Cain yang telah selesai berbincang dengan para dewa kembali sadar, lalu berdiri. Dan setelah memberikan sejumlah sumbangan kepada suster diapun meninggalkan gereja dan bergabung kembali bersama Claude dan yang lainnya. Saat ini dia berencana untuk pergi kepenginapan dan bersantai sampai besok pagi.
Penginapan itu terletak tidak jauh dari gereja. Setelah menitipkan kuda-kuda di kandang yang ada di samping penginapan, Cain dan kelompoknya kemudian mengurus administrasi dan kemudian menuju kamar masing-masing.
Cain berada di kamar yang sama dengan Claude.
“Aku tidak menyangka bisa mendapat misi yang sama dengan Cain lagi…. Yah.. aku bisa sedikit tenang apapun yang akan terjadi nanti… Bahkan jika ada naga yang tiba-tiba muncul sekalipun aku tidak takut…”
Claude tertawa dengan cerianya sambil melepas perlengkapannya dan mengganti pakaian biasa. Cain juga tidak bisa menggunakan pakaian bangsawan, jadi dia mengganti pakaian biasa yang telah ia siapkan sebelumnya.
Claude mengerti bahwa Cain adalah petualang terkuat di dunia. Dan tentu nya dia juga tahu status Cain sebagai Margrave. Dan ia sangat bersyukur masih bisa memperlakukannya seperti temannya sendiri. Yah walaupun itu hanya ia lakukan saat tidak ada Rina.
“Sepertinya memang tidak bisa masuk ke negara ini dengan status bangsawan tanpa pemberitahuan resmi… terkadang memang aku lebih nyaman seperti ini….”
Memang mudah bagi dirinya untuk kembali ke Ibukota ataupun Drintle dalam sekejap. Namun Cain tidak ingin kembali jika tidak terlalu darurat. Memang dia merasa sedikit itdak enak pada Lizabeth yang ada di Drintle, namun jika terjadi sesuatu padanya Darmeshia pasti akan menghubungi.
Dalam perjalanan kali ini Cain berada satu kamar dengan Claude, dan dia tidak mengetahui soal sihir transfer, jadi Cain tidak bisa semudah itu menggunnakannya.
Ketika meninggalkan kamar dan berjalan menuju ke ruang makan sambil mengobrol, terlihat Milly Nina dan Rina sudah ada di meja.
“Kalian lama sekali!!! Kalian kan laki-laki, masa persiapan aja lama….”
Rina tampak seperti sudah lama menunggu dan sudah mengosongkan cangkirnya. Milly dan Nina menggangkat tangan mereka sambil tersenyum pahit.
“Maaf membuat kalian menunggu… Aku kebablasan ngobrol sama Claude-san….”
Cain menundukan kepalanya, lalu duduk di kursi yang kosong diantara Milly dan Nina. Urutan di meja itu menjadi Rina, Claude, Milly, Cain, dan Nina.
“Cain asih dibawah umur, jadi jus ya…. Tolong tambah Ale sama Jus!! “
Claude berbicara pada pelayan dan memesan menu tambahan. Untuk makanan ringan, Rina sudah memesannya lebih dulu. Minuman segera dibawakan dan di letakan dihadapan mereka lalu mereka bersiap untuk bersulang.
“Kalau begitu, mari bersulang karena kita bisa selamat sampai kemari!!”
“Cheerss!!!”
Mereka saling menyentuhkan cangkir mereka dan kemudian mulai meminumnya.
“Akan ada perjalanan tiga hari menuju ke ibukota…. Dan kita bisa sedit bersantai saat kita sudah sampai disana…”
Perjalanan satu arah selama satu minggu, lalu bersiaga di Ibukora Marinford selama sepuluh hari, lalu kemudian pulang, begitulah agenda pengawalan kali ini. Biasanya misi pengawalan dilakukan hanya untuk satu arah, namun karena kali ini mengawal Bishop, dan dibutuhkan petualang yang dapat dipercya untuk mengawalnya, maka misi kali ini termasuk untuk perjalanan pulang.
Karena ini adalah pengawalan yang membutuhkan waktu yang cukup panjang, maka hadiahnya juga cukup besar. Terlebih ada biaya tambahan dari kerajaan, maka ini benar-benar menjadi quest yang menarik bagi Claude dan kelompoknya.
“Oh iya tadi aku mendengar sesuatu… Katanya disini sedang ada keributan… aku dengar ada kereta gereja yang diserang…”
“Eh!? Di wilayah kerajaan ini!?”
Ini adlah kerajaan kepercayaan Marinford, kerajaan yang diatur oleh sistem kepercayaan. Dan rata-rata penduduknya adalah penganut kepercayaan yang cukup taat. Dan kepercayaan ini telah mengakar sampai kepada para petani sekalipun. Maka akan menjadi sebuah masalah penting jika sampai terjadi penyerangan kepada kereta milik gereja di wilayah kerajaan ini.
