“Kalau begitu, Berangkat!!”
Cain dan rombongannya meninggalkan kota Silvester setelah menginap semalam di kota ini. Bahkan disaat sarapan, Lagnav dan Bishop masih meneruskan cerita mereka dengan penuh semangat. Cain pun terheran-heran kenapa mereka bisa terus membicarakan hal itu, dan tentunya itu mustahil bagi dirinya sendiri.
Setelah sarapan mereka memutuskan untuk segera meninggalkan kota Silvester. Pada awalnya Earl Lagnav ingin mengantar mereka sampai ke perbatasan, namun karena sang bishop menolak, akhirnya ia terpaksa mengantar hanya sampai gerbang kota.
“Tapi aku benar-benar tidak menyangka tuan Lagnav adalah pengikut yang sangat taat ya…. Mungkin bisa dikatakan antusias….”
Cain mengangguk menyetujui pernyataan sang Bishop. Pada kenyataan nya setelah makan malam mereka berdua melanjutkan perbincangan hangat tentang Marineford diantara mereka. Cain benar-benar merasa lega bahwa dirinya tidak ada di sana.
Kereta terus melaju menuju ke Marinford, dalam waktu setengah hari mereka sampai di tugu perbatasan. Rombongan mereka terus melaku tanpa terhenti dan setelah mereka menginap semalam di perjalanan, akhirnya mereka sampai di kota di hari berikutmya.
Di Kerajaan Marineford kebanyakan rumah berwarna dasar putih dan pemandangan kota terlihat tenang. Dari penjelasan sang Bishop dapat diketahui bahwa di tengah setiap kota ada gereja dan ada beberapa pegawai serta perwakilan pusat yang mengatur jalannya pemerintahan disetiap kota.
Untuk mencegah adanya korupsi, para Bishop dan Priest yang bertugas disana menjalankan pemerinthan sambil saling mengawasi diantara mereka.
“Ini adalah kota Genacy…. Akan butuh tiga hari perjalanan dari sini menuju kuil utama…. Kalau begitu mari kita ke gereja dulu…”
Sang Bishop pun memberiikan isntruksi kepada Ksatria, dan kereta pun mulai berjalan meuju gereja. Sang Bishop dan para ksatria akan menginap di gereja, sedangkan para pengawal seperti Cain dan kelompoknya menginap di penginapan.
Ketika rombongan kereta mereka berhenti di depan gereja, terlihat seorang Priest dan para suster keluar dari dalam gereja.
“Bishop Hanam, anda pasti lelah setelah melakukan perjalanan panjang…. Kami sudah menyiapkan kamar. Mari sebelah sini…”
“Ya… Aku akan merepotkan mu semalam ini…. Cain-dono aku tidak masalah disini… tidak masalah jika menjemput ku besok disini…”
“Baik… tapi kalau bisa mumpun aku ada di gereja, aku ingin berdoa terlebih dahulu….”
Sang Bishop mengangguk sambil tersenyuum mendengar perkataan Cain.
“Wah… petualang yang memiliki hati yang baik, mari masuk…”
Priest itu membimbing Cain masuk ke dalam gereja. Pada dasarnya desain dan ukuran bangunan nya tidak jauh berbeda dengan gereja yang ada dikota lain. Meskipun gereja di kota Drintle tampak besar karena kasus pengelapan dana oleh Priest sebelumnya, namun mereka tidak menghancurkannya dan tetap menggunakanya seperti apa adanya.
Ukuran gereja dikota Drintle menjadi sangat sesuai dengan ukuran kota saat ini yang telah berkembang. Namun bagian interiornya menjadi lebih sederhana dan tidak seperti sebelumnya, banyak penduduk kota yang berdatangan meminta pemulihan atau hanya sekedar berdoa.
Cain berlutut di depan altar dan menyatukan kedua tangannya. Bersamaan dengan itu bidang pandangannya menjadi putih.
