Darmesia mengantarkan mereka berdua ke kamar yang telah ia siapkan. Karena Laura ingin sekamar dengan kakaknya, maka ditentukan mereka tinggal dikamar dengan ukuran ganda.
Darmesia bahkan sudah memerintahkan pelayan untuk membeli pakaian untuk mereka berdua berganti pakaian. Cain pun tersenyum mengetahui sungguh berbakatnya kepala pelayannya ini.
Di ruangan kerjanya, Cain yang menjadi sendirian melihat-lihat dokumen yang belum di stempel. Meskipun ia agak terkejut dengan pernyataan Lula tadi, namun ia akan memeintanya untuk bekerja keras untuk kota Drintle bersama kakaknya, Alex.
Namun, karena Lula merupakan seorang budak, mungkin akan ada banyak kesulitan yang akan ia hadapi nanti. Jadi Cain berniat untuk segera melepaskan perbuadakan ini. Pada dasarnya di leher seorang budak akan terukir rangkaian sihir, dan di buat untuk selalu terlihat kapan pun.
Ketika ia fokus kepada kegiatannya ini, Alex, Darmesia, Lula, dan Laura memasuki ruangan.
Cain duduk di sofa, Alex pun duduk di sebelahnya, lalu ia mempersilahkan Lula dan Laura untuk duduk di hadapan mereka.
Darmesia sedang membuat teh di sudaut ruangan.
“Kak Alex, aku akan mempersilahkan mereka berdua ini untuk tinggal di rumah ini… kakaknya yang bernama Lula, akan membantu kakak sebagai asisten… sedangkan adiknya bernama Laura, ia akan ku serahkan kepada Darmesia untuk menjadi pelayan di rumah ini… “
“Saya adalah Lula.Alex-sama… Salam kenal”
“Saya adalah Laura, mohon bimbingannya… “
Mereka bangkit dan meperkenalkan diri mereka kepada Alex.
“Aku adalah Alex von Silford, meskipun aku adalah kakaknya Cain, tapi aku adalah anak kedua, tidak perlu sehormat itu padaku…”
Setelah mereka berkenalan, Darmesia pun menghampiri dan menyajikan teh.
“Pertama-tama aku berniat untuk membebaskan status budak kalian… Karena Lula akan membantu kak Alex, kamu akan kerepotan jika tetap dalam statusmu sebagai budak… Aku akan membebaskan kalian dari perbudakan ini, dan membuat kalian bekerja dibawah naungan keluarga Silford. Karena Lula memiliki pengetahuan terkait perencanaan bangunan, jadi kupikir dia akan berguna untuk membantu kak Alex…”
Alex mengangguk pada penjelasan Cain.
Cain pun berdiri dibelakang sofa yang diduduki oleh Lula dan Laura.
“Diam dulu sebentar ya…”
Cain meletakan tangannya di leher Lula.
“[Release]! “
Setelah Cain merepalkan sihirnya, tanda budak yang ada di leher Lula mengilang tanpa bekas.
“Eeeh??? “
Tanda segel budak, adalah ciri khas pedagang budak. Itu merupakan sihir rahasia yang hanya dapat digunakan oleh pedagang-pedagang yang terdaftar di Asosiasi pedagang budak. Tidak heran Alex terkejut melihat Cain baru saja menggunakan sihir pembebasan budak ini.
“Sesuai dugaan ku… Selanjutnya adalah giliran membebaskan Laura…”
Cain membebaskan Laura dengan cara yang sama. Meskipun Cain belum pernah mencoba sihir ini sebelumnya, namun ia mengerti bahwa pada dasarnya ini sama dengan kutukan.
Mereka berdua saling berpelukan karena bahagia karena tanda budak mereka telah menghilang. Beberapa tahun terakhir ini mereka telah menghabiskan hari-hari sebagai budak, pastinya sangat sulit. Apalagi saat ia menemukan mereka, mereka dalam keadaan cacat fisik, dan sudah hampir menyerah untuk hidup.
