“Hei, hari ini aku agak ingin bermain game sebagai pasangan.” Suatu hari di ruang klub sastra, Yuzu berkata seolah-olah dia baru saja menemukan ide yang menarik.
Aku sedang menyiapkan konsol retro yang ditinggalkan oleh beberapa alumni, untuk menghubungkannya ke televisi tabung sinar katoda pada saat itu. Mendengar apa yang dia katakan, aku menoleh ke arahnya.
“Ada apa, tiba-tiba?”
“Kau tahu, Yamato-kun dan aku telah berkencan selama beberapa waktu, tapi topik tentang momen kebersamaan kita agak rendah yang bisa kita bisa beritahukan pada teman-teman kita, bukan begitu?
“Owh, Lalu?”
Ini menyangkut alasan hubungan kencan kami…. atau lebih tepatnya ‘kontrak’. Jadi, aku memutuskan untuk serius mendengarkannya.
“Kita awalnya pasangan yang sangat tidak mungkin terdiri dari aku yang super imut dan Yamato-kun yang murung, jadi untuk menghindari keraguan sebagai pasangan palsu, kupikir kita harus memiliki momen bersama seperti pasangan sungguhan.”
“Hmm, kalau itu sebabnya, maka aku tidak punya pilihan selain menurutinya. Lalu, apa yang harus kita lakukan?”
“Kalau soal pasangan, pastinya ini!” Saat dia mengatakan itu, Yuzu mengeluarkan smartphone-nya dan menunjukkan layarnya padaku.
“Apa… Tes psikologi?”
“YA! Ini adalah tes psikologi untuk mengetahui kecocokan pasangan dan seberapa besar mereka menyukai satu sama lain! Aku ingin melakukan ini setidaknya sekali!”
“Tidak, kurasa walaupun kita, pasangan palsu melakukan hal seperti itu…. itu tidak menyenangkan untuk mengetahui kita berdua tidak memiliki kasih sayang satu sama lain.”
Aku menunjukkan ketidaksetujuan terhadap ide Yuzu. Sayangnya, dia sudah dalam mood untuk itu dan dia tidak akan berhenti hanya dengan kata-kataku sekarang.
“Yah, baiklah, mari kita coba saja. Kalau begitu, aku akan memberikan pertanyaannya dulu dan Yamato-kun, kamu yang menjawab, oke?”
“Mau bagaimana lagi…” Apa boleh buat, aku hanya menurut.
“Hmmm, ‘Kamu diberi obat yang membuatmu tidak bisa menolak perintah orang lain. Di antara yang berikut ini, manakah yang ada obatnya? Sup, air, daging, makanan penutup’.”
Itu membuatku sedikit cemas untuk hanya menjawab tes yang tidak diketahui…. Baiklah, mari kita jawab ini dengan cepat.
“Hmm, supnya kurasa.” Aku hanya menjawab dengan insting.
Sebagai tanggapan, seringai main-main muncul di wajah Yuzu.
“Ho, hohoho~”
“Apa itu?” Aku punya firasat sedikit, Yuzu menjelaskannya kepadaku dengan wajah ceria.
“Yang bisa diketahui dari tes ini adalah, ‘Apa yang akan terjadi padamu setelah kamu jatuh cinta’!”
“A, apa!?”
“Dan kamu, yang memilih sup! Kamu ‘Tipe yang memasang wajah poker sebagai fasadmu! Ini adalah sindrom di mana kau tidak bisa jujur tentang perasaanmu. Bahkan saat kamu bersemangat di dalam, kamu berpura-pura keren di permukaan’! ”
“sa, sangat bodoh…!” Tanpa sadar aku bingung dengan hasil yang tidak terbayangkan.
Di sana, Yuzu mendekatkan wajahnya yang bersemangat ke arahku dengan ekspresi seperti dia baru saja menemukan mainan terbaik yang pernah ada.
