Satu minggu setelah Denter resmi di nobatkan sebagai Pope yang baru. Kini Bishop Hanam dan rombongannya bersiap untuk kembali ke Kerajaan Esfort. Sejak hari pelantikan dirinya, Pope Denter menghabiskan waktu-waktunya dengan sibuk menangkap orang-orang yang terlibat dalam kasus penyerangan itu.
Jika ada waktu, ia menyempatkan diri untuk melakukan pertemuan dengan Cain. Namun karena mereka tak bisa menunjukan kepada umum Pope Denter menundukan kepalanya kepada Cain yang hanya seorang pengawal, mereka pun melakukan pertemuan ini secara rahasia.
Bishop Hanam sempat diminta untuk mengisi posisi Cardinal yang kosong dan membantu Pope di Kerajaan Marineford, namun dia dengan tegas menolaknya. Dia mengatakan bahwa dia ingin hidup dan mati untuk Kerajaan Esfort dan menyaksikan pencapaian Cain.
Perjalanan pulang dapat berlalu dengan aman dan damai. Ditengah perjalanan mereka sempat mampir kekota Genacy. Namun sepertinya disana masih dalam proses penggantian Priest karena Priest lama disana di tangkap karena terbukti terlibat dalam kasus penyerangan.
Dan masalah terbesar adalah, mereka sampai di Kota paling ujung Kerajaan Esfort, Kota Sylvester.
Earl Lagnav sangat senang mendengar bahwa Cardinal Denter yang merupakan kakakBishop Hanam dilantik menjadi Pope yang Baru. Dia sempat ingin mengadakan pesta yang meriah, namun Bishop Hanam menolaknya dan emyarankan untuk melakukan pesta yang sederhana saja.
Setelah dapat terbebas dari Earl Lagnav menyerahkannya pada Bishop Hanam, Cain pun langsung beristirahat. Beberapa hari kemudian, Cain dan rombongannya berhasil tiba di Ibukota kerajaan dan menyelesaikan misi pengawalan ini.
“…Jadi… Cain…. Apa ada yang ingin kamu bicarakan???”
Di sebuah ruang pertemuan di Istana, Cain terlemas dengan dikelilingi olrh sang Raja, Perdana Menteri Magna, serta Duke Eric.
“… Tidak ada kok…. Aku cuma sedikit berlebihan dalam menyampaikan keinginan para dewa…. Itu saja….”
Bishop Hanam telah memberikan laporan semua yang terjadi di Kerajaan Marineord, dan Cain pun dipanggil untuk menghadiri interogasi.
“Juga…. Aku mendengar bahwa kamu sudah membuat cermin yang dapat mengunakan sihir transfer….. apa kamu mengerti apa jadinya jika berita ini menyebar??”
Mereka sempat merasa lega karena benda ini hanya mampu diciptakan oleh Cain, namun mereka sadar keberadaan benda itu saja sudah merupakan sebuah masalah.
Cain pun dipaksa berjanji untuk merahasiakan hal ini kepada siapapun.
“Aku janji tidak akan membuatnya lagi…. Jadi sudah tidak maslaah kan…”
“Tidak, memang benar sih… tapi suatu saat itu akan berguna…. Jadi….”
Cain berjanji untuk tidak membuatnya lagi, namun mereka mengetahui bahwa benda ini akan berguna disaat-saat darurat. Bahkan bagi sang raja itu bisa menjadi alat evakuasi darurat jika terjadi sesuatu. Itu sebabnya sang raja agak bimbang.
“… Yang Mulia… bagaimana jika anda sedikit lebih jujur….. anda ingin beliau membuatnya berdasarkan kebutuhan saja….”
Perdana menteri Magna pun memberikan saran.
“Yah, begitulah… Cain, bisakah kau membuatkannya satu lagi untuk keadaan darurat….. tentu saja ini harus dirahasiakan….”
“…Baiklah… Jika itu permintaan Yang Mulia.”
Cain pun membuatkan sepasang cermin besar dan meletakannya di tempat itu.
