Akibat pernyataan yang dilontarkan oleh Seto, seluruh ruang pertemuan itu diliputi keheningan. Ketika Cain kembali mengarahkan pandangannya kearah sang raja, sosok dihadapannya itu tampak memasang ekspresi serius.
“Cain… Apa kamu mau posisi raja miliku ini??”
Cain segera menggelengkan kepalanya dengan sekuat tenaga untuk menjawab pertanyaan ini.
“Yaahh… Kalau itu Cain-kun mungkin memang bisa… menaklukan dunia…”
Cain hanya bisa tersenyum pahit melihat Duke Eric yang masih bisa tertawa disaat seperti ini.
“Seto itu Cuma bercanda kok… tolong jangan dianggap serius…”
Cain sama sekali tidak tertarik dengan menaklukan dunia. Baginya yang terpenting sat ini adalah mencegah peperangan dengan para iblis.
“Yah bukan tidak bisa…. Tapi cuma kamunya saja tidak mau kan… Kalau begitu tentang respon kepada negeri iblis… aku ingin dia kamu ditemani seseorang… Lizabeth-dono apa itu bisa??”
“Tidak hanya di kekaisaran kami, tapi pada dasarnya wilayah iblis itu adalah wilayah yang memprioritaskan kekuatan…. Tak akan ada yang mau mendengarkan orang lemah… Namun beda ceritanya jika kau punya orang kuat… tapi apa kerajaan ini memiliki orang yang setidaknya setara dengan Cain-sama??”
Semuanya terdiam mendengar jawaban Lizabeth. Mana mungkin ada yang sebanding dengan Cain. Sang Raja pun menghena nafas panjang.
“Lizabeth-dono… Kalau bisa aku ingin menghindari perang… Bisakah anda bekerja sama dengan Cain?”
“Tentu saja… AKu juga tidak terlalu membanci ras manusia… terlebih makanan dirumah Cain adalah favoritku…”
Tawa polos dari Lizabeth membuat Raja dan yang lainnya tersenyum pahit. Dan akhirnya telah diputuskan bahwa Cain akan ikut pergi ke wilayah para iblsi.
Cain memang memiliki jabatan sebagai Margrave, namun saat ini ia belum memegang daeraah lain selain Drintle. Menurut penjelasan Perdana Menteri, buku-buku catatan kota sudah dirusak oleh Cordino, dan saat ini sedang dalam proses pemulihan data. Cain pun merasa lega karena katanya masih ada beberapa bulan lagi sebelum wilayah-wilayah itu resmi diberikan kepadanya.
(Jika langsug diserahkan kepadaku juga aku tidak bisa apa-apa….)
“Nanti jelaskan pada Silk dan lainnya ya…. Jika dia tahu kamu pergi sendirian ke negara lain, dia pasti marah…”
Cain hanya mengangguk mendengar peringatan dari Duke Eric. Cain sangat mengerti sangaat menakutkan jika sampai membuat Telestia dan Silk marah.
“Cain… Usahakan sebisa mungkin untuk menghindari perang…. Perang ini bukan hanya masalah kerajaan kita saja… aku juga akan mencoba menghubungi negara lainnya agar dapat bersiaga apapun hasilnya nanti…”
Sang Raja mengatakan itu dengan wajah yang serius. Cain pun mengangguk.
◇◇◇
Cain pun meinggalkan istana dan berpindah dari rumahnya di ibukota menuju ke Drintle. Disana Darmeshia sudah mempersiapkan segala hal untuk pergi ke wilayah iblis.
“Saya sudah mempersiapkan barang-baarang Lizabeth-sama… Untuk Cain-sama juga sudah saya siapkan…”
Cain pun memasukan barang-barang itu kedalam [item Box] miliknya.
“Cain.. Selama kamu tidak ada serahkan saja semuanya yang ada disini padaku…”
“Terima kasih, kak Alex.”
Cain menundukan kepalanya.
