Malam yang panjang pun berakhir.
Karena adanya kasus penyerangan semalam, Cain bangun dari tempat tidurnya sambil merasa mengantuk.
Ia membuka tirai jendelanya, dan membiarkan tubuh nya yang masih mengantuk bermandikan sinar matahari pagi.
Cain mengganti baju tidurnya, dan segera keluar dari kamarnya, menuju ke kamar tempat Enark dan keluarganya tidur.
Iapun mengetuk pintu, setelah orang di dalam tahu bahwa itu Cain, maka pintupun langsung dibuka. Adalah Enark yang menyambut nya.
“…Enark, syukurlah kamu sudah bangun…”
Cain merasa lega dalam hatinya. Karena ia menyerahkan Enark dalam keadaan tidak sadar, ia masih merasakan khawatir apakah Enark dapat bangun atau tidak.
“Cain-oniichan, sapaan pagi hari itu [Selamat pagi] tahu… “
“Ya, benar juga, Selamat pagi Enark”
Setelah ditegur oleh Enark, Cain menyapanya sambil menggaruk kepala.
“Selamat pagi, Kakak Cain! Silahkan masuk… Eh ini rumahnya kakak Cain ya…”
Cain tersenyum menanggapi sapaan Enark yang ceria dan penuh semangat. Ketika ia masuk ke dalam kamar, ia menemukan Dashu dan Himika sudah terbangun.
Sepertinya para maid sudah membawakan mereka pakaian baru, karena pakaian mereka yang lama penuh dengan sobekan akibat penyerangan kemarin. Mereka bertiga mengenakan pakaian yang cukup menawan.
“Dashu-san, Himika-san, aku minta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi kemarin… Aku akan menanggung perbaikan penginapan, sampai itu selesai diperbaiki, kalian bisa tinggal dikamar ini…”
Cain membungkuk ke arah mereka bertiga.
“Tolong angkat kepalamu… Seorang walikota tidak bisa semudah itu menundukan kepalanya pada orang biasa seperti kami…”
“Cain-sama telah menyelamatkan kami… bahkan Enark pun baik-baik saja, itu sudah cukup buat kami…”
Tidak hanya oleh Enark, bahkan ia dinasihati juga oleh kedua orang tuanya, iapun mengangkat kepalanya.
“Terimakasih kalian berdua… Aku akan berusaha untuk membangun kota ini lebih baik lagi… aku berjanji akan membuat kota ini menjadi kota yang nyaman untuk ditinggali…”
Mereka berdua mengangguk mendengar kata-kata Cain.
Setelah itu mereka sarapan bersama. Mereka berdua yang belum pernah merasakan makan bersama bangsawan, merasa agak gugup. Sedangkan Enark makan dengan lahap melihat masakan yang lezat dan menggugah selera.
“Kakak Cain, ini lezat ya! Aku mau lagi…”
“Ya… Kalau begitu tambah saja…”
Dengan lembut Cain menoleh ke arah maid, dan para maid pun dalam keheningan nmembungkuk dan membawa lagi hidangan yang baru ke hadapan Enark. Cain merasa tenang memiliki pelayan yang sangat handal.
“Hari ini aku ada urusan diluar… dan aku juga harus ke ibukota, jadi kemungkinan aku tidak kembali ke sini… untuk sementara ini anggaplah ini sebagai rumah sendiri dan bersantailah…”
Dashu dan Himika mengangguk mendengar perkataan Cain sambil merasa agak ngeri. Sedangkan Enark merasa kesepian karena Cain akan pergi. Dashu juga harus memberikan penjelasan kepada para tamu penginapan, jadi ia pergi menuju penginapan. Jadi di mansion hanya tinggal Enark dan Himika.
“Maaf ya Enark… hari ini aku harus pergi bekerja… aku juga harus menjelaskan kejadian kemarin pada yang mulia, dan memintanya mengrim wakil walikota yang baru… kita akan main lagi setelah aku pulang ya…”
Cain menyelesaikan santapannya, lalu masuk ke kamarnya dan memikirkan langkah yang akan diambil kedepannya.
Ia merasa agak khawatir dengan keamanan dirumah ini selama kepergiannya ke ibukota nanti. Meskipun ketua Dark guild telah ditangkap, bukan berarti itu adalah semua anggotanya. Jika mereka melakukan balas dendam dan menyerang mansion ini, maka prajurit saja tidak akan mampu menghadapinya. Dia memikirkan siapa seseorang yang cukup kuat yang bisa menggantikan dirinya sementara. Dan sebuah pikiran terlintas di benaknya.
“Oh ada satu orang yang pas! Bisa kan kalo Cuma berjaga-jaga?”
