DOWNLOAD NOVEL PDF BAHASA INDONESIA HANYA DI Novel Batch

Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha (LN) Volume 6 Chapter 02 Bahasa Indonesia

Kedatangan Badut

… Apa yang harus aku lakukan?

Pikiran itu terus memenuhi pikiranku. Bukannya aku sangat terganggu oleh sesuatu. Aku tidak bisa melupakan situasi canggung di antara Wataru dan aku. Dan, itu membuatku merasa cemas.

“Kami tidak seperti itu lagi.”

Sejak itu…sejak itu, ada yang tidak beres. Setiap kali aku bersantai, kata-katanya bermain di belakang kepalaku. Aku merasa telah memahami makna di balik kata-kata itu.

Jadi, mengapa aku tidak bisa melupakannya?

Aku yakin Wataru pasti merasa canggung. Tapi meski begitu, akulah yang terus-menerus bingung, bahkan secara terbuka menunjukkannya. Wajahnya saat itu dan setiap wajahnya yang lain ketika dia mencoba melawan kecanggungan situasi, semuanya sama…dan setiap kali aku melihatnya menatapku seperti itu, aku merasakan bagian dalam dadaku membeku dan kepalaku menjadi kosong.

Aku hanya harus berakhir di belakang Wataru setelah kami berpindah tempat duduk. Setelah kejadian itu, aku merasa sulit untuk berbicara dengannya. Dan meskipun begitu, setiap kali dia meninggalkan kelas, setiap kali dia kembali, kami bertemu secara tidak sengaja. Begitu itu terjadi, dia akan menunjukkan senyum minta maaf yang tidak bisa kulihat lagi. Aku tahu ini salah siapa. Aku memaksanya untuk menunjukkan ekspresi seperti itu.

Aku ingin kita bersama, tidak lebih. Namun, aku sendiri menghalangi hal itu.

Bisakah kita kembali seperti dulu lagi? Bisakah aku tidak pernah membual tentang Airi lagi, membuatnya memanggilnya menggemaskan dan mendengar tentang cerita antara dia dan Kakak perempuannya?

Gagasan bahwa kita tidak akan pernah bisa tertawa bersama seperti itu memenuhi kepalaku membuatku cemas dan khawatir yang tak terlukiskan.

Baru tiga hari yang lalu, ketika aku menghentikan Wataru, aku benar-benar lupa untuk menahan diri dan menggunakan alasan harus pergi berbelanja untuk melarikan diri. Untuk beberapa alasan, sesuatu yang jauh di lubuk hatiku memaksaku untuk melakukannya. Aku harus menyembunyikan wajahku yang malu darinya. Merasa menyedihkan adalah semua yang kubisa saat itu. Dan karena aku terus-menerus tenggelam dalam pemikiran tentang itu, kepalaku dipenuhi oleh kegelisahan ini, ‘retak’ mulai muncul.

“…Ah.”

Aku membuat kesalahan lain. Aku menggunakan pita koreksi untuk menutupi area di atas pita koreksi yang digunakan sebelumnya. Aku sudah membuat kesalahan tiga kali, belum lagi pada satu kertas. Dengan semua yang terjadi, aku tidak bisa fokus dengan benar.

Tiga kali seminggu seharusnya menjadi janji bahwa meraka akan membantu setelah pelajaran. Tapi, itu sudah kehilangan arti. Istirahat makan siang seharusnya menjadi waktu bagi siswa untuk bersantai.

Tapi, mengapa aku harus bekerja tanpa henti seperti ini?

Mungkin aku tidak setara dengan Sasaki-kun dan dua Senpai itu. Tapi, entah mengapa aku meras kesal.

“… Um, tentang bagian ini di sini.”

“Ah, ya. Kau harus-”

Anak kelas tiga akan menjawab setiap pertanyaanku dengan ramah dan detail. Namun, suara mereka terdengar penuh dengan rasa sakit dan penyesalan.

Apa yang sedang terjadi…?

Mereka semua orang baik. Aku tidak melihat mereka sebagai individu yang hanya akan memaksakan pekerjaan kepada adik kelas mereka. Namun, semua orang yang merupakan bagian dari komite dapat melihat bahwa hal-hal tidak masuk akal. Kita semua mulai menyadari bahwa sesuatu di luar kendali kita pasti telah menjadi sangat salah. Namun, posisi kami sebagai kelas satu membuat kami terlalu lemah untuk mengetahui apa sebenarnya ini, memaksa kami untuk hanya melakukan pekerjaan yang diberikan kepada kami.