“Cain, lama tidak berjumpa…. Sepertinya kamu masih menjalani hidup yang tidak membosankan, sama seperti biasanya…”
“Lama tidak berjumpa… aku masih terlibat berbagai masalah loh… sama seperti biasanya…”
Cain pun bangkit dan duduk di kursi yang kosong.
“Disini benar-benar terhibur dengan menonton keseharian mu…. Pertarungan muu dengan kesadaran Aaron benar-benar luar biasa… Yah walaupun aku tidak menyangka dia bisa memulihkan kesadarannya sampai sejauh itu… Kami tidak bisa berbuat apa-apa…. Meskipun Yuuya adalah orang yang mempunyai hubungan, dia saat ini sudah menjadi dewa di dunia lain…. Cain… Hanya kamu yang bisa diandalkan sekarang…”
“…Baik… aku akan berusaha menghadapinya semampu ku… Selain itu, ada hal yan ingin aku tanyakan….”
“Ya… tentang pertemuan mu dengan Saint kali inikan…. Biar Lime yang menjelaskannya…”
Lime yang berada disampingnya pun mengangguk.
“Pertama-tama soal pembunuhan Pope di Marineford, ini dilakukan oleh mata-mata Kekaisaran Vysus…. Tampaknya mereka telah mencuri beberapa harta dari ruang harta di kuil… Yah… sebagai seorang Pope dia adalah orang yang cukup taat jadi sesekali aku mengirimkan petunjuk dewa padanya…. Selain itu, soal Hinata…. Kedepannya akan dilakukan pemilihan Pope baru, tetapi, ada diantara para calon yang tidak taat…. Jika orang-orang seperti itu yang terpilih menjadi Pope, maka kami tidak akan bisa memberikan petunjuk dewa kepadaya….”
Cain pun terheran dengan penjelasan Lime yang benar-benar tidak dia duga. Kali ini ia hanya bertujuan untuk bertemu dnengan Hinata. Selain itu saat ini dia sedang menyembunyikan status bangsawannya dan menjadi pengawal Bishop.
Bahkan setelah dia mendengar bahwa semua ini adalah perbuatan mata-mata dari kekaisaran Vysus, dia tidak dapat melakukan apa-apa. Terlebh dia tidak bisa menjelaskan alasananya. Tidak mungkin ia dapat menjelaskan, ‘ini adalah pengetahuan dari dewa!’ kepada oang-orang. Dan bahkan dia tidak bisa menunjukan bukti apapun. Kemungkinan yang akan percaya hanyalah petinggi Kerajaan Esfort serta Bishop yang sedang dikawalnya saat ini.
“Begitu ya… Jadi para dewa sekalian. Mana menurut kalian sosok yang pantas menjadi Pope berikutnya??”
Cain berpikir tidak akan masalah untuk mendukung orang itu jika itu orang yang direstui oleh dewa itu menjadi Pope berikutnya. Meskipun Cain memang tidak memiliki wewenang, namun jika hanya sekedar menyampaikan perkataan para dewa kepada Hinata mungkin masih bisa diterima.
“Sebenarnya kami tidak berhak menentukan itu… Namun… kalau bisa kami ingin orang yang taat dan mempercayai eksistensi kami…. Mungkin…”
Lime meletakan tangan didagunya dan nampak mulai berpikir.
“Mingkin jika orang ini yang menadi Pope baru, kami akan bisa terus memberikan petunjuk kepadanya…. Dan juga hubugannya dengn Hinata terlihat baik….”
Bagi Cain, perkataan itu sudah merupakan penentu. Ia sama sekali tidak perduli dengan seberapa religiusnya orang lain, namun jika orang itu memiliki hubungan yang buruk dengan Hinata, dia tidak akan bisa mempercayainya apalagi mendukungnya.
Meskipun Cain memberikan sebuah item untuk berjaga-jaga jika ada bahaya datang, namun benad itu hanya akan aktif disaat yang benar-benar darurat. Sambil berharap bahwa saat item itu aktif tidak pernah datang, Cain menanamkan nama yang disebutkan oleh Lime di dalam hatinya.
