Cain tersadar bahwa para murid telah pergi,lalu iapun segera berlari mengejar mereka. Iapun meninggalkan arena dan menuju ketempat berikutnya.
Dan kunjungan hari itu pun selesai, para siswa kembali kepenginapan. Sambil berbaring di tempat tidur menunggu jam makan malam, Cain sedangg memikirkan langkah yang akan dia ambil kedepannya.
“Aku langsung menyelamatkannya begitu saja, apa yang akan aku lakukan kedepannya ya… ah sudah lah, biarkan dia bersanai sebentar lalu serahkan kepada Seto saja… Dia sepertiya mengenal Seto kan…”
Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk, dan setelah ia mengizinkan, pintu pun terbuka dan Silk masuk.
“Cain-kun… aku datang untuk mendengar cerita yang tadi…”
“Ternyata memang datang ya….”
Cain mengatakan itu dengan suara lirih. Lalu ia meminta Silk agar duduk di kursi, sedangan dirinya duduk di kasur. Cain bingung harus mulai darimana dia bercerita, akhirnya dia pun berbicara terus terang apa adanya.
“Aku punya kenalan seorang ras iblis, dia dulu membantuku menghadapi serangan monster di Gracia…. Jadi aku berpikir kalau saja gadis itu adalah kenalannya… tapi aku tidak bisa langsung menyelamatkannya, makanya aku menggunakan kostum itu…”
Cain menjawab sambil tersenyum pahit. Dengan menggunakan topeng dan jubah sepeti itu, mungkin orang akan berpikiran ada orang gila muncul, apa boleh buat. Silk nampak tidak terlalu mempedulikan itu, dan mengangguk.
“Hmm, jadi begitu ya… waktu Cain-kun tidak ada, arena menjadi sangat ribut tahu….Habisnya tiba-tiba ada orang muncul dan mengalahkan orang terkuat di negeri ini dan menghilang begitu saja… Malah ada yang bergosip jangan-jangan akan ada serangan ras iblis nanti… begitu…”
“Kalau sampai gadis iblis itu terluka dan sampai ketahuan, mungkin itu malah menjadi penyebab perang dengan ras iblis… Setelah aku bertanya, katanya dia seorang puteri salah satu negara di dunia iblis…”
“Begitu ya… Untung saja ya… jadi dimana gadis itu sekarang?”
Bikin gak semangat aja nih filler…
“Aku membawanya kerumahku… Sepertinya selama disini dia selalu diperlakukan sebagai budak… Jadi aku serahkan dia pada Darmeshia…”
Mednengar perkataan Cain Silk pun menjadi lega.
“Cain-kun itu… memang sering berhubungan dengan tuan puteri ya… Aku sih tidak masalah… tapi kalau terlalu banyak menambah tunangan, nanti Teles bisa cemburu lagi loh…”
Mendengar perkataan ittu seketika Cain seperti tersedak. Mungkin karena ia sama sekali tak pernah berpikiran seperti itu. Memang tidak diragukan lagi sosok gadis itu adalah gadis yang sangat cantik, dan pastinya merupakan salah satu puteri dari kerajaan Iblis yang sangat dihormati. Ia dapat melihat itu dari perilaku yang Darmeshia tunjukan.
“Tidak lah…. Setelah dia sedikit bersantai aku bermaksud untuk membarkan dia pulang kenegaranya kok…”
“Baguslah kalau begtu…. Yasudah, aku rahasiakan ini dari Teles ya…”
Silk pun berdiri dan bergegas keluar, namun ketika tangannya menyentuh gagang pintu, dia berbalik kebelakang.
“Dab juga.. topeng itu.. Sepertnya memang benar-benar memalukan…”
Silk pun langsung meninggalkan kamar. Cain yang tinggal sendirian pun menghela nafas panjang.
“Ternyata memang begitu ya…”
Gumam cain dengan suara lirih.
◆◆◆
Keesokan hari.
Tiba saatnya melakukan persidangan terkait masalah yang terjadi beberapa hari lalu. Cain pun telah mempersiapkan diri dan memberikan penjelasan kepada guru. Iapun berpisah dari rombongan dan menaiki kereta yang menjemputnya.
Dia merasa agak sepi menaiki kereta itu sendiran, Iapun membuka jendela kecil dan mengamati pemandangan kota sepanjang perjalanan. Dalam kurun waktu sekitar 15 menit, ia sampai di parlemen.
“Earl Silford.. silahkan sebelah sini…”
Iapun mengkuti arahan dari staf dan dibawa menuju kesebuah ruanann khusus. Disana sudah ada wakil ketua guld Fort, dan seorag pria disampingnya.
“Tuan Silford, silahkan duduk disini… Izinkan aku memperkenalkan mu, beliau ini adalah ketua guild di ibukota Republik Ilstein, namanya―”
“Izinkan aku yang melanjutkan, Namaku Zabmare, ketua guild di Republik ini… aku minta maaf telah merepotkan anda dengan semua kejadian ini…”
Zabmare memliki rambut abu-abu yang diatur lurus kebelakang. Dengan wajah yang terang dan sangat bermartabat.
“Aku Cain… Earl Cain von Silford Drintle… Aku juga minta maaf telah merepotkan…”
Setelah sedikit mendundukan kepalanya, Cain pun duduk.
“Kalau begitu, aku akan menjelaskan agenda kedepannya, Dipersidangan nanti akan dilakukan pembongkaran fakta, karena sebagian besar fakta sudah jelas, jadi mungkin nanti kebanyakan akan membahas tentang biaya kompensasi serta hukuman kepada Marf dan anaknya…”
Fort pun menjelaskan rincian tentang persidangan. Cain anya mengangguk karena dia sama sekali tidak mengetahui siste persidangan di negara lain. Ketika mereka sedang berbincang, tiba-tiba pintu diketuk. Dan kini tiba giliran Cain, ia pun bersiap menuju ke lokasi sidang.
Dengan diantar oleh seorang staf, ia berjalan menyusuri koridor. Dan beberapa menit kemudian ia sampai di depan sebuah pintu besar.
Fort dan Zabmare berdiri dibelakang Cain. Mereka akan masuk bersama sebagai seorang saksi.
Dan kemudian pintu pun terbuka.
Ketika ia mulai melangkah kedalam, terlihat barisan kursi-kursi yang diatur sedemikian rupa untuk para senat. Tampak seorang lelaki tua yang tampaknya adalah ketua mereka, duduk di tengah dan tersedia sebaris meja yang berhadapan dengannya.
Puluhan kursi senat itu telah terisi. Jauh dibelakang mereka terdapat kursi peonton dan para siswa duduk disana untuk mengamati.
Marf dan anaknya sudah duduk bersama beberapa orang asisten. Cain dan yang lainnya pun duduk di tempat yang telah disediakan.
Setelah memastikan semua oran sudah duduk diposisinya, Ketua pun mengangguk.
“Baik, Kalaau begitu kita mulai sidang hari ini…”
Dan sidang parlemen pun dimulai.