Cain yang sedari terpisah kembali bergabung dengan para siswa di penginapan.
Para guru juga tidak ada yang menyangka bahwa salah satu siswa mereka menjadi subjek persidangan selama kunjungan mereka, apalagi sampai terjadi sebuah penyerangan. Cain pun dipanggil ke ruangan khusus dan diminta untuk menjelaskan semuanya kepada guru.
“――Begitu ceritanya…”
Setelah selesai menceritakan seluruh kejadian dari awal hingga akhir, Cain pun meneguk the yang disajikan untuk membasahi tenggorokannya.
“――Aku tidak menyangka akan seperti itu…”
Para guru yang mendengar kisah itu pun menghela nafas panjag. Kejadian ini adalah ulah Ralph yang merupakan anak seorang senat.. Jika saja musibah seperti ini terjadi kepada murid selain Cain, mungkin dia tidak akan bisa selamat.
“Cain, status mu sebagai petualang peringkat S memang dirahasiakan dari para siswa, tapi kami para guru sudah mengetahi itu… Meskipun begitu, setelah kembali ke kerajaan nanti kami harus melakukan rapat dengan kepala sekolah… dan mungkin saja akan ada hukuman untukmu…”
“…Aku mengerti…”
Meskipun tidak ada korban, kejadian ini terjadi ketika pelaksanaan study tour. Cain bersedia menerima itu. Setelah Cain terbebas dari para guru, ia pun menghela nafas dan berjalan kembali kekamarnya.
Namun, sudah ada tiga orang yang berdiri menunggu di depan kamarnya tanpa ekspresi.
“…Akhirnya selesai juga ya… mari kita bicarakan perlahan…”
“Cain-kun, maukan menceritakan kepada kami semuanya? Pasti kan…”
Meskipun Liltana tidak ikut berkata, namun keheningan yang terpancar dari dirinya seakan memberikan tekanan kepada Cain. Cain pun tanpa daya mengikuti mereka masuk keadalam kamar.
◇◇◇◇
Kita putar waktu sehari sebelumnya.
Setelah memastikan bahwa Silk telah meninggalkan kamarnya, Cain pun menganti pakaiannya dan berpindah ke Drintle.
Tak lama setelah ia tiba di ruang kerjanya, pintu pun diketuk. Setelah ia memberikan izin, pintu pun terbuka dan Darmeshia yang tampak kelelahan itu memasuki ruangan.
“Darmeshia apa kau baik-baik saja?? Seperinya kamu kekelahan… apa ada masalah??”
“Cain-sama…. Orang macam apa yang kau bawa ini!!??”
Jarang sekali Darmeshia tampak selelah ini. Cain merasa keheranan dengan sikap yang dia tunjukan ini.
“Hm?? Apa soal Lizabeth??? Apa ada masalah… Atau jangan-jangan dia adalah musuh negara nya Seto???”
“Bukan itu masalahnya…. Tuan Puteri Kaisar itu――”
Tiba-tiba pintu pun diketuk dan membuat Darmeshia menghentikan perkataannya. Lula membuka pintu dan mengintip kedalam.
“Katanya Lizabeth-sama Cain-sama sudah pulang…”
Sama sepeti Lula, Lizabeth pun ikut mengintip kedalam ruangan.
“Tuh kan! Cain sudah pulang!!”
Iapun masuk kedalam ruangan dengan penuh senyuman. Cain dan Darmeshia pun menghela nafas panjang. Lalu Cain pun memintanya duduk disofa dan dengan penuh semangat Lizabeth pun duduk ditengah.
Cain duduk dihadapannya dan Darmeshia mulai menyiapkan teh.
“Cain! Diriku suka runah ini!! Makanan nya juga sangat enak… Diriku memutuskan untuk tinggal disini sementara waktu…”
Lizabeth mengatakan itu dengan penuh semangat.
“Hm? Tidak apa-apa kok… tapi kenapa kamu bisa menjadi seperti itu??”
Pertama kali dia melihatnya Lizabeth berada didalam sangkar, dan diberikan sebuah gelang ditangannya. Apalagi itu adalah di Republik Ilstein, sangat jauh dari wilayah Iblis. Wajar jika dia menjadi heran.
“Sepertinya memang harus menjelaskannya ya…. Yah aku akan banyak merepotkan Cain, jadi apa boleh buat…”
Perlahan Lizabeth mulai menjelaskan tentang situasinya.
Dia merasa bosan karena ia tidak pernah keluar dari mansion, lalu ia membawa beberapa batu sihir sebagai pengganti uang, dan pergi meniggalkan mansion.