Akhirnya, sudah mencapai batasnya.

Para Kakak kelas mulai menunjukkan ketidakpuasan mereka dan mengalihkan pekerjaan mereka kepada anak kelas satu. Dengan alasan ada hal yang harus mereka lakukan.

‘~~~♪’

“!”

Di tengah-tengah kesibukan, aku mendengar nada dering keras dari sisi lain. Ternyata, itu datang dari arah Inoue-senpai. Dan juga, tampaknya dia sudah lama menunggu pesan itu, saat dia menggerakkan kukunya yang panjang di sepanjang layar, mengoperasikan smartphonenya.

“Apa yang dikatakan Nakazono-kun?”

” ‘Ayo’..katanya..”

Seperti yang kupikirkan— Tidak, mungkin ini yang dipikirkan semua orang yang ada di sini tentang mereka.

Manajer klub sepak bola Inoue-senpai dan Ogawa-senpai menyadari bahwa pekerjaan di komeite tidak berjalan lancar. Dan, mereka lebih memilih untuk menyelinap keluar sepanjang waktu. Alasan mereka berdua bisa begitu terang-terangan meninggalkan kami adalah karena klub sepak bola secara keseluruhan menyuarakan ketidakpuasan mereka kepada panitia.

Setelah memberitahu klub tentang situasi di sini, mereka membuat keluhan ke kiri dan ke kanan. Meskipun merekalah yang membuat situasinya berubah menjadi berantkan, tetapi mereka tidak menunjukkan penyesalan apa pun.

Sebaliknya, sepertinya mereka bahkan tidak merasakan apa-apa tentang seluruh komite ini lagi. Mereka membuat kami merasa bahwa kamilah yang mengganggu mereka. Ditarik oleh keduanya, kelas dua lainnya memancarkan kekesalan mereka. Ketegangan di ruangan itu menjadi begitu jelas sehingga membuat kami ‘tahun pertama’ merasa tegang. Kami tidak bisa melakukan apa-apa selain melanjutkan pekerjaan kami dalam diam.

“Ayo, kau juga, Taka.”

“Y-Ya.”

Inoue-senpai adalah pacar kapten klub sepak bola. Aku tidak tahu seberapa besar pengaruhnya terhadap klub secara keseluruhan. Tapi, aku cukup yakin bahwa Sasaki-kun tidak punya alasan untuk melawannya. Sementara aku melanjutkan pekerjaanku, aku menghela nafas pelan. Meski begitu, ada alasan kenapa aku tidak menganggap Senpai ini buruk. Pada awalnya, mereka memperlakukanku dan kelas satu lainnya dengan baik. Mereka tidak datang ke sini dengan maksud untuk bermalas-malasan. Itu sebabnya mereka masih datang ke sini, terlepas dari segalanya. Aku bisa melihat itikad baik. Jadi selama mereka bekerja sama dengan kita semua, aku yakin kita masih bisa—

“Oh ya, apa kau mau ikut dengan kami, Natsukawa-san.”

“Hah…!?”

Undangan yang tiba-tiba itu membuatku terkejut. Aku tidak berharap mereka bertanya kepadaku. Itu sebabnya, aku mengeluarkan respons yang berlebihan. Tatapan yang tak terhitung jumlahnya segera terfokus padaku.

“Ah, dia cukup imut. Aku yakin anak laki-laki akan senang.”

“Nah, kan? Dan juga, kau pernah bilang bahwa kau bukan bagian dari klub manapun, kan? Nah, bagaimana kalau ikut dengan kami…”

“Hentikan itu~ Dia akan mencuri semua anak laki-laki dari kita.”

“Hmm, aku sih tidak masalah. Toh aku sudah punya Taito~”

“U-Um…”

Inoue-senpai dan Ogawa-senpai sibuk dengan minta mereka sendiri, sedangkan aku.. Aku tidak tahu bagaiamana aku harus bereaksi. Mendengar anak laki-laki random yang tidak kukenal akan menatapku dari dekat seperti itu hanya membuatku merasa takut. Aku melihat ke arah Sasaki-kun, yang memberiku tatapan penuh harap.

“Yah … bagaimana?”

Jangan tanya aku seperti itu…Apa kau bahkan memahami beratnya situasi? Aku lebih suka kau tidak menyelinap keluar dari pekerjaanmu, kau tahu?