Mereka berdua berdiri, lalu membungkuk hormat kepada Cain.
“Cain-sama, Terima kasih sudah membebaskan segel budak kami… Mulai saat ini saya dan adik saya akan senang hati bekerja keras untuk Cain-sama…”
“Cain-sama saya juga akan bekerja keras untuk Cain-sama…. Terima kasih…”
Cain mengangguk menanggapi mereka.
“Kurasa aku benar-benar mengerti apa yang dikatakan perdana menteri magna tentang ‘diluar nalar’ “
Alex menghela nafas dan meminum teh nya. Sedangkan Darmesia tersenyum memperhatikan mereka dari belakang.
Cain dan yang lainnya menaiki kereta, lalu berkeliling kota. Kereta itu di kendalikan oleh Darmesia, sedangkan di dalam kereta itu ada Cain, Alex, dan Lula. Laura ditugaskan sebagai maid, jadi ia tetap tinggal dirumah.
Kota Dintle memiliki populasi sekitar tiga ribu orang. Hanya ada seribu orang penduduk asli disini. Sedangkan sisanya adalah petualang. Karena jumlahnya yang banyak ini, kota ini juga disebut sebagai kota petualang
Di dekat gerbang barat yang mengarah ke hutan monster dan dungeon, banyak berdiri penginapan, toko senjata dan armor, serta toko peralatan sihir. Tentunya disini juga banyak bar, dan lokasi pelacuran.Dan kereta ini berjalan menelusuri jalan menuju gerbang barat.
“Benar benar seperti kota yang tercipta untuk para petualang ya…”
Lula bergumam sambil melihat keluar dari jendela kereta.
“Ya, beitulah… namun jika kita kearah selatan dari gerbang barat, disana kita akan menemukan daerah kumuh… disana berkumpul orang-orang seperti pensiunan petualang akibat cedera, dan anak-anak yang kehilangan orang tua mereka… Meskipun juga ada dark guild, namun aku sudah membasmi nya, jadi kurasa mereka tak akan berulah… aku ingin melakukan sesuau pada daerah ini…”
Cain menjelaskan kepada Lula sambil memandang keluar. Kereta itu sudah berada di gerbang barat, lalu mengarah ke selatan.
Berbeda dengan jalan utama, di jalan ini terlihat bangunan yang sudah rapuh berjajar, serta beberapa orang anak-anak serta orang cacat yang terlihat seperti gelandangan.
“… benar-benar daerah kumuh ya…”
Lula menyatakan pendapatnya dengan ekspresi wajah yang sedih.
Sangat langka ada kereta bngsawan yang berjalan menyusuri wilayah kumuh. Para anak yatim-piatu itu saling berbicara diantara mereka sambil menatap kereta yang mewah itu.
Kereta terus berjalan hingga sampai ke gerbang Selatan. Terus berjalan melewati gerbang selatan hingga sampai ke gerbang timur.
Dari gerbang timur ke gerbang selatan adalah tempat tinggal bagi para pengrajin dan penduduk asli kota ini. Dan jalan-jalan disini memiliki pembatas yang mebuatnya terlihat elegan. Namun karena di kelilingi oleh tembok luar, ini jadi terlihat sempit.
“Cain dan aku ingin memperluas tembok luar ini dan membuat kota ssedikit lebih luas, lalu kami akan menambah area untuk tempat tinggal penduduk.. lalu juga membangun sekolah dan panti asuhan untuk anak-anak yatin-piatu… dengan mendidik para anak yatim-piatu ini aku berharap bisa memberikan masa depan yang baik kepada mereka…”
Cain menyetujui perkataan Alex. Mereka bertiga terus menyusuri kota sambil memandangi pemandangan di luar kereta. Setelah itu mereka kembali ke mansion.
