Para hadirin di pertemuan ini melihat kearah sebuah pulau tak berpenghuni kahu di laut.
“Cain-sono silahkan tunjukan kemampuan anda pada orang-orang yang tidak percaya ini….”
Seto mengtakan itu sambil tertawa, namun Cain hanya bisa tersenyum pahit. Kemudian setelah menghela nafas, ia menatap kearah sebuah pulau di laut.
Kita putar waktunya sebentar.
Para hadirin tercengang mendengar pernyataan Seto. Seorang anak manusia bisa menghancurkan kerajaan iblis? Siapapun yang mendengar ini pasti akan terkejut dan menganggap itu adalah candaan yang bodoh.
Bahkan jika itu adalah perkataan Seto sang Raja Iblsi. Dan mulai terdengar suara ejekan kepada Seto yang mengatakan itu dengan mudahnya.
“Mari kita buktikan… Kurasa kalian akan lebih mudah menerimanya…”
Dipimpin oleh Seto dan Lizabeth para bangsawan itu menaiki kereta kuda dan dalam dua jam kemudian mereka sampai di sebuah pantai.
Semua orang tetap mengikuti Seto meskipun diantara mereka ada yang mengeluh dan mengatakan, ‘sungguh tidak berguna’.
Sesampainya mereka disana, segera didirikan sebuah tenda dan kursi penonton untuk para bangsawan itu meskipun sederhana.
Cain terus menatap Seto, namun Seto segera mengalihkan pandangannya seolah dia takut rencana buruknya akan terbongkar. Seolah dari awal dia tahu bahwa pasti akan begini akhirnya.
“Yahh jika Cain-sama menunjukan kemampuan sepuasnya disni pasti akan langsung menerimanya dan tidak akan membantah lagi….”
Cain hanya bisa menghela nafas mendegar Seto telah kembali memanggilnya ‘Cain-sama’ karena mereka hanya bicara berdua.
“Cukup dengan melepaskan sihir kearah pulau itu kan??”
“Benar… Itu adalah pulau tak berpenghuni… Cuma ada monster disana… jika dibiarkan juga mereka akan kemari…”
Ada sebuah pulau berdiameter 2 km di jarak 1 km dari pantai. Seto menjelaskan bahwa disana hanya ada monster saja, dan terkadang mereka menyebrangi laut dan masuk ke kota, jadi ditugaskan penjaga untuk mengawasi pulau itu setiap siang dan malam.
“Baiklah… Berarti tidak apa-apa kan apapun yang terjadi di pulau itu??”
“Ya tidak apa-apa… Asalkan anda menembakan sihir di tengah pulau itu…”
Para bangsawan itu masih menunggu untuk menyaksikan kekuatan Cain.
Sekilas Cain melirik kearah Lizabeth, namun tampaknya ia selalu berfokus menatap Cain sehingga pandangan mereka pun bertemu. Melihat Lizabeth tersenyum, Cain pun ikut tersenyum.
“Yah, aku coba saja…”
Cain langsung menggunakan sihirnya dan tubuhnya melayang dan semakin naik kelangit. Dia pun terbang hingga ke titik tengah antara pantai dengan pulau itu, dan mulai mengalirkan energi sihirnya.
“Kalau disni tidak apa-apa kan menggunakan sihir kelas kaisar??”
Sihir yang akan dia keluarkan adalah sihir kelas kaisar. Sihir yang tak pernah ia gunakan sebelumnya. Atau lebih tepatnya dia belum menemukan tempat yang tepat untuk menggunakannya.
Dia benar-benar serius membaca buku sihir yang ia terima dari Yuuya dan juga Reno sang Dewa Sihir. Sehingga benar-benar bisa menguasainya.
“[Star Judgment]!”
Ia mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan itu. Cain pun mengalirkan energi sihir yang luar biasa besarnya kearah kedua tangannya.
Bersamaan dengan itu, jauh dilangit muncul lah———Sebuah Meteor. Dan bukan Cuma satu, tapi banyak layaknya hujan meteor. Namun ukuran ya sungguh bukan main besarnya. Dan kumpulan batu yang tak terhitung jumlahnya itu mengarah ke pulau itu.
Namun batu-batu besar itu masih jauh diatas langit dan tidak terlihat dari kursi penonton. Bahkan bagi para bangsawan kelas atas itu hanya sedikit yang bisa menyadarinya. Namun tidak sedikit pula diantara mereka yang menyadari besarnya energi sihir yang dipancarkan oleh Cain dan membuat mereka gemetar ketakutan dan duduk terlemas.
Dan kemudin muncul ——— Hanya satu bongkahan batu. Beserta bayangan yang diciptakan oleh batu yang semakin mendekat.
Para bangsawan yang tidak merasakan sihir Cain merasa terheran-heran mengapa tiba-tiba sekitar mereka menjadi gelap. Dan ketika mereka melihat keatas———
Semua orang pun terpana.
Di dalam pandangan mereka hanya ada bongkahan batu yang ukurannya hampir sama dengan pulau yang ada dihadapan mereka.
Dan seketika langsung menghantam pulau tak berpenghuni di hadapan mereka itu. Getaran dan suara gema bergemuruh. Meskipun getaran yang dihasilkan cukup besar, karena Cain berada diudara, maka ia hanya mendengar suaranya saja.
Dan getaran itu mengakibatkan tsunami yang hebat.
“Kurasa ini bahaya….”
Tsunami besar dengan ketinggian beberapa puluh meter itu menuju kearah pantai. Jika itu menabrak pantai, pasti akan timbul korban meski mereka adalah ras iblis.
Cain pun segera melapalkan sihir lain, dan seketika air laut pun naik menjadi seperti dinding yang kemudian menangkal tsunami itu. Ketika tsunami itu mulai mereda, Cain pun menghela nafas lega dan kemudian melepaskan sihirnya.
Dan yang terlihat adalah kepulan debu yang membumbung membuat pulau tak terlihat. Cain pun menggunakan sihir angin untuk menghempaskan debu itu.
Dan munculah sebuah pulau berbatu menggantikan pulau gurun yang tak berpenghuni. Seluruh pepohonan hilang, dan lebih terlihat seperti sebuah tumpukan batu besar yang ditancapkan kelaut.
Cain merasa khawatir dengan kejadian yang diluar dugaannya ini dan dia pun melirik kearah Seto. Namun meskipun mengejutkan, Seto malah tersenyum.
“Bagaimana??? Ini adalah kekuatan Cain-dono…. Cuma satu sihir saja dampaknya sudah seperti ini… menurut kalian bagaimana jika ini terjadi di dalam kota??Dan juga kemampuannya menahan tsunami sebsar itu…. bahkan setelah mengeluarkan sihir sebanyak itu dia masih belum tampak kelelahan… Kalau begitu aku tanya lagi, Bagi yang merasa bisa menang melawan Cain-dono silahkan maju kedepan….”
Tak ada yang berani menentang perkataan Seto. Diantara merekaa ada yang seang memegangi kepala mereka atau bahkan sudah pingsan. Di tengah keheningan ini, terdengar suara tepuk tangan.
“Uwahh… Aku melihat hal yang bagus hari ini…. Ternyata pilihan ku untuk datang bersama Cain memang tepat…”
Adalah Lizabeth yang mengatakan itu sambil tertawa sendirian ditengah keheningan para bangsawan. Kemudian ia melanjutkan perkataannya.
“Dengan ini kita akan menghentikan perang…”
Hanya Seto yang mengangguk menanggapi pernyataan Lizabeth.