“Umm. Luar biasa…. Meskipun aku tidak bisa membayarnya dengan uang kerajaan, tapi aku akan membayarmu dengan aset pribadiku…..”
Seharusnya Cain hari ini menerima ceramah lagi, namun ia berhasil lolos karena sang raja luluh karena tergoda benda itu.
◇◇◇
Diruang kerja mansion keluarga Silford di ibukota,tiga orang wanita cantik sedang duduk dan bersantai disofa. Telestia, Silk, dan Liltana, setelah mereka bertiga lama tidak bertemu dengan Cain disekolah, mereka memaksa untuk mengunjungi mansion Cain.
Karena Cain masih ada tugas, jadi mereka dengan sedikit paksaan malah berkumpul di ruang kerja Cain dan bukannya diruang tamu.
Selain itu, ia juga akan memanggil Lizabeth yang ada di kota Drintle dan memintanya untuk kemari. Dan ketika empat orang gadis berkumpul, mereka saling berbincang seolah mereka tak pernah kehabisan topik untuk dibahas.
Cain terus melanjutkan pekerjaannnya sambil mendengarkan kemeriahan ini.
“…Cain-sama..Loh?? Eh???”
“Ada apaTeles?? Eh….?!”
Dari sebuah cermin besar yang ada di ruang kerjanya itu, tiba-tiba sosok Hinata muncul dan membuat semua gadis itu terkejut.
“Ah… Cain-sama… aku datang….”
“Ah…. Hinata….”
Cain pun menepuk dahinya karena kemunculan Hinata ini sungguh diwaktu yang amat buruk.
“Cain-sama… tolog jelaskan semua ini….”
“Cain-kun… kamu mau kan menceritakannya???”
“Cain….. Beliau ini Saint-sama kan…. kenapa bisa ada disini….”
“Ahaha, Anggota Harem Cain yang lain ya…. Menarik….”
Cain pun di kelilingi oleh Telestia, Silk dan Liltana. Ruangan itu pun diwarnai oleh suara Lizabeth yang tertawa.
Satu minggu setelah Denter resmi di nobatkan sebagai Pope yang baru. Kini Bishop Hanam dan rombongannya bersiap untuk kembali ke Kerajaan Esfort. Sejak hari pelantikan dirinya, Pope Denter menghabiskan waktu-waktunya dengan sibuk menangkap orang-orang yang terlibat dalam kasus penyerangan itu.
Jika ada waktu, ia menyempatkan diri untuk melakukan pertemuan dengan Cain. Namun karena mereka tak bisa menunjukan kepada umum Pope Denter menundukan kepalanya kepada Cain yang hanya seorang pengawal, mereka pun melakukan pertemuan ini secara rahasia.
Bishop Hanam sempat diminta untuk mengisi posisi Cardinal yang kosong dan membantu Pope di Kerajaan Marineford, namun dia dengan tegas menolaknya. Dia mengatakan bahwa dia ingin hidup dan mati untuk Kerajaan Esfort dan menyaksikan pencapaian Cain.
Perjalanan pulang dapat berlalu dengan aman dan damai. Ditengah perjalanan mereka sempat mampir kekota Genacy. Namun sepertinya disana masih dalam proses penggantian Priest karena Priest lama disana di tangkap karena terbukti terlibat dalam kasus penyerangan.
Dan masalah terbesar adalah, mereka sampai di Kota paling ujung Kerajaan Esfort, Kota Sylvester.
Earl Lagnav sangat senang mendengar bahwa Cardinal Denter yang merupakan kakakBishop Hanam dilantik menjadi Pope yang Baru. Dia sempat ingin mengadakan pesta yang meriah, namun Bishop Hanam menolaknya dan emyarankan untuk melakukan pesta yang sederhana saja.
Setelah dapat terbebas dari Earl Lagnav menyerahkannya pada Bishop Hanam, Cain pun langsung beristirahat. Beberapa hari kemudian, Cain dan rombongannya berhasil tiba di Ibukota kerajaan dan menyelesaikan misi pengawalan ini.
