Di SMA Kuzeyama, ada seorang Malaikat yang akan menuntunmu menuju cinta. Sudah sekitar satu tahun sejak rumor seperti itu mulai beredar di sekolah yang aku, Akashi Io, hadiri.
Inilah intinya.
Suatu hari, seseorang yang memiliki masalah dengan cinta tiba-tiba menerima surat dari dewa asmara, Cupid. Cupid memiliki kekuatan gaib, jika orang tersebut mengikuti kata-kata Cupid, maka cinta mereka akan berbuah.
Sebuah omong kosong. Cerita yang tidak realistis ini seharusnya tidak lebih dari cerita yang dibuat-buat. Itu wajar untuk berpikir begitu.
Pertama-tama, legenda urban semacam ini sudah lama ketinggalan zaman.
Dengan perkembangan internet dan ilmu pengetahuan, cerita-cerita semacam ini punah. Cerita hantu, tujuh keanehan, kekuatan mental dan sebagainya. Itu semua omong kosong, tidak ada yang menganggapnya serius.
Dengan kata lain, Probatio Diabolica. Kau tidak bisa membuktikan sesuatu yang tidak mungkin, itu sendiri, juga tidak mungkin. Meskipun ada beberapa orang yang memikirkan ide “Akan menarik jika itu ada”, terlepas dari segalanya. Tapi hanya itu.
Tln : wikipedia Probatio Diabolica
Itu sebabnya Malaikat tidak ada, surat tidak akan datang. Tidak ada yang namanya kekuatan misterius. Itu wajar.
—Tapi jika itu masalahnya, lalu kenapa rumor ini bertahan selama satu tahun penuh?
Apa karena siswa SMA Kuze adalah sekelompok anak-anak yang pengkhayal?
Tidak, siswa SMA saat ini tidak sebodoh itu.
Selain itu, SMA Kuzeyama adalah salah satu sekolah persiapan terbaik di Prefektur Shiga. Siswa di sini realistis dan dewasa.
Lalu kenapa?
Jawabannya cukup sederhana.
Sepulang sekolah, para siswa dibagi menjadi dua kelompok utama, satu pergi ke klub masing-masing dan yang lainnya pulang.
Tanpa basa-basi aku meraih tasku dan segera meninggalkan kelas.
Untungnya, atau mungkin sayangnya, aku tidak punya banyak teman untuk menghentikanku. Aku tidak tidak mengesankan atau suram, tapi aku juga tidak menonjol di tengah orang banyak.
Dan posisi seperti itu nyaman bagiku dalam banyak hal.
Sampai di gerbang depan, bersebelahan dengan kotak sepatu, aku memainkan ponselku sambil menunggu saat yang akan datang. Persis seperti polisi sedang mengintai.
Di sana-sini, siswa dari klub pulang kerumah datang dan pergi, hanya berhenti untuk berganti sepatu di sini. Aku terus menunduk, mencari “target” hanya dengan mataku.
…Tidak
“Yah … bagaimana bisa aku melewatkannya.” Melihatnya, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak bergidik kagum.
Yuzuki Minato adalah seorang gadis cantik. Sangat cantik.
Dia memiliki rambut yang berkilau, lurus, dan sehitam langit malam itu sendiri. Matanya setajam es. Dalam kombinasi dengan bulu matanya yang tebal, matanya memiliki pesona yang sangat indah. Matanya, hidungnya yang angkuh namun lembut, dan bibir merah mudanya yang kecil berada dalam harmoni yang sempurna.
Ditambah lagi, dia tinggi untuk seorang gadis, mungkin sepuluh sentimeter lebih pendek dariku. Meskipun tinggi, dia memiliki lekuk tubuh yang jelas di seluruh tubuhnya. Terutama bagian dadanya yang menonjol.
Dan terakhir, hal yang paling luar biasa darinya, keanggunan dari dunia lain.
Bagaimana dia mengangkat punggungnya tinggi-tinggi, kulit putih kristalnya. Dan dirinya yang selalu melankolis, ekspresi dewasa. Bahkan dalam seragam sekolah biasa, dia mengingatkanku pada seorang wanita kelas atas.
Aku mungkin terlalu memujinya. Dasar menggelikan, Io. Tapi penampilan Yuzuki sempurna. Aku bisa membayangkan ekspresi sombong di wajah dewa yang menciptakannya.
Sungguh dewa yang tidak adil. Terima kasih banyak.
Tapi tetap saja, nilainya di kelas atas, itu benar-benar menakjubkan.
Secara alami, dia juga sangat populer di kalangan pria. Dia juga salah satu dari “Tiga Teratas SMA Kuze”, peringkat resmi oleh badan siswa. Bayangkan saja, “Tiga Teratas SMA Kuze”. Kau tahu?
