Perjalanan menuju ke kota Sylvester dapat dilalui tanpa masalah apapun.
Dengan pengawalan dari 20 orang Royal Knight tak ada yang monster ataupun bandit yang ingin menyerang karavan ini.
Meskipun sempat merasakan keberadaan monster di hutan dengan menggunakan skill [Search], namun tak ada tanda-tanda mereka akan menyerang.
“Sebentar lagi kita sampai di Sylvester… Pada akhirnya Cain-kun tidak mau sekamar denganku…”
Melihat wajah Silk yang merengut, Cain menghela nafas panjang, sambil tetap mengawasi jalan dengan menggunakan skill [Search], dia menjawab,
“Kita kan belum resmi tunangan… Duke Eric juga bilang kan… Lagipula apa kata Teles nanti….”
Cain membayangkan sosok Telestia yang mengantarkan keberangkatannya.
Jika digabungkan dengan usia di dunia sebelumnya, saat ini dia sudah berusia lebih dari duapuluh tahun. Meskipun sosok gadis dihadapannya ini memiliki kecantikan yang tak mungkin ada di dunia sebelumnya itu, ia sama sekali tak memiliki hasrat terhadap gadis kecil yang masih baru mulai tumbuh seperti itu.
Kereta teerus berjalan tanpa hambatan, dan ketika memasuki siang hari, mulai terlihat dinding yang melindungi kota.
“Viscont Cain, Kota Sylvester sudah terlihat…”
Ksatria pengawal memberi tahu dari luar kereta, dan Cain mengangguk kearahnya.
(Tapi ya… Earl Lagnav ya… Semoga saja tidak terjadi apa-apa…)
Ksatria yang mengawal di garis depan telah memberitahukan kepada penjaga gerbang, dan gerbang telah terbuka lebar. Para prajurit berbaris di kedua sisi jalan dan menyambut kedatangan Cain serta rombongannya.
Para pedagang di kota agak terkejut dengan kejadian inii, namun dengan arahan dari prajurit mereka membuka jalan.
Rombongan kereta itu berjalan di tengah kerumunan kota menyusuri jalanan kota, dan berjalan langsung menuju ke mansion walikota tanpa berhenti.
Ketika memasuki kota, mereka berjalan dengan perlahan-lahan, sehingga mereka sampai di mansion walikota sekitar 20 menit kemudian.
“Viscont Cain, kita sudah sampai di mansion walikota…”
“Baiklah, terima kasih”
Pintu kereta terbuka, dan Cain turun lebih dulu, lalu membantu Silk untuk turun.
“Terima kasih, Cain-kun”
Cain mengangguk merespon senyman Silk, dan kemudian menuju ke mansion walikota. Sang penguasa kota ini beserta beberapa pelayannya sudah berbaris di pintu masuk.
Seorang pria berusia sekitar 40tahunan, yang kemungkinan adalah Earl Lagnav berdiri di tengah barisan itu dan merentangkan tangannya.
“Viscont Cain, Nona Silk, Selamat datang di kota Sylvester… Aku adalah pemimpin kota Sylvester ini, Lagnav von Lubert Sylvester, Kepercayaan Marineford memberkati kalian semuanya…”
TL Note : Disini ane bingung nama dia Luvest apa Lubert, karena memang dari penulisnya yang berbeda hurufnya, mungkin beliau Typo
Mereka berdua membungkuk, dan kemudian memperkenalkan diri.
“Terima kasih banyak atas sambutan Anda, Earl Lagnav… aku adalah Viscount Cain von Silford Drintle… Kami akan banyak merepotkan anda”
“Saya adalah Silk von Santana. Mohon kerja samanya…”
“Tentu saja… Pasti kalian lelah atas perjalanan yang panjang… hari ini silahkan beristirhat dulu…”
Pintu mansion terbuka, dengan dipimpin oleh pelayan, keduanya di antar menuju ke ruang tamu. Meskipun ada bangunan mansion untuk tamu di sebelah mansion walikota, namun karena kali ini akan ada kunjungan sang gadis suci, maka mereka berdua diarahkan ke kamar tamu di mansion walikota.