“Jadi begitu. Aku pikir kamu selalu memiliki sikap judes, jadi ternyata kamu benar-benar memiliki sindrom tidak jujur pada perasaanmu. Lalu, itu benar-benar apa boleh buat, bukan? Kamu benar-benar menyukaiku sampai mati, tapi kamu tidak bisa jujur untuk itu, kan? ” (TL/N : Mc kita tsundere wakowkaokwao)
“I, itu pasti kesalahan! Aku meminta pengulangan! ”
“Ditolak. Um, apa yang kamu katakan sebelumnya? ‘Bahkan kalau kita, pasangan palsu melakukan hal seperti itu …. itu tidak menyenangkan untuk mengetahui kita berdua tidak memiliki kasih sayang satu sama lain’? Ya, pasti tidak menyenangkan kalau benar-benar tidak ada kasih sayang, kan?” Yuzu menirukanku seolah dia sedang mengejekku.
‘Ada apa dengannya, apa kesialannya sekarang mencapai langit yang tinggi?’
“Waktu habis! Aku meminta perubahan giliran! Kali ini aku akan bertanya dan kamu akan menjawabnya!” Aku merasa kalau aku tidak dapat melarikan diri dari situasi canggung di sana, jadi aku dengan paksa mengubah topik pembicaraan.
“Tentu saja. Untuk Yamato-kun yang hampir tidak bisa jujur pada perasaannya untuk benar-benar meminta sesuatu. Sebagai pacar yang baik, aku tidak bisa menolaknya.” Dia menyeringai puas seolahapa boleh buat lagi walalupun dialah orang yang melakukan permintaan kepadaku.
Dia adalah orang yang menolak permintaanku untuk mengulang tesku, dasar standar ganda.
“Yah, bahkan kalau aku tahu kalau aku sangat mencintai Yamato-kun, itu tidak akan menggangguku sama sekali! Aku selalu mengatakannya padamu, bukan?” Yuzu membusungkan dadanya saat dia membual tentang keberaniannya.
“Tunggu saja!” Aku juga menggunakan smartphoneku untuk menemukan tes psikologi serupa.
“Lalu ini dia, ‘Kamu akan membeli minuman dari mesin penjual otomatis. Namun, minumannya tidak diberi label, jadi kamu tidak tahu minuman apa itu. Tapi kamu sangat haus sampai kamu masih ingin membeli salah satunya. Ini, minuman warna apa yang kamu pilih?’ “
“Aku hanya akan memilih cokelat? Aku agak ingin minum teh sekarang. ” Yuzu tidak ragu-ragu, karena dia hanya menjawab dengan refleks.
Saat aku mendengar itu, aku menggulir ke bawah layar smartphone untuk mencari tahu arti dari jawaban itu.
“Jawabannya adalah…. Maaf. Itu bukan tes psikologi untuk pasangan, tapi tes psikopat.”
“Hanya apa yang kamu buat aku lakukan !?”
“Ngomong-ngomong, untuk yang barusan…. Oo, begitu …. Hmm.”
“Apa!? Apa yang kamu temukan tentang aku!”
Ups, aku melenceng dari topik utama. Itu tidak disengaja.
“Kalau begitu, mari kita serius, dan lanjutkan ke yang berikutnya.”
“Bagaimana kita bisa!? Aku tidak akan pergi ke mana pun sampai aku tahu tentang jawabannya sekarang! ”
Yuzu tidak bisa menahan rasa penasarannya, dan dia mulai mencari jawabannya di smartphone-nya sendiri. Pada saat yang sama, kali ini sebenarnya, aku juga mencari tes psikologi yang ditujukan untuk pasangan.
“Heyyy, kita akan mealkukan tes yang sebenarnya sekarang, oke?”
“Fiuh… Tidak apa-apa.. Baiklah! Kali ini aku memintamu untuk memberikan yang benar!” Mungkin dia tahu kalau dia bukan psikopat atau semacamnya, tapi Yuzu merasa lega saat dia menghadap ke arahku.
Aku memastikan kalau dia sudah siap sebelum aku menatap smartphoneku.
