Kemarin, ia memakan steak daging minotaurusnya yang sudah dingin sampai habis. Meskipun Dashu sudah bilang “aku akan buat ulang!!!” namun ia tetap puas memakannya sampai habis.
Ketika ia mencoba mengucapkan rasa terimakasihnya kepada Dashu dan Himika, mereka malah merasa ketakutan. Mereka merasa gugup karena identitas dirinya sebagai walikota sudah ketahuan, namun ia meminta mereka untuk bisa berkomunikasi seperti biasanya.
Meskipun kepada masyarakat un sudah ketahuan, karena di toko ini ada sedikit pelanggan dan tidak ada masalah dengan prajurit, maka hal ini pun menjadi bukan masalah.
Setelah ia diperbolehkan menginap dikamar mewah yang sebelumnya dia pesan, sambil menyantap sarapan di [Cat Calmness] ia memikirkan rencana nya hari ini.
Karena masalah guild petualang mereka sudah bertemu dengan ketua guild minggu lalu, maka sekarang saatnya gereja. Cain berpikir bahwa ia harus melakukan sesuatu terhadap harga sihir pemulihan yang kelewat mahal dibandikan kota lain itu.
“Terima kasih makanannya… Sarapanya juga lezat…”
Cain yang telah selesai makan mengajak bicara Enark yang sedang bekerja di aula.
“Kakak Cain, nanti datang lagi/?”
Enark bertanya dengan ekspresi kesepian.
“Ya, hari ini dan besok aku harus melakukan pekerjaan sebagai walikota… nanti aku akan datang lagi untuk makan ya…”
Cain mengatakan itu padanya sambil menepuk-nepuk rungan kepalanya. Ekspresi Enark pun berubah menjadi bahagia.
Dash dan Himika juga keluar dari dapur.
“Terima kasih banya, Tuan… berkat anda kemarin Enark tidak terluka…”
Mereka menundukkan kepala dan berterima kasih pada Cain. Namun Cain mengatakan kepada mereka bahwa ini adalah hal yang wajar.
“Meski begitu…”
Dashu mengangguk dengan senyum pahit diwajahnya.
“Kalau begitu aku kaan menyiapkan sesuatu yang lezat lagi, jadi silahkan datang lagi ya…”
Himika yang merespon itu, dan Cain hanya mengangguk.
“Aku akan datang lagi minggu depan untuk makan atau menginap ya… Enark-chan sampai jumpa…”
Cain berpamitan pada ketiganya lalu meninggalkan penginapan dan menuju ke balaikota.
Begitu Cain terlihat di gerbang, salah satu penjaga pergi menuju Elive sedangkan satu membungkuk memberi hormat.
“Selamat datang di rumah, Tuan Walikota”
“Ya, Aku kembali…”
Sambil melambaikan tangan ke arah penjaga, iapun langsung masuk kedalam. Elive pun segera darang keruangannya.
“Maaf mebuat anda menunggu, Viscount Cain, apakah ada hal yang ingin anda seliiki hari ini? “
Cain mengangguk menanggapi pertanyaan Elive.
“Mungkin bukan segera, tapi nanti kita akan kedatangan ahli dalam bidang politik dalam kota. Kita harus mengubah keadaan kota ini, jadi aku meminta ayahku Margrave Gram untuk merekomendasikan seseorang. Jika saatnya tiba, aku minta kamu untuk bekerja sama dengannya…”
“… Seorang Ahli politik ya….Baik Saya mengerti. Saya akan mengatur tempat tinggal nya…”
“Dan untuk jadwal hari ini, bisakah kita bertemu dengan kepala pendeta gereja di sore hari nanti? Banyak hal yang aku harus tanyakan padanya… “
Cain harus bertanya kepada gereja, terkait biaya pemulihan yang mahal. Sihir pemulihan adalah salah satu faktor penting dalam pengembangan kota kedepannya. Jika tak ada yang dapat pergi kesana dan mendapatkan pemulihan maka tak ada gunanya.
“Pendeta Stag, tidak terlalu sering keluar dari gereja … bagaimana ya…”
Elive menjelaskan dengan agak bingung dan berkeringat di dahinya.
“Baguslah… Aku saja yang kesana, Sudah lama aku tidak berkunjung ke gereja.. sesekali aku harus berdoa kepada dewa kan… sebentar lagi aku akan bersiap-siap…”
Cain belum sempat pergi ke gereja sejak ia menjadi walikota. Jika ia berdoa kemungkinan akan bertemu dengan mereka dan melaporkan berbagaihal.
Cain memperjatikan dokumen yang diterimanya dari Elive dan memberikan stempel penyetujuan. Melanjutkan dengan makan siang dirunanganny, setelah itu berganti pakaian dengan seragam formalnya lalu menuju ke gereja.
Elive ingin menyiapkan kereta, namun Cain menolak karena ia masih baru menjadi walikota, jadi ia ingin melihat kota dengan mata kepalanya sendiri. Elive mengatakan bahwa setidaknya dia harus membawa pengawal.
Gereja terletak disebelah selatan dari alun-alun, Cain berjalan jalan dikota sambil melihat-liha keadaan kota ini. Ada sejumlah orang berlalu-lalang dijalan, dan toko-toko oun terlihat makmur. Di dekat alun alun terlihar Guild petualang, namun ia hanya melewatinya dan bergegas menuju ke selatan.