Di kamar tamu itu, di hiasi dengan dekorasi tujuh patung pilar. Meskipun itu tampak banyak perbedaan dengan dewa aslinya, ia tak mempedulikannya.
Tiba-tiba pintu diketuk, dan kemudian terbuka sedikit, dan Silk memunculkan sedikit wajahnya kedalam.
“Apa aku oleh masuk, Cain-kun?? “
“Silahkan… “
Silk yang masuk itu sudah berganti pakaian dan kini mengenakan gaun pakaian khas bangsaawan.
“Terima kasih… Masih ada waktu lima hari sebelum sang gadis suci itu datang kan?? Aku ingin bertanya apa yang harus kita lakukan di sini sampai saat itu tiba…”
“Kita harus menjemputnya di perbatasan nanti, tapi karena jaraknya hanya setengah hari dari sini, jadi kurasa kita bisa bersantai beberapa hari… apa mau berjalan-jalan di kota?”
“Duh.. Cain-kun ini… jangan bilang jalan-jalan… bilang saja kencan…”
“—Iya iya… Kudengar kota ini banyak penganut setia kepercayaan Marineford.. jadi aku ingin mencoba mengunjungi gereja…”
Cain berpikir untuk bertemu dengan para dewa sebelum ia bertemu dengan sang gadis suci itu. Meskipun ia berpikir bahwa gadis suci itu tak akan bisa melihatnya, namun akan repot nanti jika di kerumunan orang ia menyebut ‘Utusan dewa!’. Meskipun sepertinya itu adala respon yang wajar mengingat saat ini [Status] Cain sudah mendekati setengah dewa.
“Kalau begitu nanti saat makan malam kita tanya Lagnav-sama, besok kita ingin pergi ke kota…”
“Ya, Boleh saja…”
“Baiklah… sepertinya Cain-kun belum berganti pakaian ya? Kalau begitu sampai jumpa lagi saat makan malam!! “
Setelah mengatakan itu, Silk pun meninggalkan ruangan.
Cain membersihkan pakaiannya menggunakan sihir, kemudian mengambil pakaian bangsawan dari [Item box] milikya, dan segera berganti pakaian. Karena masih ada waktu sebelum makan malam, iapun duduk bersila, dan mulai bermeditasi, mensirkulasikan energi sihirnya.
Ketika ia sedang berkonsentrasi, tak terasa sinar mentari senja telah masuk melali jendela, dan terdengar suara pelayan yang memberi tahukan waktunya makan malam.
“Cain-sama, persiapan makan malam sudah selesai, semua orang sudah berkumpul… “
“Terima kasih, aku akan kesana sekarang…”
Dipandu oleh pelayan, ia pun tiba di ruang makan, dan terlihat Lagnav dan Silk sudah ada di posisi mereka.
“Maaf membuat anda menunggu”
Saat ia ingin duduk di sebelah Silk, ia dipandu agar duduk di sebelah Lagnav.
“Tidak, tidak, Tuan Cain ini sudah menjadi bangsawan sejati kan? Sampai Sang gadis suci itu tiba disini, anda adalah tamu kehormatan disini…”
Lagnav menjawab sambil tertawa.
“Baiklah, karena semuanya sudah berkumpul, mari kita bersulang! Bersyukur kepada tujuh dewa Marineford!! Bersulang!!”
” Bersulang!!”
Karena ini adalah hari pertama, masakan yang mewah telah dihidangkan. Dan pelayan menempakan masakan kepiring dan menyajikan ke hadapan masing-masing orang.
“Tuan Cain, siapa dewa yang paling anda kagumi diantara tujuh dewa Marinefordd?? “
Tak lama sejak perosesi santap-menyantap berlangsung, LAgnav mengajukan pertanyaan.
