“Mari berjuang hari ini!!!”
Sambil menepuk ringan pipiku, aku bersiap di depan meja resepsionis sejak pagi-pagi sekali, dan bersiap menghadapi para petualang yang ingin mendaftar Quest. Butuh sekitar satu minggu bagiku untuk bisa beradaptasi, dan kini aku dapat menyelesaikan tugas tugasku sebagai menerima pendaftaran quest dan memastikan pencapaian petualang dengan baik.
“Ness, Sepertinya kamu sudah semakin mahir melakukan tugasmu ya…”
Adalah Letia sang wakil ketua guild yang datang berbicara kepadaku, dia adalah orrang yang mewawancarai aku ketika pertama kali mendaftar.
“Ya!! Aku sudah mengingat semua tugasku!”
“Terus lakukan yang terbaik!! “
Seakan dalam keadaan bahagia, Letia-san kembali kemeja nya di bagian dalam. Dan aku kembali melanjutkan pekerjaanku.Namaku adalah Ness, dan tahun ini aku berusia 16 tahun. Berkat memperlajari orang tuaku yang bekerja di salah satu perusahaan dagang di kota Drintle ini, aku bisa memiliki sedikit pengetahuan tentang bahasa dan matematika sederhana. Dengan ini aku bisa diterima bekerja di Guild petualang.
Karena ketua guild disini terlalu okus pada kekuatan dan tidak teralu pandai mengurus administrasi, seluruh pekerjaan ditangani oleh Letia sang wakil ketua guild.
Karena Drintle adalah kota petualang, lebih dari separuh populasi dikota ini adalah seorang petualang. Aku dengar beberapa waktu yang lalu sempat ada masalah disini, namun berkat adanya walikota dan wakil walikota yang baru, kota ini telah banyak berkembang dan menjadi lebih baik. Para senior juga mengatakan baha di guild petualang, dengan kedatangan Letia-san dari ibukota dan menjadi wakil ketua guild disini, tempat ini berubah menjadi tempat yang lebih nyaman untuk bekerja.
Jam-jam sibuk di pagi hari pun berakhir, dan ketika aku sedang sedikit bersantai karena barisan para petualang ini akhirnya menghilang, seorang anak kecil yang nampaknya petualang pemula muncul.
Setelah melihat-lihat di aula, anak itu langsung menuju kehadapanku dan berbicara kepadaku.
Yosh!! Ini adalah pekerjaan ku menangani pemula!
” Permisi.. Apa di sekitar sini ada tempat yang banyak monter berkumpul??”
Seorang bocah petualang yang terlihat masih pemula itu nampaknya ingin melakukan penaklukan monsterm namun aku akan menghentikannya karena aku tidak bisa membiarkan anak-anak seperti dirinya untuk melakukan penaklukan monster.
” Anak anak mana boleh ketempat berbahaya seperti itu kan?? lebih baik kamu mencari quest di dalam kota yang aman… Saat ini walikota bahkan sudah menambahkan quest-quest yang bisa dilakukan oleh anak-anak… Jadi ambil saja itu… Walikota disini benar-benar memikirkan tentang anak-anak dan para petualang… jadi….”
Aku mengatakan hal itu kepada anak itu seolah-olah aku mengetahuinya, namun anak itu memasang wajah yang terlihat kebingungan.
“Kalau bisa aku ingin mengalahkan monster …”
Meskipun aku sudah memberitahukannya dengan sangat sopan, namun sepertina anak ini masih bersikeras ingin menaklukan monster. Apaboleh buat, mungkin dia sangat mengidolakan seoarang petualang, akupun menghela nafas. Aku pun mengeluarkan berbagai dokumen informasi di kota dan menjelaskannya, namun akan itu tampak tak tertarik sama sekali.
“…Maaf, apakah ketua guild ada? Katakan padaanya, ‘Cain sudah datang’ nanti dia akan mengerti…”
Sambil menunjukan ekspresi kerepotan, anak itu mengatakan hal itu. Anak ini meminta bertemu dengan ketua guild, bahkan aku saja belum pernah bertemu dengannya.
“Namamu Cain-kun ya?? Ketua guild itu sangat sibuk dan tidak bisa melayani anak kecil… apa kamu paham??”
Aku menjelaskan kepada anak itu denggan sopan. Munkgin dia akan mengerti. Namun setelah aku menjelaskannya, anak ini malah meghela nafas, dan melanjutkan perkataannya.