Aku mengerti bahwa kau kesal dan tidak senang dengan jumlah pekerjaan yang tidak ada habisnya ini, tetapi mengabaikan semuanya dan mendorongnya ke orang lain sepertinya bukan pilihan yang tepat. Kalai aku melakukan itu, aku tidak akan bisa dengan bangga menyebut diriku Kakak perempuan Airi.

“U-Um …maaf, aku tidak bisa.”

“Hm? Kenapa?”

“Maafkan aku …”

Aku kehilangan kata-kata. Namun, kaalu aku tidak menolaknya dengan benar di sini, aku tidak akan bisa melihat adik perempuanku lagi. Aku takut menjadi seseorang yang tidak pantas menyebut dirinya Kakak perempuan Airi. Didorong oleh sensasi ini, aku tidak punya waktu untuk benar mencari kata-kata yang tepat.

“—Lagipula, seorang adik kelas tidak boleh meninggalkan pekerjaan mereka.”

Aku yakin aku pasti terdengar sangat dingin. Setidaknya, ini bukanlah hal yang seharusnya aku katakan pada dua Senpai di depanku dan Sasaki-kun. Terlebih lagi, mengingat mereka melakukan hal itu setiap hari, sepertinya aku mengeluh. Tapi tentu saja, aku baru menyadarinya ketika sudah terlambat.

“..…”

“U-Um, Natsuka—”

“Hah. Kau membuatnya terdengar seperti kami memaksakan pekerjaan kami kepada kalian kelas satu dan melarikan diri begitu saja. Nah, kau tidak sepenuhnya salah. Maaf sudah mengundangmu.”

“Ya, kau berbeda dari kami . Bukan bagian dari klub mana pun, kau menyelesaikan studimu dan benar-benar hebat. Sangat membosankan, sungguh. Aku merasa seperti orang bodoh karena berusaha bersikap baik.”

Bahkan jika aku mengoreksi pernyataanku, aku tidak bisa menghapus kebencian yang kumiliki. Faktanya, tidak ada yang bisa dibatalkan, karena aku mengatakan hal yang benar. Aku mengemukakan argumen yang logis, tetapi tidak bijaksana untuk selalu berdebat dengan alasan. Aku baru saja meniup api kecil niat baik terhadap komite ini pada keduanya dan mengubah tempat ini menjadi sesuatu yang mungkin tidak akan mereka repotkan untuk kembali. Kalau aku lebih berhati-hati ketika memilih kata-kataku, ini tidak akan terjadi.

“Oh, jadi segitunya kau ingin bekerja. Kalau begitu, ambil ini.”

“…Ah.”

Di saat aku merasa bersalah atas kata-kataku. Ogawa-senpai mengumpulkan dokumen dan file dari mejanya, juga dari meja Inoue-senpai dan Sasaki-kun, semuanya meletakkannya di depanku.

“—Dasar bodoh, kalian semua.”

Inoue-senpai melemparkan kata-kata terakhir itu pada kami, sekali lagi membuatku sadar bahwa aku benar-benar membuatnya membenciku sekarang.

“…. Namamu Natsukawa-san, kan? Aku minta maaf atas tindakan mereka berdua.”

“Ah, tidak apa-apa…”

Seorang Senpai lain yang seumuran dengan Inoue-senpai meminta maaf dan mengambil semua dokumen yang kuberikan sebelumnya. Ekspresinya tampak kalah, seperti sedang merenungkan situasi. Kupikir dia merasakan hal yang sama dengan Inoue-senpai…

“Yah, kau tahu lah…”

Dia pasti sudah menebak apa yang kupikirkan, saat dia menggumamkan kata-kata ini dengan suara lemah lembut, menghindari wajahnya. Kurasa dia bahkan tidak terlalu peduli jika aku mendengar kata-kata ini dan kembali ke tempat duduknya. dia Takeuchi-senpai. Kami tidak pernah banyak berinteraksi. Tapi, aku ingat namanya dari papan nama di dadanya. Situasi tegang yang kualami ini mengingatkanku pada keluargaku. Aku merasa nostalgia untuk semua alasan yang salah ketika aku mendengar pintu di belakangku terbuka.

“…Eh? Sasaki…kun…?”

“Y-Ya …”

Sasaki-kun muncul dari pintu yang terbuka, menunjukkan ekspresi yang sangat canggung. Aku pikir dia pergi ke klubnya dengan dua lainnya. