja sebagai pelayan di rumah seoarang Viscount.
“Collin, apa kamu ada waktu sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan di ruang rapat…”
“Baik”
Setelah menyampaikan rasa terimakasihnya pada seluruh maid, Cain menuju ke ruang rapat bersama dengan Collin.
“Tak disangka itu adalah Drintle.. Apa anda akan baik-baik saja..”
Sesuai dugaan Collin pun sudah mengeahui cerita tentang Drintle.
“Yang Mulia dan perdana meneri sudah mengatakan aku boleh melakukannya sesukaku… jadi aku akan memanfaatkan itu… Karena itu adalah kota bagi para petualang, ada baiknya aku akan coba lihat situasi disana sebagai seorang petualang.. jadi akhir pekan ini aku akan kesana untuk mengunjungi nya ya…”
“Tolong berhati-hati ya… Ah tapi Cain-sama ini peringkat A ya.. tolong jangan berlebihan agar tidak diceramahi Yang Mulia lagi….”
“Iya… bahkan Yang Mulia pernah memarahiku dan mengatakan padaku ‘Apa kamu ini tidak tahu kata menahan diri!’ “
“Yang mulia bilang begitu? Apa sebenarnya yang sudah anda lakukan?? “
Tentu saja aku tidak bisa mengatakan bahwa yang mulia bersikap begitu setelah melihat status ku, jadi aku tidak menjawabnya.
Hari berikutya di Sekolah.
“Selamat atas promosi mu, Cain-sama “
“Cain-kun selamat ya!”
Aku menerima ucapan selamat dari Teles dan Silk.
“Selamat untuk Viscount Cain, aku tidak menyangka bahwa kota anda akan mendapatkan kota Drintle itu… Tapi yah semangat!! “
Dia adalah Habbit, putra Marquis Cordino, yang mengucapkan selamat sambil tersenyum penuh makna tersembunyi. Tampaknya dia sudah mendengar tentang kondisi di Drintle dari ayahnya dan dia seperti menganggap aku sudah pasti akan gagal mengelola wilayah itu.
Bahkan dia mau repot-repot datang dari kelas B ke kelas S untuk menyatakan ini.
“Terima kasih, Habbit-kun. Aku baru pertama kali mengelola wilayah… bahkan katanya disana akan ada asistennya, jadi aku akan berjuang yang terbaik…”
Setelah itu, pelajaran di sekolah berakhir tanpa sesuatu yang khusus.
Cain meninggalkan sekolah melalui gerbang selatan dan menuju ke guild petualang dengan tetap mengenakan seragamnya.
Ketika ia membuka pintu dan masuk kedalam, ia langsung merasakan tatapan para petualang itu berpusat padanya. Namun sesaat kemudian mereka mengalihkan pandangan mereka. Sebelumnya Cain pernah melepaskan aura membunuh yang luar biasa ke seluruh penjuru guild, dan kebanyakan yang hadir kali ini mengetahui akan hal itu. Setelah sekilas melihat papan Quest, iapun langsung menuju resepsionis yang sudah familiar dan berbaris disana.
“Selamat siang Letia-san… “
Ia adalah gadis resepsionis yang pertama kali dia temui saat pertama kali mendaftar di guild.
“Oh, Cain-sama, selamat siang…Apa hari ini anda ingin menerima quest??”
“Sebenarnya ada beberapa hl yang ingin aku bicarakan dengan Edin-san, apa boleh? “
“Guild master mungkin ada di ruangannya, sebentar aku akan menanyakannya, silahkan menunggu di sebelah sana…”
Letia-san langsung berdiri, dan meninggalkan pesan pada gadis di sebelahnya, dan langsung pergi kedalam.
Setelah beberapa menit aku duduk di sofa yang ada di lobi, Leia-san pun kembali.
“Cain-sama, guildmaster bisa menemui mu… Aku akan mengantarmu, silahkan sebelah sini…”
Letia-san membimbingku menuju ke ruang guild maser.