Dan mereka merangkum rencana yang akan mereka lakkan unuk kota Drintle kedepannya.
“Memang benar ternyata kalau terus begini kita tidak akan bisa berbuat apa-apa… Bahkan kita tak punya cukup ruang untuk membangun bangunan baru… Jika kia langung merelokasi pemukimn kumuh, maka penduduk disana akan memenuhi kota… sepertinya memang memperluas dinding luar adalah pilihan terbaik ya… Setelah itu, kita akan membangun tempat tinggal baru, sekolah, serta panti asuhan, dengan itu kita bisa memindahkan para penduduk pemukiman kumuh, lalu menata ulang daerah itu…”
Cain dan Alex mengangguk pada pendapat Lula.
“Baiklah.. kalau begitu besok kita mulai dengan memperluas dinding kota…”
Mereka berdua terkejut dengn perkataan Cain. Memperluas dinding luar bukanlah perkara yang mudah. Untuk membuatnya dibutuhkan bahan, tenaga dan uang. Sedangkan Cain mengatakan seolah-olah tak ada yang dibutuhkan.
“Itu bukan hal yang mudah….”
Lula ingin mengatkan itu, namun Alex memberi isyarat dengan tangannya.
“Ini tentang Cain, pasti ia punya cara tersendiri… Kita lihat saja besok…”
Alex mengarahkan senyumannya pada Lula.
“Apa aku bisa meminta Lula untuk mulai membuat desain bangunan yang akan kita buat nantinya? Kurasa aku bisa membuat sesuatu jika itu peralatan sederhana… karena tidak akan ada gunanya jika kita membuka lahan tanpa membangun apapun disana…”
“Baiklah… kalau begitu aku perlu alat tulis dan kertas… dan juga sesuatu semacam pengaris…”
“Baiklah… aku akan membuatnya…”
“Penggaris???”
Alex merasa binguung mendengar kata yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Tapi Cain mengabaikannya karena ia tak bisa menjelaskannya.
Di kehidupan sebelumnya, ia pernah mendapakan kelas pelajaran teknik disekolah, dan dia menguasai gambar-gambar sketsa sederhana, jadi ia sekarang dapat membayagkannya. Tentu saja jika diminta membuat komputer dan software CAD maka dia akan kerepotan, namun jika hanya alat gambar tangan maka ia bisa melakukannya.
Saambil makan siang, mereka melanjutkan pembicaraan mereka terkait masalah pembangunan kota. Tentu saja ia juga menyerahkan kepada Lula alat-alat gambar yang telah ia buat menggunakan sihir [Creative Make]. Ketika ia menyerahkan seperangkat peralatan ini, ia hanya mampu tersenum pahit mendengar komentar Lula yang mengatakan, ‘Benar-benar peralatan dasar ya’. Apa boleh buat, di kehidupan sebelumnya dia hanyalah seorang siswa SMA.
Setelah memberikan sebuah ruangan kepada Lula, ia juga membuat sebuah drafter disana. Itu adalah sebuah meja yang biasa digunakan untuk menggambar desain. Melihat ini mata Lula bersinar, dan langsung mengurung dirinya di dalam kamar.
Cain dan Alex hanya tersenyum pahit melihat kelakuan Lula, merekapun kembali ke ruang kerja Cain. Ia sudah memberi tahu Lula apa yang ingin ia buat. Sisanya tinggal menunggu dia memperlihatkan sketsa nya.
“Sepertinya ada kemajuan meskipun perlahan-lahan ya… “
Mendengar perkataan Cain, Alex pun mengangguk.
Keesokan hari, di pagi hari, sebelumnya para penduduk sudah diberitahu untuk tidak mendekati gerbang hari ini. Ini dalah perintah walikota, penduduk hanya bis mematuhinya meskipun enggan.