“Kalau begitu panggilkan siapa saja yang ada …”
Mendengar itu, bahkan aku yang baik hati ini pun menjadi kesal. Meskipun aku ini adalah orang baru, tapi wakil ketua guild ini telah mengakui dan memuji kerjakerasku! Dan kini seorang anak kecil yang bahkan belum dewasa ini menolak berbicara dengan ku dan meminta berbicara dengan orang lain.
“Moo… Meskipun aku ini orang baru disini, itu tidak sopan jika kamu meminta berbicara dengan orang lain saat kamu sedang berbicara dengan ku…”
Tanpa sadar aku meninggikan suaraku kepada anak itu. Para resepsionis lainnya melihat kearah ku setelah mendengar suaraku ini.
“Aku bilang anak-anak harus nya bertingkah selayaknya anak-anak—“
—Jetok–
“Aduh!! Apa sih??”
Tiba-tiba aku dipukul, karena rasa sakit itu akupun langsung berbalik kebelakang. Dan disana berdiri Letia-san, sang wakil ketua guild. Terlebih dia berdiri dengan ekspresi yang marah. Meskipun begitu, karena aggak kesal dpukul tiba-tiba, aku refleks menyuarakan keluhanku kepada Letia-san.
“Wakil ketua… Ada apa sih tiba-tiba mukul begitu!! “
Namun Wakil ketua tidak memperdulikanku sama sekali, dan ia menundukan kepalanya kepada anak yang ada dihadapanku ini.
“Cain-sama, sudah lama tidak bertemu…. Aku akan segera memanggil ketua guild… Mari aku antar keruang tamu…”
Iapun langsung memberi pesan kepada salah satu staff agar memanggil ketua guild. Aku yang tidak mengerti apa yang terjadi ini pun bertanya kepadanya dengan suara lirih.
“… Cain-kun itu…”
Ketika aku mengatakan itu, lagi-lagi kepalaku dipukul.
“Aduuh!!! “
Setelah dipukul berkalli-kali, akupun hampir menangis, dan Letia mulai berbicara setelah menghela nafas panjang.
“Ness, beliau ini adalah walikota kita, Earl Cain von Silford Drintle… Aku kan sudah bilang pada mu beberapa hari yang lalu… Bahwa walikota telah diangkat dari Viscount menjadi Earl …”
Mendengar penjelasan Letia-san ini, tanpa sadar mulutuku terbuka lebar. Eh? Anak kecil bernama Cain ini seorang walikota?? Bocah dengan kostum petualang ini?? Aku sudah pernah bertemu dengan walikota sebelumnya, dia adalah sosok pria berusia dua puluh tahunan, aku yang sangat terpesona dengan penampilannya initidak mungkin aku salah mengenalinya.
“Eh?? eh!? Bukannya walikota itu pemuda yang sering datang menemui ketua guild itu??? “
Lagi-lagi kepalan ku ditepuk.
“Itu adalah Baron Alex.. kakaknya Cain-sama… dia wakil walikota disini… duh kamu ini….”
Seakan akan lelah menghadapiku, Letia-san kembali menghadap Cain-kun, dan menundukan kepalanya.
“Aku minta maaf, Cain-sama. Aku kurang mendidik resepsionis baru ini.. aku harap kamu tidak akan menghukumnya… hei Ness kamu juga tunduknan kepalamu!!”
Karena Letia-san menekan kepalaku, akupun ikut menundukan kepala.
“Letia-san.. Lama tidak berjumpa.. Tidak apa-apa… badgi orang yng belum kenal aku memang terlihat seperti anak-anak… Ness-san juga mengatakan itu karena mengkawatirkan ku…”
Kupikir bangsawan itu orang yang agak sensitif, namun walikota ini malah mengatakan itu sambil tersenyum lembut kepadaku.
“Terimakasih… Kalau begitu mari aku antar…”
Letia-san pun mengantarkan Cain-kun, bukan, Cain-sama menuju kedalam. Namun aku masih kesulitan mengurutkan informasi di dalam kepalaku ini. Aku tidak menyangka wbahwa anak itu adalah seorang walikota. Meskipun agak bersedih, aku melanjutkan pekerjaanku dan menghindari membuat kesalahan lagi.
Ketika jam kerja hampir berakhir, Alex-sama sang wakil walikota datang ke guild petualang. Dan Wakil ketua menyuruhku untu memanggil Ketua guild. Dan akupun bergegas menyelesaikan pekerjaanku, dan bergegas menuju gudang penyimpanan material.
