Bersamaan dengan aba-aba dimulainya pertandigan , Gaumuz perlahan mendekati gadis ras iblis itu sambil menggenggam pedangnya. Ia mendekati gadis itu dengan seringai diwajahnya.
“Loh?? Bukannya ras iblis itu ahli menggunakan sihir?? “
Cain bergumam, lalu pelayan yang berdiri dibelakangnya pun menjelaskan.
“Meskipun kami sudah memasang barrier di sekitar arena, namun dikhawatirkan penggunaan sihir yang terlalu besar akan menghancurkan barrier itu dan membahayakan penonton.. jadi untuk berjaga-jaga panitia memberikan gelang segel kepadanya, sehingga dia hanya bisa mengerahkan 10 persen kekuatannya saja.. “
“Begitu ya… Terimakasih…”
Setelah mengucapkan terimakasihnya kepada pelayan itu, Cain kembali menatap kearah gadis ras iblis itu. Dan benar, terlihat sebuah gelang logam melingkar ditangannya.
(Itu ya… Kuharap aku bisa melepaskan nya…)
Gaurmuz memegang pedangnya dan dalam sekejap maju menerjang. Gadis itu pun berusaha mengambil jarak untuk menghindar.
Namun seperti yang diharapkan dari seorang peringkat S, ia dapat mengantisipasi arah gadis itu menghindar, dan segera mengubah arah serangannya. Seketika jubah gadis itu berhasil tersobek, namun ia bisa menghindari serangan itu.
“Hmm, hebat juga ternyata ras iblis itu ya…”
“Kalau saja tidak ada gelang ini, dalam sekejap kau sudah jadi debu…”
Gadis itu melirik kearah gelang ditangannya dengan senyuman pahit diwajahnya. Namun ia kembali waspada kepada Gaurmuz.
Gadis itu berusaha menggunakan sihir api, namun yang muncul hanyalah bola api sebesar kepala. Muncul tiga buah bola api, dan segera meluncur kearah Gaurmuz sekaligus.
“Cuma segini??”
Gaurmuz segera menghancurkan gumpalan api itu dengan pedangnya. Selanjutnya terjadilah pembantaian sepihak oleh Gaurmuz. Para penonton terlihat sangat terhibur dengan ini, namun ekspresi para siswa yang menyaksikan kejadian ini berubah dan merasa tidak nyaman.
Meskipun mereka sangat senang dengan adanya pertandingan melawan ras iblis, penampilan iblis itu tidak lah jauh berbeda dengan manusia. Telestia dan yang lain terus menyaksikan sambil memegangi mulut mereka dan sesekali memalingkan wajah mereka yang menjadi kaku.
Perlahan-lahan gadis itu menjadi mangsa sayatan pedang Gaurmuz. Terlihat bekas sayatan disana-sini, dan darah mulai bercucuran ketanah.
Tidak kuat lagi menyaksikan hal ini, Cain pun mengatakan, ‘aku pergi sebentar’ lalu ia meninggalkan ruang VIP. Dan menuju ke toilet.
Beberapa menit kemudian.
Seorang berjubah hitam dan bertopeng perak tiba-tiba muncul di tengah arena. Para penonton pun terkejut dengan kemunculan yang sangat tiba-tiba itu.
“Kenapa tiba-tiba ada penyusup!!! Seharusnya tidak ada siapa-siapa disana tadi!?”
Terdengar suara seperti itu bergema dari kursi penonton. Namun Gaurmuz tampaknya tidak terlalu peduli, dan berbicara kepada penyusup itu
“Ada apa?? Apa kau ingin mengganggu pertunjukan ini? Kalu begitu aku akan melenyapkan mu terlebih dahulu…”
Diapun mengayunkan pedangnya kearah penyusup itu, namun penyusup itu hanya bergeser selangkah dan mengindarinya. Lalu penyusup itu bergerak kebelakangnya dan kemudian mulai membuka mulut.
“Aku akan mengambil gadis ras iblis ini ya… Jika ada masalah terjadi pada gadis ini… nanti bisa ada perang umat manusia dengan ras iblis…”
“…Hm? Suaramu terdengar masih muda ya… Pasti masih bocah… lagipula kalau mau perang, kebetulan… jadi aku bisa membunuh banyak dari mereka kan…”
Penyusup itu menghelanafas melihat Gaurmuz mengatakan itu dengan senyuman.