“Itu… mungkin karena adanya pemilihan Pope ini kan?? untuk acara ini para Bishop dari berbagai negara datang berkumpul kan? Aku dengar juga kereta-kereta ini banyak yang diserang… tentu saja ada juga kereta pedagang yang menjadi korban….”
“… Sepertinya itu sangat tidak wajar ya… Apa jangan-jangan itu untuk menghalangi kandidat lain?? Ah aku berlebihan ya… apa jangan-jangan ada Cardinal yang memiliki hubungan dengan bandit??”
Claude nampak sedang memikirkan perkataan Rina. Sedang kan Cain teringat dengan perkataan Lime.
(Apa jangan jangan salah satu Cardinal mengatur ini?? Tidak… itu terlalu sulit… Cardinal saat ini sedang berkumpul di Kuil utama…. Jadi mereka tidak akan semudah itu mendapatkan informasi…. Jadi bagaimana???)
Pembicaan mereka terus berlanjut tanpa menemukan satu pun jawaban pertanyaan itu.
“Dalam tiga hari ini selama menuju ke kuil utama, mungkin kita juga akan menjadi target…. Jadi kita harus lebih berhati-hati….”
“Yah, memang itu ada benarnya… tapi kita kan punya Cain…. Jadi kita sudah pasti tidak akan kalah…. “
“Benar juga…”
Milly dan Nina nampak menyetujui perkataan Claude. Bagi mereka yang sudah mengetahui kemampuan Cain, mereka beranggapan berhadapan dengan naga jauh lebih ringan ketimbang harus melawan Cain. Dan mereka yakin pendapat ini tidak akan berubah meski mereka memiliki ratusan rekan sekalipun. Dan pada kenyataannya mereka sudah mengalami kejadian itu ketika ada peristiwa penyerangan dalam perjalanan pulang dari Republik Ilstein.
Mereka telah menanamkan jauh didalam lubuk hati mereka bahwa mereka tidak akan pernah melawan sihir milik Cain yang benar-benar diluar nalar iru. Namun bagi Milly dan Nina. Cain adalah murid mereka dan juga penyelamat hidup mereka. Magic bag yang diberikan oleh Cain pun masih mereka gunakan sampai saat ini. Sedangkan Nina bahkan masih memiliki ambisi untuk bisa menjadi selir nya.
“Besok kita akan melakukan pengawalan dengan lebih waspada…”
Semua orang mengangguk menyetujui pernyataan Rina.
Cain yang telah selesai berbincang dengan para dewa kembali sadar, lalu berdiri. Dan setelah memberikan sejumlah sumbangan kepada suster diapun meninggalkan gereja dan bergabung kembali bersama Claude dan yang lainnya. Saat ini dia berencana untuk pergi kepenginapan dan bersantai sampai besok pagi.
Penginapan itu terletak tidak jauh dari gereja. Setelah menitipkan kuda-kuda di kandang yang ada di samping penginapan, Cain dan kelompoknya kemudian mengurus administrasi dan kemudian menuju kamar masing-masing.
Cain berada di kamar yang sama dengan Claude.
“Aku tidak menyangka bisa mendapat misi yang sama dengan Cain lagi…. Yah.. aku bisa sedikit tenang apapun yang akan terjadi nanti… Bahkan jika ada naga yang tiba-tiba muncul sekalipun aku tidak takut…”
Claude tertawa dengan cerianya sambil melepas perlengkapannya dan mengganti pakaian biasa. Cain juga tidak bisa menggunakan pakaian bangsawan, jadi dia mengganti pakaian biasa yang telah ia siapkan sebelumnya.
Claude mengerti bahwa Cain adalah petualang terkuat di dunia. Dan tentu nya dia juga tahu status Cain sebagai Margrave. Dan ia sangat bersyukur masih bisa memperlakukannya seperti temannya sendiri. Yah walaupun itu hanya ia lakukan saat tidak ada Rina.
“Sepertinya memang tidak bisa masuk ke negara ini dengan status bangsawan tanpa pemberitahuan resmi… terkadang memang aku lebih nyaman seperti ini….”
Memang mudah bagi dirinya untuk kembali ke Ibukota ataupun Drintle dalam sekejap. Namun Cain tidak ingin kembali jika tidak terlalu darurat. Memang dia merasa sedikit itdak enak pada Lizabeth yang ada di Drintle, namun jika terjadi sesuatu padanya Darmeshia pasti akan menghubungi.
Dalam perjalanan kali ini Cain berada satu kamar dengan Claude, dan dia tidak mengetahui soal sihir transfer, jadi Cain tidak bisa semudah itu menggunnakannya.
Ketika meninggalkan kamar dan berjalan menuju ke ruang makan sambil mengobrol, terlihat Milly Nina dan Rina sudah ada di meja.
“Kalian lama sekali!!! Kalian kan laki-laki, masa persiapan aja lama….”