“Kalau begitu, Berangkat!!”
Cain dan rombongannya meninggalkan kota Silvester setelah menginap semalam di kota ini. Bahkan disaat sarapan, Lagnav dan Bishop masih meneruskan cerita mereka dengan penuh semangat. Cain pun terheran-heran kenapa mereka bisa terus membicarakan hal itu, dan tentunya itu mustahil bagi dirinya sendiri.
Setelah sarapan mereka memutuskan untuk segera meninggalkan kota Silvester. Pada awalnya Earl Lagnav ingin mengantar mereka sampai ke perbatasan, namun karena sang bishop menolak, akhirnya ia terpaksa mengantar hanya sampai gerbang kota.
“Tapi aku benar-benar tidak menyangka tuan Lagnav adalah pengikut yang sangat taat ya…. Mungkin bisa dikatakan antusias….”
Cain mengangguk menyetujui pernyataan sang Bishop. Pada kenyataan nya setelah makan malam mereka berdua melanjutkan perbincangan hangat tentang Marineford diantara mereka. Cain benar-benar merasa lega bahwa dirinya tidak ada di sana.
Kereta terus melaju menuju ke Marinford, dalam waktu setengah hari mereka sampai di tugu perbatasan. Rombongan mereka terus melaku tanpa terhenti dan setelah mereka menginap semalam di perjalanan, akhirnya mereka sampai di kota di hari berikutmya.
Di Kerajaan Marineford kebanyakan rumah berwarna dasar putih dan pemandangan kota terlihat tenang. Dari penjelasan sang Bishop dapat diketahui bahwa di tengah setiap kota ada gereja dan ada beberapa pegawai serta perwakilan pusat yang mengatur jalannya pemerintahan disetiap kota.
Untuk mencegah adanya korupsi, para Bishop dan Priest yang bertugas disana menjalankan pemerinthan sambil saling mengawasi diantara mereka.
“Ini adalah kota Genacy…. Akan butuh tiga hari perjalanan dari sini menuju kuil utama…. Kalau begitu mari kita ke gereja dulu…”
Sang Bishop pun memberiikan isntruksi kepada Ksatria, dan kereta pun mulai berjalan meuju gereja. Sang Bishop dan para ksatria akan menginap di gereja, sedangkan para pengawal seperti Cain dan kelompoknya menginap di penginapan.
Ketika rombongan kereta mereka berhenti di depan gereja, terlihat seorang Priest dan para suster keluar dari dalam gereja.
“Bishop Hanam, anda pasti lelah setelah melakukan perjalanan panjang…. Kami sudah menyiapkan kamar. Mari sebelah sini…”
“Ya… Aku akan merepotkan mu semalam ini…. Cain-dono aku tidak masalah disini… tidak masalah jika menjemput ku besok disini…”
“Baik… tapi kalau bisa mumpun aku ada di gereja, aku ingin berdoa terlebih dahulu….”
Sang Bishop mengangguk sambil tersenyuum mendengar perkataan Cain.
“Wah… petualang yang memiliki hati yang baik, mari masuk…”
Priest itu membimbing Cain masuk ke dalam gereja. Pada dasarnya desain dan ukuran bangunan nya tidak jauh berbeda dengan gereja yang ada dikota lain. Meskipun gereja di kota Drintle tampak besar karena kasus pengelapan dana oleh Priest sebelumnya, namun mereka tidak menghancurkannya dan tetap menggunakanya seperti apa adanya.
Ukuran gereja dikota Drintle menjadi sangat sesuai dengan ukuran kota saat ini yang telah berkembang. Namun bagian interiornya menjadi lebih sederhana dan tidak seperti sebelumnya, banyak penduduk kota yang berdatangan meminta pemulihan atau hanya sekedar berdoa.
Cain berlutut di depan altar dan menyatukan kedua tangannya. Bersamaan dengan itu bidang pandangannya menjadi putih.