”
”
‘Kamu membuat karangan bunga menggunakan mawar merah cerah dan mawar putih murni untuk diberikan kepada kekasihmu sebagai hadiah. Kamu ingin buket memiliki kedua jenis bunga dengan total 20 bunga. Berapa banyak bunga untuk setiap jenis yang akan kamu gunakan dalam buket itu?’.” Saat aku membacakan pertanyaan itu, Yuzu sepertinya berpikir sebentar sebelum menjawab.
“19 mawar merah, dan 1 mawar putih kurasa? Tentunya dengan hanya memiliki satu mawar berwarna berbeda akan membuatnya menonjol di antara yang lain, bukan begitu?”
Jawabannya sedikit mengejutkanku, tidak terduga.
“Oooh… Di sini tertulis ‘Mawar merah melambangkan hati pengabdian kepada sang kekasih. Mawar putih melambangkan hati yang ingin dihargai oleh kekasihnya. Kau, meskipun seorang narsisis, adalah tipe orang yang setia pada kekasihmu. Aku tidak akan pernah memikirkan itu.”
“Ap, apa yang kamu bicarakan?”
Aku terkejut biasa saja, tapi bagi Yuzu, itu sepertinya sesuatu yang memalukan; wajahnya memerah dengan cepat. Melihat bagaimana itu berubah seperti itu, keinginanku untuk menggodanya muncul.
“Hei, hei, kamu tidak perlu menyembunyikannya, kamu tahu. Oh, begitu, itu salahku untuk tidak menyadarinya. Tidak pernah terpikir olehku kalau kamu ingin mengabdikan diri sebanyak itu untukku. ”
“Tidak, sama sekali tidak seperti itu! Aku hanya memikirkan aku di dalam pikiranku! Itu karena aku sangat mencintai diriku sendiri!”
“Kamu tidak perlu memaksakan diri, gadis 19-mawar merah. Wow serius, bahkan saranmu untuk melakukan tes psikologi pasti hasil dari memeras otakmu untuk membuatku bahagia. Aku harus berterima kasih padamu, Yuzu-chan. Aku benar-benar pria yang bahagia memiliki pacar yang begitu baik. ”
“Bisakah berhenti mematuk sisi tersembunyiku!? Itu tidak boleh diperhatikan! Usahaku yang tersembunyi!” Telapak tangan Yuzu sudah menutupi wajahnya.
Baiklah, aku sangat senang bisa mendorongnya sejauh ini.
“Haha, dengan ini, kita sudah memiliki beberapa momen menarik bersama yang bisa kita ceritakan kepada orang lain. Untuk hari ini, aku rasa ini sudah cukup. ” Aku berkata padanya dan menutup tes psikologi, lalu tanganku meraih konsol game yang sedang aku siapkan.
Namun, ujung bajuku tiba-tiba ditarik. Saat aku melihat ke belakangku, Yuzu masih terengah-engah di sana.
“Hei, ada satu mawar putih di sana, kau tahu.” Dia dengan santai bergumam dengan tujuan yang tidak diketahui.
“Hm, maksudmu?”
“………………..” Yuzu terdiam bahkan ketika aku bertanya.
Entah bagaimana ini berarti aku harus memikirkannya sendiri.
‘Mawar putih–hati yang ingin dihargai oleh kekasihnya.’
Ah! Begitu. Aku menghela nafas, aku berhenti menyiapkan konsol dan berbalik menghadap Yuzu lagi.
“Terima kasih atas hal yang kamu buat untuk membuat kita berdua bersenang-senang. Untuk berterima kasih, aku akan mendengarkan apapun yang Yuzu inginkan hari ini.”
“Sungguh?” Ekspresi Yuzu langsung cerah. Sungguh anak yang mudah dimengerti.
“Sungguh, sungguh.”
“Waktu yang tepat, aku memiliki kafe yang ingin aku kunjungi. Kupikir itu bukan tipe yang Yamato-kun inginkan, jadi aku tidak meminta padamu.”
“Tidak masalah, aku akan menemanimu hari ini.”
“Ya! Ayo pergi sekarang!”
Dengan itu, Yuzu meraih tanganku dan menarikku keluar dari ruang klub sastra.