Rina tampak seperti sudah lama menunggu dan sudah mengosongkan cangkirnya. Milly dan Nina menggangkat tangan mereka sambil tersenyum pahit.
“Maaf membuat kalian menunggu… Aku kebablasan ngobrol sama Claude-san….”
Cain menundukan kepalanya, lalu duduk di kursi yang kosong diantara Milly dan Nina. Urutan di meja itu menjadi Rina, Claude, Milly, Cain, dan Nina.
“Cain asih dibawah umur, jadi jus ya…. Tolong tambah Ale sama Jus!! “
Claude berbicara pada pelayan dan memesan menu tambahan. Untuk makanan ringan, Rina sudah memesannya lebih dulu. Minuman segera dibawakan dan di letakan dihadapan mereka lalu mereka bersiap untuk bersulang.
“Kalau begitu, mari bersulang karena kita bisa selamat sampai kemari!!”
“Cheerss!!!”
Mereka saling menyentuhkan cangkir mereka dan kemudian mulai meminumnya.
“Akan ada perjalanan tiga hari menuju ke ibukota…. Dan kita bisa sedit bersantai saat kita sudah sampai disana…”
Perjalanan satu arah selama satu minggu, lalu bersiaga di Ibukora Marinford selama sepuluh hari, lalu kemudian pulang, begitulah agenda pengawalan kali ini. Biasanya misi pengawalan dilakukan hanya untuk satu arah, namun karena kali ini mengawal Bishop, dan dibutuhkan petualang yang dapat dipercya untuk mengawalnya, maka misi kali ini termasuk untuk perjalanan pulang.
Karena ini adalah pengawalan yang membutuhkan waktu yang cukup panjang, maka hadiahnya juga cukup besar. Terlebih ada biaya tambahan dari kerajaan, maka ini benar-benar menjadi quest yang menarik bagi Claude dan kelompoknya.
“Oh iya tadi aku mendengar sesuatu… Katanya disini sedang ada keributan… aku dengar ada kereta gereja yang diserang…”
“Eh!? Di wilayah kerajaan ini!?”
Ini adlah kerajaan kepercayaan Marinford, kerajaan yang diatur oleh sistem kepercayaan. Dan rata-rata penduduknya adalah penganut kepercayaan yang cukup taat. Dan kepercayaan ini telah mengakar sampai kepada para petani sekalipun. Maka akan menjadi sebuah masalah penting jika sampai terjadi penyerangan kepada kereta milik gereja di wilayah kerajaan ini.
“Itu… mungkin karena adanya pemilihan Pope ini kan?? untuk acara ini para Bishop dari berbagai negara datang berkumpul kan? Aku dengar juga kereta-kereta ini banyak yang diserang… tentu saja ada juga kereta pedagang yang menjadi korban….”
“… Sepertinya itu sangat tidak wajar ya… Apa jangan-jangan itu untuk menghalangi kandidat lain?? Ah aku berlebihan ya… apa jangan-jangan ada Cardinal yang memiliki hubungan dengan bandit??”
Claude nampak sedang memikirkan perkataan Rina. Sedang kan Cain teringat dengan perkataan Lime.
(Apa jangan jangan salah satu Cardinal mengatur ini?? Tidak… itu terlalu sulit… Cardinal saat ini sedang berkumpul di Kuil utama…. Jadi mereka tidak akan semudah itu mendapatkan informasi…. Jadi bagaimana???)
Pembicaan mereka terus berlanjut tanpa menemukan satu pun jawaban pertanyaan itu.
“Dalam tiga hari ini selama menuju ke kuil utama, mungkin kita juga akan menjadi target…. Jadi kita harus lebih berhati-hati….”
“Yah, memang itu ada benarnya… tapi kita kan punya Cain…. Jadi kita sudah pasti tidak akan kalah…. “
“Benar juga…”
Milly dan Nina nampak menyetujui perkataan Claude. Bagi mereka yang sudah mengetahui kemampuan Cain, mereka beranggapan berhadapan dengan naga jauh lebih ringan ketimbang harus melawan Cain. Dan mereka yakin pendapat ini tidak akan berubah meski mereka memiliki ratusan rekan sekalipun. Dan pada kenyataannya mereka sudah mengalami kejadian itu ketika ada peristiwa penyerangan dalam perjalanan pulang dari Republik Ilstein.
Mereka telah menanamkan jauh didalam lubuk hati mereka bahwa mereka tidak akan pernah melawan sihir milik Cain yang benar-benar diluar nalar iru. Namun bagi Milly dan Nina. Cain adalah murid mereka dan juga penyelamat hidup mereka. Magic bag yang diberikan oleh Cain pun masih mereka gunakan sampai saat ini. Sedangkan Nina bahkan masih memiliki ambisi untuk bisa menjadi selir nya.
“Besok kita akan melakukan pengawalan dengan lebih waspada…”
Semua orang mengangguk menyetujui pernyataan Rina.
flasback lagi ???