“Cain, lama tidak berjumpa…. Sepertinya kamu masih menjalani hidup yang tidak membosankan, sama seperti biasanya…”
“Lama tidak berjumpa… aku masih terlibat berbagai masalah loh… sama seperti biasanya…”
Cain pun bangkit dan duduk di kursi yang kosong.
“Disini benar-benar terhibur dengan menonton keseharian mu…. Pertarungan muu dengan kesadaran Aaron benar-benar luar biasa… Yah walaupun aku tidak menyangka dia bisa memulihkan kesadarannya sampai sejauh itu… Kami tidak bisa berbuat apa-apa…. Meskipun Yuuya adalah orang yang mempunyai hubungan, dia saat ini sudah menjadi dewa di dunia lain…. Cain… Hanya kamu yang bisa diandalkan sekarang…”
“…Baik… aku akan berusaha menghadapinya semampu ku… Selain itu, ada hal yan ingin aku tanyakan….”
“Ya… tentang pertemuan mu dengan Saint kali inikan…. Biar Lime yang menjelaskannya…”
Lime yang berada disampingnya pun mengangguk.
“Pertama-tama soal pembunuhan Pope di Marineford, ini dilakukan oleh mata-mata Kekaisaran Vysus…. Tampaknya mereka telah mencuri beberapa harta dari ruang harta di kuil… Yah… sebagai seorang Pope dia adalah orang yang cukup taat jadi sesekali aku mengirimkan petunjuk dewa padanya…. Selain itu, soal Hinata…. Kedepannya akan dilakukan pemilihan Pope baru, tetapi, ada diantara para calon yang tidak taat…. Jika orang-orang seperti itu yang terpilih menjadi Pope, maka kami tidak akan bisa memberikan petunjuk dewa kepadaya….”
Cain pun terheran dengan penjelasan Lime yang benar-benar tidak dia duga. Kali ini ia hanya bertujuan untuk bertemu dnengan Hinata. Selain itu saat ini dia sedang menyembunyikan status bangsawannya dan menjadi pengawal Bishop.
Bahkan setelah dia mendengar bahwa semua ini adalah perbuatan mata-mata dari kekaisaran Vysus, dia tidak dapat melakukan apa-apa. Terlebh dia tidak bisa menjelaskan alasananya. Tidak mungkin ia dapat menjelaskan, ‘ini adalah pengetahuan dari dewa!’ kepada oang-orang. Dan bahkan dia tidak bisa menunjukan bukti apapun. Kemungkinan yang akan percaya hanyalah petinggi Kerajaan Esfort serta Bishop yang sedang dikawalnya saat ini.
“Begitu ya… Jadi para dewa sekalian. Mana menurut kalian sosok yang pantas menjadi Pope berikutnya??”
Cain berpikir tidak akan masalah untuk mendukung orang itu jika itu orang yang direstui oleh dewa itu menjadi Pope berikutnya. Meskipun Cain memang tidak memiliki wewenang, namun jika hanya sekedar menyampaikan perkataan para dewa kepada Hinata mungkin masih bisa diterima.
“Sebenarnya kami tidak berhak menentukan itu… Namun… kalau bisa kami ingin orang yang taat dan mempercayai eksistensi kami…. Mungkin…”
Lime meletakan tangan didagunya dan nampak mulai berpikir.
“Mingkin jika orang ini yang menadi Pope baru, kami akan bisa terus memberikan petunjuk kepadanya…. Dan juga hubugannya dengn Hinata terlihat baik….”
Bagi Cain, perkataan itu sudah merupakan penentu. Ia sama sekali tidak perduli dengan seberapa religiusnya orang lain, namun jika orang itu memiliki hubungan yang buruk dengan Hinata, dia tidak akan bisa mempercayainya apalagi mendukungnya.
Meskipun Cain memberikan sebuah item untuk berjaga-jaga jika ada bahaya datang, namun benad itu hanya akan aktif disaat yang benar-benar darurat. Sambil berharap bahwa saat item itu aktif tidak pernah datang, Cain menanamkan nama yang disebutkan oleh Lime di dalam hatinya.
mbulet