Ada seekor monster besar yang terbaring disana, dan para staff serta para petualang sedang berkerumun untuk melihatnya.Disamping monster itu, ada ketua guild sedang berbicara dengan suara yang pelan dengan seorang petualang. Ketika aku memanggil ketua guild dari belakang, petualang yang sedang bersamanya itu ikut berbalik kearahku.
“Ketua Guild anda kedatangan tamu… Ah tuan walikota.. maaf mengganggu… “
Setelah aku mengatakan itu, seluruh petualang yang sedang menonton monster itu tiba-tiba melihat kearahku. Mungkin saja itu karena aku mengatakan “walikota” disini.
“Walikota!?!?”
Para petualang itu menyuarakan keterkejutan mereka, namun aku tetap melanjutkan perkataan ku agar aku tidak mengulangi kesalahanku yang sebelumnya.
“Tuan walikota, Baron Alex sedang berkunjung, apa anda ingin bertemu juga?? “
Kemudian walikota dan Ketua guild tampak menghela nafas dalam-dalam.
Aku bangga karena kali ini aku tidak melakukan kesalahan lagi seperti siang tadi, namun respon mereka berdua tampak aneh.
“Ketua guild… Baron Alex sedang menunggu anda…”
Spaan! !
Ketua guild itu memukulku dengan sepenuh tenaga. Ini tidak lah lebih sakit dari yang dilakukan Letia-san, namun ini tetap membuatku terkejut.
Lalu kemudian lagi lagi ketua guild itu menghela nafas dalam-dalam.
“Kamu ini… Aku minta maaf Cain-dono… Karena dia jadi ketahuan deh.. “
“Yah apa oleh buat…”
Dengan wajah terkejut, para staff dan para petualang menatap kearah tuan Walikota. Ketika walikota memandangi sekitarnya lalu menghela nafas, ketua guild maju selangkah kedepan.
“Seperti yang kalian dengar… Cain-sama ini adalah Walikota disini… Namun dia juga seorang petualang… Karena Cain-sama ini tidak terlalu senang identitasnya terungkap, jadi tolong perlakukan beliau sebagai petulang… Yah mungkin ini juga sulit… tapi aku mohon kalian merahasiakan hal yang kalian lihat ini…”
Ketua guild mengatakan itu, namun para petualang yang hadir hanya mampu melirik kearah walikota dengan agak gugup. Lalu tuan walikota maju kedepan dan mulai berbicara.
“Seperti yang kalian dengar… aku adalah Earl Cain von Silford Drintle… Aku memang walikota… tapi aku juga seorang petualang, dan juga seorang pelajar dari akademi di ibukota… Aku sering beraktivitas di luar.. jadi jangan ragu untuk menyapa jika bertemu dengan ku…”
Tuan walikota mengatakan begitu, namuntak satupun dari mereka yang mengagguk setuju dengan ini. Kurasa itu wajar. Akupun meski di perintahkan begitu, aku tak akan bisa seenaknya saja berbicara dengan beliau. Dan seorang prtualang perempuan yang dikelilingi petualang lainnya juga tampak tak bisa menerima kenyataan ini dan terus menggumamkan “E-e-earl… Cain-kun… itu Earl…” tanpa henti.
Mengabaikan situasi tegang ini, tuan walikota bersama ketua guild kembali keadalam guild setelah membumngkuk ringan. Akupun ikut meninggalkan tempat ini sambil melirik kearah para petualag yang masih diam membeku.Walikota dan ketua guild sudah menuju ke ruang pertemuan, jadi aku kembali ke meja resepsionis dan melanjutkan pekerjaanku.
Lalu ketika jam pulang hampir tiba, aku merasakan aura membunuh yang mendekatiku, ketika aku berbalik, aku melihat Letia-san yang tampak marah dan dahinya membiru.
“Ness… ada waktu sebentar??”
Letia-san tampak seperti berusaha membua sebuah senyuman, namun dia sungguh-sunguh tidak terlihat tersenyum.
“Tidak, sepertinya aku akan pulang… mungkin lain kali…”
Dengan sedkit rasa gelisah aku berusaha berdiri dan melarikan diri, namun Letia-san menahan pundak ku.
“Yah, jangan begitu… kemari… ya…”
Akupun dibawa kesebuah ruangan yang tak ada siapapun. Dan kemudian aku diceramahi selama lebih dari dua jam, tidak, sepertinya lebih. Dan akupun pulang dalam keadaan lemas.