“…Jadi… Cain…. Apa ada yang ingin kamu bicarakan???”
Di sebuah ruang pertemuan di Istana, Cain terlemas dengan dikelilingi olrh sang Raja, Perdana Menteri Magna, serta Duke Eric.
“… Tidak ada kok…. Aku cuma sedikit berlebihan dalam menyampaikan keinginan para dewa…. Itu saja….”
Bishop Hanam telah memberikan laporan semua yang terjadi di Kerajaan Marineord, dan Cain pun dipanggil untuk menghadiri interogasi.
“Juga…. Aku mendengar bahwa kamu sudah membuat cermin yang dapat mengunakan sihir transfer….. apa kamu mengerti apa jadinya jika berita ini menyebar??”
Mereka sempat merasa lega karena benda ini hanya mampu diciptakan oleh Cain, namun mereka sadar keberadaan benda itu saja sudah merupakan sebuah masalah.
Cain pun dipaksa berjanji untuk merahasiakan hal ini kepada siapapun.
“Aku janji tidak akan membuatnya lagi…. Jadi sudah tidak maslaah kan…”
“Tidak, memang benar sih… tapi suatu saat itu akan berguna…. Jadi….”
Cain berjanji untuk tidak membuatnya lagi, namun mereka mengetahui bahwa benda ini akan berguna disaat-saat darurat. Bahkan bagi sang raja itu bisa menjadi alat evakuasi darurat jika terjadi sesuatu. Itu sebabnya sang raja agak bimbang.
“… Yang Mulia… bagaimana jika anda sedikit lebih jujur….. anda ingin beliau membuatnya berdasarkan kebutuhan saja….”
Perdana menteri Magna pun memberikan saran.
“Yah, begitulah… Cain, bisakah kau membuatkannya satu lagi untuk keadaan darurat….. tentu saja ini harus dirahasiakan….”
“…Baiklah… Jika itu permintaan Yang Mulia.”
Cain pun membuatkan sepasang cermin besar dan meletakannya di tempat itu.
“Umm. Luar biasa…. Meskipun aku tidak bisa membayarnya dengan uang kerajaan, tapi aku akan membayarmu dengan aset pribadiku…..”
Seharusnya Cain hari ini menerima ceramah lagi, namun ia berhasil lolos karena sang raja luluh karena tergoda benda itu.
◇◇◇
Diruang kerja mansion keluarga Silford di ibukota,tiga orang wanita cantik sedang duduk dan bersantai disofa. Telestia, Silk, dan Liltana, setelah mereka bertiga lama tidak bertemu dengan Cain disekolah, mereka memaksa untuk mengunjungi mansion Cain.
Karena Cain masih ada tugas, jadi mereka dengan sedikit paksaan malah berkumpul di ruang kerja Cain dan bukannya diruang tamu.
Selain itu, ia juga akan memanggil Lizabeth yang ada di kota Drintle dan memintanya untuk kemari. Dan ketika empat orang gadis berkumpul, mereka saling berbincang seolah mereka tak pernah kehabisan topik untuk dibahas.
Cain terus melanjutkan pekerjaannnya sambil mendengarkan kemeriahan ini.
“…Cain-sama..Loh?? Eh???”
“Ada apaTeles?? Eh….?!”
Dari sebuah cermin besar yang ada di ruang kerjanya itu, tiba-tiba sosok Hinata muncul dan membuat semua gadis itu terkejut.
“Ah… Cain-sama… aku datang….”
“Ah…. Hinata….”
Cain pun menepuk dahinya karena kemunculan Hinata ini sungguh diwaktu yang amat buruk.
“Cain-sama… tolog jelaskan semua ini….”
“Cain-kun… kamu mau kan menceritakannya???”
“Cain….. Beliau ini Saint-sama kan…. kenapa bisa ada disini….”
“Ahaha, Anggota Harem Cain yang lain ya…. Menarik….”
Cain pun di kelilingi oleh Telestia, Silk dan Liltana. Ruangan itu pun diwarnai oleh suara Lizabeth yang tertawa.