“Kalau begitu.. aku akan memebawa semuanya ke negaraku dulu ya… Karena wilayah kekaisaran itu memblokir semua sihir [Transfer]…”
Memang Cain juga bisa menggunakan sihir [Transfer], namun ia belum pernah pergi ke kerajaan Iblis seblumnya. Sihir [Transfer] miliknya hanya bisa digunakan ke tempat yang sudah pernah ia kunjungi. Jadi dia kali ini hanya bisa mengandalkan Seto atau Darmeshia.
Lalu Cain, Lizabeth, dan Darmeshia menyentuh tubuh Seto, dan dalam sekejap mereka berempat menghilang.
“Kuharap tidak akan ada masalah lagi….”
Alex yan ditinggal sendirian pun menggumamkan itu.
Tujuan perpindahan merea adalah sebuah aula yang luas layaknya sebuah tempat audiensi Istana. Terlihat langit-langit yang cukup tinggi, berhiaskan lukisan berwarna-warni. Tidak jauh berbeda dengan di Istana Kerajaan Esfort.
“Ini adalah Aula di Istana ku… Ayo aku antarkan ke ruang tamu…”
Beberapa gadis yang mengenakan seragam pelayan dari ras iblis muncul, mungkin mereka merasakan bahwa Seto sudah kembali.
“Selamat datang kembali, Seto-sama… Loh…?!”
Para gadis itu nampak terkejut ketika melihat Darmeshia. Meskipun dia sudah pensiun, dia merupakan mantan Empat Pilar Raja Iblis.
Ketika ia masih menadi Pilar Raja Iblis, ia memanajemen Istana ini dan mendapatkan banyak kepercayaan dari para pelayan.
“Jangan-jangan….Darmeshia-sama kembali …!?”
Namun, Darmeshia menggelengkan kepalanya.
“Saat ini aku adalah pelayan Cain-sama…Jadi aku tidak akan kembali ke Istana ini… Daripada itu, segera antarkan Tuan puteri ke kamarnya…”
Setelah mendengar perkataan Darmeshia itu mereka semakin terkejut, dan mereka menatap kearah sosok wanita yang bersama Darmeshia.
“Mo-mohon maaf.. kami akan segera menyiapkan kamar…. Sambil menunggu saya akan antar anda ke ruang tamu…”
Pelayan itu memandu Cain dan yang lain menuju ke ruang tamu.
“Sebelah sini…”
“Pilihan yang bagus.”
“I-iya… terimakashi…”
Bukan Seto, melainkan Darmeshia yang memuji, dan itu membuat pipi pelayan itu memerah tersipu malu.
Mereka berempat pun duduk saling berhadapan disofa.
“Kalau begitu, Setidaknya aku harus menyatukan negaraku dulu….”
Meskipun Seto berada dipihak yang menghindari perang, namun tentunya ada beberapa orang bawahannya yang tidak setuju. Jadi dia harus menunjukan kebeadaan Lizabeth sehingga bisa menjelaskan kepada mereka bahwa perang itu tidaklah dibutuhkan.
“Lizabeth-sama, dua hari lagi para petinggi di kerajaan ini akan berkumpul, bisakah anda menunjukan diri anda kepada kami disana?? “
Lizabeth megangguk menyetujui permintaan Seto.
“Benar juga… Setidaknya kita harus menadikan kerajaan ini sebagai rekan dipihak kita…”
Meskipun Lizabeth adalah keuarga kekaisaran, dia bukanlah kaisar selanjutnya. Dan bahkan meskipun dia cukup cantik, bukan berarti dia memiliki kekuasaan. Namun, Lizabeth sosok Lizabeth ini layaknya simbol bagi setiap negara iblis. Dan Ketika ia dijadikan budak, tercetus lah ide perang ini.
Dengan menunjukan kepada Publik bahwa Lizabeth baik-baik saja, maka setidaknya mereka bisa menlemahkan niat mereka berperang.
Dan akhirnya dua hari pun berlalu.
Mantap wak