“Aku… tidak terlalu.. “
Cain yang telah bertemu denga ketujuh dewa secara langsung merasa tidak perlu mengutamakan salah satu diantara mereka. Apalagi saat ini ia sedang membayangkan sebuah layar yang ada di dunia para dewa.
“Begitukah? Itu tidak boleh!! Para dewa itu memiliki peran mereka masing-masing.. Pertama….”
Lagnav mulai menceritakan tentang ketujuh dewa. Dan dia terus bercerita terus-menerus layaknya sedang bernafas.
Karena Cain tidak bisa makan selama pembicaraan, ia hanya menanggapi cerita dengan jawaban singkat dan terus membiarkanya berlalu. Pembicaraan Lagnav ini bahkan 10% pun tak masuk di kepalanya.
“—Jadi karena itu, setiap dewa itu sangat luar biasa…”
“Aku sangat terkesan… anda sekagum itu dengan para dewa… “
Pembicaraan ini telah berlangsung selama lebih dari 30 menit, Cain yang telah kelelahan hanya mampu mengucapkan itu.
Setelah itu ia sedikit melanjutkan menyantap makanannya. Setelah selesai makan, ia diajak oleh Lagnav untuk melanjutkan pembicraan, namun Cain menolak dengan alaasan telah kelelahan akibat perjalanan jauh.Cain kembali kekamar, Cain yang sudah melemas langsung tergeletak di tempat tidur.
“Aku mengerti dia adalah pemganut kepercayaan yang taat, namun apa perlu berbicara sampai sejauh itu…”
Karena ia telah kelelahan secara mentalm ia memanggil Haku dan Gin, dan kemudian melompat ke arah bulu lembut mereka, dan ia merasa terpulihkan.
“Sudah lama aku tidak bermain dengan kalian…. Tapi, sepertinya kalian tambah besar ya?? “
Ukuran haku sudah hampir setinggi tiga meter. Cain melompat ke perutnya dan mengusap-usap bulu lembut itu.
Sebenarnya ia sangat ingin berjalan-jalan dikota bersama mereka, namun ia ddapat membayangkan betapa merepotkannya respon orang-orang saat mereka melihat Cain berjalan-jalan dengan Divine Beast dan Divine Dragon.
Setelah merasa cukup bermain bulu, Cain pun naik ke tempat tidurnya dan mulai tertidur.
Keesokan harinya, Karena sudah mendapatkan izin dari Lagnav, Ia memutuskan untuk berjalan-jalan dikota bersama dengan Silk. Lagnav mengatakan bahwa mereka harus membawa pengawal, namun Cain bilang tidak perlu. Ksatria yang mengawal mereka berdua sudah tahu akan kemampuan Cain jadi mereka tidak terlalu memaksa.
Merekka berdua berjalan menyusuri kota sambil menikmati pemandangan kota. Karena mereka tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka berjalan-jalan di kota menggunakan pakaian bangsawan tanpa pengawalan, jadi mereka memutuskan untuk mengenakan pakaian biasa.
“Lihat!! Disana ada buah-buahan yang terlihat lezat!! “
Di tempat yang ditunjuk oleh Silk terlihat barisan buah-buahan berbagai warna tertumpuk rapi. Mungkin karena posisinya jauh di selatan ibukota, iklim disini cukup memadai, dan cocok untu produksi anggur.
“Sepertinya sangat enak… Saat pulang nanti ayo kita beli beberapa…”
“Ya”
Mereka melanjutkan menyusuri kota sambil berbincang-bincang dan melihat-lihat berbagai toko. Dan merekpun tiba di gereja yang menjadi tujuan mereka.
“Cain-kun, kamu ingin berdoa? Kalau begitu aku juga…”
Mereka memberikan uang amal kepada suster di pintu masuk, dan memasuki altar, lalu menyatukan kedua tangannya dan berlutut.
Dan seperti biasanya, Cain terselimuti oleh cahaya putih.