Cain dan kelompoknya menaiki kereta dan ketika mereka keluar dari geerbang barat, kereta berhenti.Terbentang jalan beberapa kilometer dari gerbang menuju ke hutan monster. Ini bukanlah jalan yang sengaja dibuat, karena petualang sering lewat untuk berburu ke hutan, maka secara alami jalanan ini pun menjadi rata akibat kereta yang lewat membawa hasil buruan mereka.
“Kurasa tidak masalh disekitar sini…”
Cain dan kelompoknya berdiri sekitar dua kilometer dari gerbang ke arah hutan monster.
“Jika kita membuat dinding baru disini, kurasa kita akan punya cukup ruang…”
Lula pun sependapat.
“Bisa kah kalian sedikit mundur? Karena akan sedikit berbahaya…”
Mendegar perkataan Cain, Alex dan Lula menjauh dari Cain dan mendekati kereta.
Setelah memastikan keduanya telah cukup menjauh, Cain pun meletakan tangannya di tanah dan mulai mengalirkan energi sihirnya. Lalu ia membuat bayangan dalam kepalanya.
“Karena kudengar pernah terjadi banjir monster dimasa lalu, jadi sepertinya kita harus membuatnya lebih tinggi… dan juga aku ingin membuat parit di sekelilingnya… lalu mengalirkan air disana… maka tidak akan ada masalah…”
“[Creative: Universe Creation] “
Setelah Cain merapalkan sihirnya, bumi mulai bergetar dan perlahan lahan naik. Sepanjang ratusan meter tanah naik secara bertahap dan membentuk dinding. Terlebih, tingginya mencapai sekitar 10 meter.
“[Creative : Hardness Improvement]”
Dinding yang terbuat dari tanah itu perlahan lahan mengeras dan menjadi dinding yang seolah terbuat dari batu. Cain merasa puas dengan hasil nya ini. Setelah menyeka keringatnya, iapun menoleh kebelakang.
“Segini bagimana?? “
Ketika ia berbalik kebelakang, ia melihat Alex dan Lula yang terpana dengan mulutnya menganga.
“…Aku tidak menyangka akan sampai seperti ini…”
“…Ini Cheat ya….”
Mereka berdua terpana oleh sihir Cain yang sungguh diluar nalar manusia ini. Hanya Darmesia yang sedang mengurus kudanya yang tersenyum.
Setelah itu, mereka menyusuri dareah yang belum menjadi dinding menggunakan kereta dan mengulangi sihir yang sama untuk membuat dinding yang utuh.
Pada senja hari, dinding-dinding telah selesai dibuat mengelilingi kota Drintle. Saat ini kota Drintle berada dalam kondisi terlindungi oleh dinding besar setinggi 10 meter.
Ini bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh penyihir biasa. Jika ini adalah Cain yang belum menerima pelatihan di Fafnir, pasti sat ini dia sudah tergeletak ditanah karena kehabisan energi sihir. Namun saat ini Cain sudah menjadi setengah dewa. Ini adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh sosok yang sudah melampaui keberadaan manusia.
Setelah membangun dinding, Cain menggali parit sedalam lima meter disisi luar dinding, lalu mengalirkan air dalam jumlah banyak dengan menggunakan sihir air kedalam parit itu. Lalu terakhir, ia membangun jembatan.
“Kurasa untuk sementara ini cukup ya?? “
Cain terlihat sangat puas, namun Alex dan Lula yang telah melihat kemampuan sihir Cain seharian, telah menyerah dan tak tahu lagi harus berkata apa.
Lalu mereka kembali ke mansion dengan menaiki kereta.
Para pedagang yang datang dari ibukota dan kota-kota lain terkejut lemas ketika meliha dinding yang baru saja dibuat.
“ini adalah One Night Castle!! “
Para pedangang yang melihat kejadian ini mengatakan demikian. Tentunya karena jarak dari Drintle ke ibukota adalah dua hari perjalanan, tidak butuh waktu lama agar berita ini sampai ke istana.