“Aku Letia. Aku membawa Cain-sama untuk menemui anda..”
Ucapnya setelah mengetuk pintu.
“Silahkan…”
Terdengar suara dari balik pintu itu, dan kamipun langsung embuka pintu dan kemudian masuk.
“Silahkan duduk dulu disana dan tunggu sebentar… sebentar lagi ini selesai…. Letia, tolong teh nya ya… “
“Baik, Cain-sama tolong tunggu sebentar…”
Setelah memandu Cain, ia pun meninggalkan ruangan untuk menyiapkan teh.
Ketika tehnya datang aku pun sedikit menunggu dengan santai, dan sepertinya pekerjaan Edin-san telah selesai.
“Maaf ya Cain-kun, aku membuatmu menunggu…”
“Tidak apa-apa, Justru ini salahku karena datang tanpa janji…”
Edin duduk di sofa menghadap Cain dan meminum teh yang telah disiapkan Letia.
“Jadi apa tujuanmu datang hari ini? Ngomong-ngomong selamat ya atas Promosimu seagai Viscount… Aku mendengarnya dari Tiffana…”
“Terima kasih. Ada yang ingin aku bicarakan tentang itu. Sebenarnya aku diangkat menjadi walikota Drintle. Aku dengar kota ini terkenal sebagai kotanya para petualang …”
Edin mengerutkan kening setelah mendengar nama Drintle disebutkan.
“Kota itu ya… Sepertinya kamu harus menghadapi sesuatu yang merepotkan ya… Guildmaster disana bernama Rixets, dia awalnya adalah seorang petualang rank S. setelah mengalami cidera ia pensiun dan melakukan pekerjaan sebagai Guildmaster, dulunya dia tidak terlalu berminat dengan kekuasaan, namun dia sering bersengketa dengan walikota sebelumnya dan berakhir dengan mengusir walikota tersebut beserta para prajuritnya, dan sejak saat itu disana menjadi wilayah yang diatur langsung dibawah kekuasaan raja. “
Sesuai yang diharapkan dari seorang ketua markas pusat guild petualang di ibukota kerajaan Esfort, informasi darinya sangat terperinci.
“Aku beprikir akan pergi berkunjung ke Drintle akhir pekan ini… pertma-tama sebagai seorang peualang bukan sebagai seorang walikota”
“Iya ya… kurasa itu bagus bagimu untuk melihat sendiri keadaan disana… Aku akan menuliskan surat untuk Rixets.”
“Aku sangat berterimakasih jika Edin-san mau melakukan itu… Kalau bisa aku ingin menggunakan cara damai…”
“Aku rasa itu agak mustahil… Orang itu tidak akan mengakui orang yang tidak lebih kuat darinya… Ah kurasa itu tidak masalh bagi Cain-kun… kalau ada apa apa kamu hajar saja dia…”
“Apa bisa semudah itu?”
“Dikota itu terkesan seperti kekuatan adalah segalanya. Jika kamu mengalahkan Rixets, yang lain pasti akan mau mengikutimu…”
Cain menghela nafas dengan jawaban seadanya dari Edin.
“Baiklah… aku akan berusaha yang terbaik…”
“Aku akan menyiapkan suratnya besok, sebelum berangkat ke Drintle mampirlah sebentar…”
“Baik”
Cain berterima kasih pada Edin dan meninggalkan ruangan itu. Setelah menyelesaikan urusan di guild, ketika akan pulang aku berhenti dan melambaikan tangan ke arah Letia-san sebagai rasa terimakasihku. Diapun menyadarinya dan membalas melambaikan tangan. Dengan begitu aku meninggalkan guild dengan perasaan yang bagus.
“Aku sudah bisa membayangkan sedikit gambarannya… tapi kira-kira kota seperti apa itu ya?” Cain bergumam sambil menatap langit.