Ia terus terbang dilangit hingga ia mencapai benua tempat manusia hidup dan menukarkan batu sihir dengan uang. Iapun mengelilingi kota-kota sendirian.
Lalu disebuah kota, dia lomba minum dengan para petualang sampai larut. Ketika dia sangat mabuk, tidak sengaja perubahan wujudnya lepas dan berakhir ditangkap lalu dijual ke pedagang budak di Republik Ilstein.
Dia pikir karena dia bisa menggunakan sihir [Tranfser] maka dia akan baik-baik saja dan bisa melarikan diri. Namun ternyata dia dipakaikan sebuah gelang yang menghalangi sihirnya. Dan itulah kenapa akhirnya Lizabeth berada di arena.
“―― Berkat Cain aku bisa selamat… jika tidak mungkin aku akan kehilangna nyawaku…”
Setelah selesai menjelaskan Lizabeth mengambil cangkir berisi teh dihadapanya dan meminumnya lalu menghela nafas.
“Kalau begitu kamu bisa kembali ke negerimu kapanpun kan?? Tidak apa-apa jika kamu mau disini sebentar… tapi kamu harus kembali kesana untuk berbicara pada orang disana kan??”
“…Ada sedikit alasan kenapa aku tidak ingin pulang… tapi apa boleh buat… Setelah aku bersantai disini aku akan pulang…”
Meskipun terlihat enggaan, Lizabeth setuju untuk pulang kenegerinya. Dan juga Cain menekankan untuk membawa pengawal jika dia pergi ke kota.
“Tolong ya Darmeshia… “
“…Baik, Saya akan laksanakan meski dengan seluruh usaha saya…”
Darmeshia mengangguk, namun dia terlihat enggan. Ini sangat jarang terjadi pada Darmeshia.
“Tapi Cain… Baik Kota ini maupun Istana Mansion ini… semuannya terlihat bagus.. Sepertinya kamu mengelola kota dengan baik ya… Padahal sebagai manusia kamu masih sangat muda kan??”
“Yaah.. awalnya ini hanyalah sebuah kota kecil… dengan bantuan semua orang, kota ini bisa menjadi sebesar ini… Dan tolong jangan bilang ini istana… Ini hanyalah sebuah mansion… Cuma aku membuatnya kebesaran saja…”
Cain teringat ketika pertama kali menjadi walikota Drintle.
Dia telah menghadapi berbagai masalah. Dan seiring dengan penyelesaian masalah itu, kota ini menjadi semakin besar. Namun tidak seperti kota-kota lainnya, kota ini bisa berkembang dengan cepat karena memanfaatkan sihir yang layaknya cheat serta pengetahuan di dunia sebelumnya.
Hal ini sangat sulit dipercaya bagi para walikota di kota-kota lain. Ini semua adalah berkat titah raja yang mengatakan, silahkan perlakukan kota itu sesukamu. Namun pada saat itu, tak seorangpun termasuk Raja dan perdana menterinya membayangkan bahwa Drintle akan menjadi begitu besar.
“Hmm… Jadi Cain seberharga itu ya…”
Setelah itu Lizabeth seperti berbicara sendiri dengan nada lirih, lalu kemudian ia mengangguk seolah telah yakin akan sesuatu.
“Pokoknya tidak masalah jika kamu mau bersantai dulu disini untuk sementara waktu… dalam beberapa hari aku juga akan meninggalkan republik Ilstein… jadi rencananya aku akan kembali kemari…”
“Oh iya… Kamu bisa menggunakan sihir [trransfer] ya? Sangat jarang untuk manusia… itu mungkin wajar bagi iblis tingkat tinggi… tapi aku baru pertama kali melihat manusia menggunakannya…”
“Yah… ada banyak alasan untuk itu…”
Tidak mungkin Cain mengatakan bahwa dirnya memikirkan itu sendiri dan kemudian menciptakannya. Jadi dia hanya mengatakan itu.
Setelah itu perbincangan pun berlanjut, dan ketika waktunya tiba mereka pun bubar. Setelah menyerahkan kepada Darmeshia untuk mengurusnya, Cain pun kembali berpindah ke penginapan dan kemudian berbaring di tempat tidur.
“Ngomong-ngomong, aku tadi sedang bertanya pada Darmeshia tentang Lizabeth ya… ah lain kali saja….”
Cain yang tidak mengetahui kesulitan Darmeshia ini pun tertidur, dan menantikan sidang parlemen esok hari.