“[Summon: Seto]!!”
Seketika lingkaran sihir muncul di kamarnya, dan sosok ras manusia iblis dengan tiga tanduk di dahinya muncul.
Ia adalah raja iblis Seto yang dulu tidak sengaja ia panggil ketika pelajaran sihir. Mengenakan pakaian yang mewah seperti biasanya.
“Ohh Cain-sama ada apa? Dengan perintah mu kami pasukan iblis akan menghancurkan negara manapun yang anda inginkan”
“Aku tidak akan melakukan itu!!!”
Setelah tiba-tiba mengatakan itu disertai candaan, iapun di persilahkan untuk duduk. Cain pun duduk disofa yang ada dihadapannya.
Cain menjelaskan tentang kejadian kemarin, dan rencana kepergiannya ke ibukota untuk meminta mengirimkan wakil walikota pengganti kepada Seto
“Apa!? Cain-sama itu bukan raja di negeri ini??? Tidak, raja sebuah negara itu terlalu kecil, Ayo kita menguasai seluruh dunia!! “
“Tidak akan, bodoh! Aku salah satu walikota!! “
“Kalau begitu ayo kita mulai dengan memerdekakan kota ini….”
“Itu juga gak bakal!!! “
Cain kelelahan menanggapi pernyataan Seto, dan bersender di sofanya. Dan sekali lagi menjelaskannya.
“Jadi, aku ingin seto melindungi mansion ini selama aku tidak ada disini… tentu tidak akan masalah jika aku ada disini, tapi karena aku akan ke ibukota jadi aku tidak bisa melindunginya… dengan adanya Seto, bahaya apapaun yang akan datang nanti pasti akan baik-baik saja… dan pastinya kamu bisa melindungi semua orang disini…”
Seto hanya mengangguk mendengar penjelasan Cain.
“Kalau begitu aku punya orang yang tebih lepat daripada diriku… Kurasa tidak akan masalah untuk menjadikan orang ini sebagai kepala pelayan disini… Aku ini biar begini tetaplah seorang raja, tidak bisa berbuat sampa seperti itu… Aku tidak bisa meninggalkan istanaku dalam waktu yang lama… kalau begitu aku akan memanggilnya sekarang ya…”
“[Summon Darmesia]”
Sosok yang muncul adalah seorang pria paruh baya, dengan rambut putih seperti uban dengan gaya allback dengan menggunakan seragam pelayan, tampak seperti ras manusia.
“Oh raja Iblis Seto-sama… Lama tidak berjumpa…”
Pria itu dengan sopan menyapa Seto. Lalu melihat kearah Cain, dan membatu. Darmesia langsung bisa merasakan sosok yang mendekati dewa dalam wujud anak kecil.
“Be-beliau ini…”
Seto menjelaskan kepada Darmesia yang terlihat kebingungan.
“Beliau ini adalah Cain-sama… Orang yang melakukan kontrak dengan ku… seorang utusan dewa pencipta, dan juga dewa yang akan menaklukan dunia ini!! “
“Aku tidak akan menaklukannya! Dan aku bukan dewa!! “
Darmesia tersenyum mendengar percakapan antar keduanya. Dan Cain pun menjelaskan kembali kepada Darmesia.
“Cain-sama, sebelumnya saya adalah salah satu dari empat pilar raja iblis, namun sekarang sudah pensiun, dan sedang menikmati hari santai… kalau anda berkenan tolong jadikan aku pelayan disini.. biar begini kemampuan saya masih belum kendor…” Dalam keadaan tegap Darmesia membungkuk kepada Cain. Di rumahnya yang ada di ibukota sudah ada Collin sebagai kepala pelayan disana jadi semuanya berjalan baik-baik saja, namun disini belum ada yang menjadi kepala pelayan.
Sampai saat ini selau Elive yang menyiapkan segala hal, sehingga tidak terlalu ada masalah yang tampak, namun dia tidak ada lagi. Iapun memutuskan untuk membawa Darmesia yang tampak seperti pelayan yang handal.
Setelah Seto kembali ke tempatnya, Cainpun mengenalkan Darmesia pada para pelayan. Tentu saja juga kepada Dashu, Himika dan Enark.
Bahkan Enark memanggilnya ‘kakek’ dan datang memeluknya. Melihat tingkah gadis kecil tanpa dosa itu Darmesia pun membalasnya dengan membelai kepala nya dengan lembut sambil tersenym. Karena Cain bisa dengan tenang menyerahkan sisanya, iapun memutuskan untuk bersiap menuju ke ibukota.