Kemudian dia berjalan ke arahku–– lebih tepatnya, menuju kotak sepatunya, yang berada tepat di sebelahku.
Tidak ada waktu untuk melongo. Ayo mulai bekerja.
Yuzuki mendekat, hampir bahu-membahu denganku. Klak, sepatunya menyentuh lantai. Saat dia membungkuk untuk mengganti sepatunya, aku menurunkan lenganku.
Kekuatan untuk mengetahui siapa yang disukai target dengan menyentuh pipi mereka, itulah kekuatan yang aku, Malaikat dari SMA Kuze, miliki.
Dengan kekuatan ini, aku mengarahkan cinta konsultiku menuju kesimpulan yang lebih pasti dan lebih sukses.
Kenapa para siswa SMA Kuze mempercayai rumor konyol ini?
Yah, karena itu benar-benar terjadi.
Tidak peduli seberapa tidak realistisnya, Malaikat itu memang ada.
Itu sebabnya rumor itu beredar. Sesederhana itu.
Pengaturan waktu yang sempurna, tanganku mengusap pipi Yuzuki, hanya untuk sesaat, tapi itu sudah cukup.
Sesuai dengan rencana.
Aku merasakan sentuhan lembut di punggung tangan kiriku. Kontak dimulai. Kontak itu tidak lebih dari sentuhan yang tidak disengaja, tidak akan diminta bertanggung jawab atas pelecehan seksual.
Tidak bisakah kau percaya padaku? Itu tidak bisa dihindari, karena itu adalah kondisi pemicu kekuatanku, jadi aku tidak bersalah, kau tahu.
Jika target menyukai seseorang, maka aku akan melihat wajah mereka di pikiranku, seperti kilas balik. Aku tidak akan lelah atau kesakitan. Tapi aku hanya gugup dari waktu ke waktu. Itu sesuatu yang aku sudah terbiasa.
“Ugh?!”
Aku sangat pusing.
Seolah-olah dunia tiba-tiba terbalik, lalu kembali normal lagi. Pada saat yang sama, semburan kilas balik menghantamku. Apa yang biasanya berupa satu gambar, paling banyak beberapa, melayang masuk dan keluar dari pandangan. Menyilaukan, terlalu banyak, seperti pertunjukan kembang api.
Wajah yang familiar, wajah yang asing. Total dua puluh…? Tidak, bahkan lebih.
Apa ini? Apa-apaan ini?!-
“Ugh…”
Rasanya seperti mengharapkan bola pingpong, tapi hanya menemukan bola bowling yang dilemparkan ke wajahku. Kepalaku lemas, tubuhku gemetar, rasanya ingin muntah.
Tunggu, tenang. Kendalikan dirimu.
Rencananya sekarang benar-benar serba salah. Aku harus meminta maaf, dan sedang dalam perjalanan. Hanya kecelakaan biasa dimana tanganku kebetulan menyentuh pipinya, tidak ada yang lain.
Itu rencananya…
Sambil mencoba berdiri tegak, aku memaksakan diri untuk memilah situasi. Namun, sepertinya aku tidak memiliki kemewahan itu.
“A-apa?”
Disebelahku, Yuzuki bertanya, wajahnya curiga. Yah, itu wajar saja, aku tiba-tiba menjerit dan terhuyung-huyung. Ketidakteraturan itu adalah sesuatu yang harus kukhawatirkan, tapi saat ini, tidak mendapatkan perhatian yang tidak diinginkan dari Yuzuki adalah prioritas utama.
Bagaimana cara menutupi ini? Untuk saat ini, aku harus lari.
“Ah… Yah, tiba-tiba aku sakit perut… Ahaha…”
Aku melirik wajahnya. Aku mengharapkan tampilan tercengang, tampilan bermasalah, atau bahkan tampilan yang sombong, apa pun selain–
“Eh?–”
Entah bagaimana, matanya tiba-tiba melebar karena terkejut. Seolah-olah dia secara tak terduga menemukan sesuatu yang hilang, wajahnya seperti itu, campuran antara terkejut dan lega.
Kenapa dia membuat ekspresi seperti itu…?
Tapi itu juga, aku tidak punya waktu untuk mencari tahu.
Aku memasukkan kakiku ke dalam sepatuku dan bergegas keluar dari gerbang depan. Seperti itu, aku berlari ke stasiun dan naik kereta jalur Keihan.
Ya, aku membuat kesalahan. Penumpang lain menatapku dengan waspada.
“Jika aku sakit perut, akan lebih wajar untuk kembali ke gedung sekolah, bodoh.”
Sepertinya, kepalaku tidak bekerja sama sekali.
“Hahh …” apa yang sebenarnya terjadi.
Aku mengingat kembali apa yang terjadi ketika mencoba menenangkan diri dengan ritme kereta.