Ini bonus, sampai jumpa besok lagi…
“Itu akan merepotkan… lagipula kalau sampai ada perang, negara ini bisa langsung hancur… tentunya dengan mudah…”
“…Sepertinya kau tahu cukup banyak ya.. jangan jangan kau juga ras iblis ya…”
“…Yah anggap saja aku rekanan…”
“Ah sudahlah.. aku akan melawanmu lebih dulu… “
Bersamaan dengan itu, aura membunuh dari Gaurmuz meluap, dan seketika ia menerjang kearah penyusup itu.
“Apa noleh buat…”
Penyusup itu pun menangkap pedang yang ditebaskan dari atas kepalanya hanya dengan satu tangan.
“Ap-!?”
Seketika penyusup itu masuk ke celah bagian perutnya mendaratkan pukulan ke arah perut Gaurmuz. Tubuh Gaurmuz terdorong sampai berbentuk V, dan kemudia terpental di udara sejauh 10 meter dan kemudian pingsan setelah jatuh ke tanah.
“Apa!? Siapa sosok berjubah itu!! dia bisa mengalahkan Gaurmuz sekali serang!?”
Para penonton menyuarakan keterkejutan mereka, dan mengira ini hanyalah event untuk menambah keseruan acara. Kemudian penyusup itu mendekati gadis ras iblis itu dengan tetap menggunakan jubahnya. Lalu dia berdiri tepat beberapa langkah dihadapan gadis itu.
“Kamu… bukan ras iblis kan?? Kau juga manusia bukan!? Kenapa kau menyelamatkanku??”
TL Note: FYI, disini gadis iblis itu menggunakan logat jadul(menurut ane) bayangkan saja Kaguya-nya Naruto lagi ngomong.
Gadis itu bertanya sambil menahan darah yang bercucuran dari lengannya, lalu penyusup itu pun menjawab.
“Aku ada beberapa kenalan ras iblis… maukah kamu ikut dengan ku sebentar? Aku akan menggunakan sihir pemulihan padamu.. lagipula gelang itu sangat mengganggu kan…”
“Benar juga… Mungkin sebaiknya aku ikut dengan orang tak dikenal sepertimu… lagipula tetap berada disini tidak akan menghasilkan apa-apa untuk ku…”
Penyusup itu pun mengangguk ringan, dan meletakan tangannya dibahu gadis itu dan langsung menghilang menggunakan sihir [Transfer].
Diarena itu hanya tinggal sosok Gaurmuz yag tergeletak tak sadarkan diri.
◇◇◇◇
Tujuan perpindahan mereka adalah sebuah ruang tamu yang tak ada seorangpun didalamnya.
“Ruangan yang bagus…. Apa tujuanmu membawa ku ketempat seperti ini…”
Penyusup itu pun membuka tudung dan melepaskan topengnya. Gadis itu pun terkejut melihat identitas sebenarnya dari penyusup itu. Cain pun tersenyum seolah tak memperdulikan hal ini.
“Pertama-tama, aku akan menggunakan sihir pemulihan ya… [High Heal]!! Dengan ini kurasa sudah tidak ada goresan lagi… Sepertinya ini cukup..”
“…Ternyata masih anak-anak ya… diusia mu seperti itu sudah bisa menggunakan sihir [Transfer]… aku sungguh berterimkasih padamu…”
Setelah mengkonformasi luka ditubuhya sudah menghilang, gadis itu tersenyum dan mengucapkan terima kasihnya.
“Selanjutnya… Karena gelang itu kamu tidak bisa menggunakan sihir kan?? Aku lepas ya? Tapi karena ini rumah ku, jadi jangan dihancurkan ya…”
“Aku bukanlah orang yang tidak tahu berterimakasih… tapi apa boleh buat jika itu untuk mempertahankan diri…”
Cain pun menggunakan sihirnya untuk melepaskan gelang itu, dan gelang itu pun langsung terlepas dan jatuh kelantai. Cain pun meminta gadis itu untuk duduk disofa, dan dia pun duduk dihadapannya.
“Pertama-tama, kita mulai dengan perkenalan ya… Namaku adalah Cain von Silford Drintle… Aku adalah seorang Earl di kerajaan Esfort… itu adalah Kerajaan disebelah Republik Ilstein tempat arena barusan… Panggil saja aku Cain..”
“Namaku adalah…. Lizabeth van Beneshitos Panggil saja aku Liza..”
“Kalau begitu, Liza, aku akan segera menyiapkan teh ya, kurasa sebentar lagi dia datang…”
Bersamaan dengan itu, terdengar suara pintu diketuk. Setelah Cain memberi izin, pintu pun terbuka, dan Darmeshia masuk.
“Cain-sama, anda sudah kembali… Ada tamu rupa…nya…”
Bersamaan dengan berhentinya perkataan itu, seketika Darmeshia pun berlutut dan bersujud di tempat.