“Kalau begitu aku berangkat ya… aku berencana untu secepat mungkin kembali ke sini, jadi aku mengandalkanmu sampai aku pulang…”
“Berhati-hatilah di jalan, Cain-sama”
Setelah berpamitan pada Darmesia, dan langsung berpindah ke manssionnya yang ada di ibukota.
Karna ia berpindah ke ruang kerjanya di mansion, diapun langsung keluar dan menuju ke koridor untuk mencari Collin.
“Collin, apakah kamu ada??”
Ketika ia ingin berusaha membuka pintu tanpa mengetuk, ia mendengar suara dua orang sedang berbicara.
Itu adalah suara Sylvia dan Collin.
“Aku, menyukai Sylvia-san… namun saat ini adalah masa-masa penting bagi Cain-sama, sekarang bukan saatnya untuk jatuh cinta dan mengendurkan fokusku.. Namun, jika nanti beliau sudah dewasa dan mengijinkan, aku ingin kamu mendampingiku… “
Cain mendengarkan pengakuan cinta mengejutkan yang dilakukan oleh Collin.
“Aku juga menyukai Collin-san… tapi tidak bisa melepaskan Cain-sama yang sudah aku urus sejak kecil begitu saja… Sampai Cain-sama dewasa, mari kita bekerja sama melakukan yang terbaik untuk mendukungnya… Setelah itu baru kita pikirkan lagi langkah kedepannya… “
Cain pun tanpa sadar tersenyum mendengar bahwa Collin dan Sylvia saling mencintai. Dan kenyataan bahwa mereka berdua lebih mengutamakan Cain daripada cinta mereka.
Mendengar semua perkataan itu, Cain merasakan hatinya membara. Sylvia adalah pelayan yang khusus ditugaskan untuk merawat Cain sejak masih kecil, dan merupakan sosok yang telah membesarkannya. Bahkan dia yang mengajari menulis dan berbagai pengetahuan tentang dunia ini.
Karena usianya sudah mencapai 21 tahun dan mencapai usia yang cukup untuk menikah, Cain pun berharap agar Sylvia bisa bahagia.
Cain melepaskan tangannya dari pintu lalu mengeluarkan keras beserta alat tulis dari [Item Box] nya. Lalu menuliskan sesuatu dan meletakkannya di depan pintu. Pesan itu berbunyi :
[Ketika aku sudah dewasa nanti, Aku ingin kalian berdua menjadi bahagia. Cain.]
Cain yang karena beberapa alasan bealakangan ini memiliki suasana hati yang buruk, merasa tercerahkan mendengar percakapan diantara keduanya. Ia lalu meninggalkan mansion dan bergegas menuju ke istana.
Sesampainya di istana, ia menunjukan identitasnya dan menyampaikan bahwa ia ingin bertemu dengan raja dan perdana menterinya.
“Kami telah diberitahu oleh yang mulia untuk membebaskan Cain-sama untuk masuk ke istana, Saya akan mengantar anda ke ruang pertemuan, silahkan…”
“Terima kasih”
Bersama salah satu ksatria dia berjalan menuju ke ruang pertemuan, dan dia duduk di sofa tempat ia biasa duduk. Pelayan menyuguhkan teh, dan ia pun dengan santai menunggu. Tak lama Perdana Menteri Magna masuk ke ruangan itu.
“Maaf mebuatmu menunggu, Viscoun Cain.. Yang mulia dan Duke Eric sedang ada tamu lain, tapi kurasa beliau akan hadir nanti, tapi ada apa mendadak begini?Apakah tentang Drintle?? “
Cain mengangguk merespon pertanyaan Perdana Menteri Magna.
“Sebenarnya—“
Dia melaporkan semua kejadian yang terjadi di Drintle. Ia menjelaskan secara kronologis kejadian yang terjadi. Perdana menteri Magna yang mendengar itu pun mengerutkan alisnya.
“Begitu ya kejadiannya… Aku turut prihatin, atas nama Yang mulia aku memohon maaf atas apa yang terjadi”
“Itu tidak apa-apa… Tidak perlu seorang perdana menteri repot-repot menundukan kepalanya dan meminta maaf”
“Begitu… Tapi maaf ya..”
Sang perdana menteri mengucapkan itu dengan penuh penyesalan, Cain pun menjelaskan langkah yang akan dia ambil selanjutnya.
Ia menjelaskan kekosongan posisi wakil walikota karena adanya insiden ini, serta kosongnya posisi pendeta di gereja dan meminta untuk kerajaan membuat permintaan untuk dilakukan penggantian pendeta yang baru.