Gereja dapat dengan mudah diemukan karena ukurannya sangat besar dan tidak sebanding dengan ukuran kota ini.
“Ukurannya mirip dengan yang ada di Gracia… Apa ini perlu ya…”
Cain membuka pintu gereja sambil memikirkan itu. Segera setelah masuk, ada resepsionis yang sedang duduk.
“Apakah anda doa hari ini? Atau pengoba—tidak mungkin ya…”
Resepsionis berbicara pada Cain.
“Aku ingin berdoa hari ini dan bertemu dengan pendeta disini”
Caim menjawab dengan penuh perhatian. Namun resepsionis itu meespon dengan mengerutkan dahinya.
“Untuk berdoa biaya nya 1 koin perak… dan untuk pendeta, ia tidak bisa bertemu dengan orang yang tidak memiliki janji sebelumnya…”
Berdoa di gereja harusnya dikenakan uang amal, bukan biaya tetap. Cain merasa heran dengan biaya yang harusnya seikhlasnya namun malah ditetapkan oleh gereja. Lagipula 1 koin perak itu setara dengan 10.000 yen, ini terlalu mahal untuk sekedar berdoa.
“Apakah gereja disini juga menentukan harga untuk orang berdoa ya?? Dikota lain biayanya seharusnya seikhlasnya loh.. “
Karena ini adalah sesuatu yang buruk, Cain menanyakan hal ini dengan tegas pada resepsionis itu.
“Meskipun anda mengatakan itu kepadaku… aku hanya mengikuti instruksi pendeta… Jika anda tidak bisa membayar silahkan pulang…”
Suaranya semakin keras, dan dua orang ksatria gereja datang dari dalam.
Gereja memiliki pengaturan ksatria sendiri, dan mereka dikirim dari gereja pusat di ibukota kepada gereja di daerah lain. Mereka menggunakan armor putih, kita dapat langsung mengenalinya jika melihat mereka.
“Sepertinya ada keributan disini, apa yang terjadi?”
Salah satu ksatria gereja bertanya pada resepsionis.
“Anak mengelu tentang harga yang mahal untuk berdoa.”
Setelah mendengar perkataan resepsionis, ksatria gereja mengalihkan pandangannya pada Cain.
Ksatria gereja berdiri di hadapan Cain, dan sedikit merunduk menyetarakan pandangannya.
“Kamu datang dari kota lain ya… Di kota ini memang begitu… karena ini adalah keputusan pendeta, aku merasa menyesal, namun bisa kah kamu menerimanya?”
Ksatria ini tidak terlihat seperti orang jahat. Namun, gereja yang ada setiap kota pada dasarnya adalah wewenang pendeta. Sepertinya ksatria ini hanya menurutinya saja.
“Aku tidak masalah untuk membayar dengan koin perak.. Tapi bukankah ini terlalu mahal untuk masyarakat biasa yang igin berdoa? Bahkan aku mendengar mereka harus membayar harg yang tinggi untuk menerima pengobatan disini? Aku datang kesini hari ini untuk membicarakan hal ini dengan kepala pendeta. Aku adalah Cain von Silford Drintle, Walikota baru disini. Katakan itu dengan pendeta… “
“Eh …”
Mengetahui bahwa Cain adalah walikota, baik ksatria gereja maupun resepsionis itu terkejut.
“Apakah ada buktinya…”
Salah satu ksatria yang merasa ketakutan bertanya Cain pun mengeluarkan seuah belati dan bukkti bahwa ia telah menjadi walikota disini. Ksatria yang telah mengkonfirmasi bukti itu wajahnya langsung memucat.
“Mohon maaf, saya akan segera menghubungi pendeta, mohon tunggu sebentar…”
Salah satu ksatria berlari kedalam dan menghilang. Beberapa meit kemudiab ia kembali.
“Mohon maaf membuat anda menunggu, Pendeta Stag bersedia bertemu dengan anda… mari saya antar.. silahkan sebelah sini…”
Dengan panduan dari ksatria gereja itu, ia pun tiba di ruang tamu di gereja. Ruang tamu itu didekorasi dengan perhiasan emas dan perak, serta dindingnya dipajang dengan lukisan. Lukisan berhiaskan emas, sungguh terlihat bukan seperti sebuah ruang tamu gereja.
Begitupun dengan sofa yang didudukinya. Sangat mewah dan empuk seakan kau akan tenggelam didalamnua ketika duduk.
Seorang suster menyajikan the, namun aromanya sangat wangi sungguh bukan seperti produk yang normal dipasaran… Setelah menunggu sebenar, tak lama sang pendeta pun datang. Pendeta itu sangat gemuk, mungkin saja orang akan salah mengenalnya seperti orc.
“Maaf membuat anda menunggu… Aku sangat sibuk tadi… Aku adalah pendeta disini, namaku Stag… Salam kenal Viscount Cain.
Sang pendeta itu duduk di sofa, dan sofa itu agak bergetar menahan badanya yang berat itu. Padahal hanya dia sendiri yang ada di sofa itu, namun itu sudah berderit.
Selain itu, tericum aroma sake dari mulutnya. Cainpun mengerutkan dahinya mencium aroma menyengat ini.
“Aku Cain von Silford Drintle, walikota yang baru. Aku datang untuk menanyakan beberapa hal terkait gereja di sini. Pertama-tama …”
Dengan ini, pertempuran antara Cain dan pendeta bernama Stag pun dimulai.