“Kalau begitu, tunggu sebentar, tamu yang saat ini di temui oleh Yang mulia adalah Kepala pendeta gereja pusat di kerajaan ini, Kita akan menjelaskannya langsung padanya, aku minta maaf, kamu harus menjelaskan ini sekali lagi nanti…”
“Baiklah, Perdana Menteri.”
Dengan panduan Perdana menteri, Cain dibawa menuju ke ruang pertemuan lain. Ketika sampai di tempat Yang mulia melakukan pertemuan, sang perdana menteri mengetuk pintunya.
“Ini Magna… Ada hal yang ingin kami sampaikan kepada Yang mulia dan ketua pendeta, saya juga membawa Viscount Cain.”
“Masuklah…”
Setelah mendegar suara itu, Sang Perdana Menteri pun membuka pintu. Di dalam ada sosok Yang Mulia dan Duke Eric, serta sesosok lelaki tua yang mengenakan jubah di hadapannya.
“Permisi… Mohon maaf atas kunjungan ku yang mendadak ini.”
Cain memasuki ruangan dan membungkuk hormat kepada Yang Mulia.
“Tidak masalah… Pertama aku akan mengenalkan mu, beliau adalah kepala pendeta dari gereja pusat di Kerajaan Esfort, Namanya Hanam-dono..”
Sang pendeta yang mengenakan jubah putih berhiaskan emas nan mewah itu menundukan kepalanya.
“Pendeta Hanam, Perkenalkan, aku adalah putra ke tiga Margrave Garm von SIlfford Gracia, Namaku Cain von Silford Drintle. Aku dianugerahi degan gelar Viscount “
Cain menyapa Kepala pendeta Hanam dan membungkuk kepadanya.
“Aku Hanam, Kepala pendeta di Kerajaan Esfort.”
Setelah saling menyapa, ia dan perdana menteri duduk lalu menjelaskan lagi apa yan telah ia jelaskan pada perdana menteri sebelumnya.
“——-Aku tidak menyangka salah satu pendeta kami akan melakukan hal seperti itu…”
Sang kepala pendeta merasa semakin marah setelah mendengar bahwa salah seorang pendetanya tidak hanya hidup berfoya-foya namun juga memungut biaya yang terlalu tinggi untuk biaya pengobatan secara ilegal. Terlebih ketika ia mendengar kasus penyerangan di rumah walikota.
Meskipun ia merasa tidak suka, fakta bahwa adanya serangan itu adalah nyata. Ini adalah masalah yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan pendapat Kepala pendeta, namun ia harus menghubungi kerajaan kepercayaan Marineford.
“Saat ini, ia sedang berada di penjara kota Drintle bersama dengan para pelaku lainnya…”
“Aku benar-benar minta maaf atas masalah yang dilakukan oleh salah satu oknum gereja… Aku yang akan melaporkan hal ini dengan detail kepada Kerajaan Marineford, Yang Mulia, Viscont Cain, Aku benar-benar mohon maaf…”
Sang kepala pendeta itu membungkuk dan meminta maaf sedalam-dalamnya kepada Cain dan Yang Mulia.
“Kalau begitu, tolong siapkan pendeta baru…”
“Begitu kita kembali ke gereja pusat, aku akan segera mengaturnya, Kemungkinan ia akan segera menuju ke Drintle besok pagi… “
“Terima kasih banyak…”
Kepala pendeta Hanam menyetujui permintaan Cain.
“Selanjutnya, Yang mulia, terkait wakil walikota dan ketua Dark Guild, serta Wakil ketua guild petualang, aku berencana untuk membawa mereka ke ibukota…”
Menanggapi permintaan Cain, Rex hanya mengangguk saja. Kasus sebesar ini tidak bisa hanya ditangani oleh seorang walikota. Mereka harus dihakimi di Ibukota dan membongkar semua kejahatan yang sudah mereka buat selama ini.
“Terkait wakil penggantinya, tolong beri aku waktu… aku harus mempertimbangkan ini bersama dengan Magna.”
“Meskipun aku tidak bisa menunggu terlalu lama karena masih ada sekolah, aku mohon bantuannya… tapi, kemungkinan ayahku Garm akan mengirimkan utusan sebagai ahli urusan dalam kota, jadi mungkin ia hanya akan mengurusinya sampai utusan itu datang…”
Mendengar nama Garm disebutkan, Yang mulia mulai berfikir sambil meletakkan tangan di dagunya.
“Aku akan mempertimbangkannya… Besok datanglah ke Istana setelah pulang sekolah…”
“Baik.. Sampai jumpa esok hari, Kalau begitu hari ini saya permisi… ” Cain membungkuk lalu bergegas meninggalkan ruang pertemuan. Lalu ia pun meninggalkan Istana menuju ke Guild petualang.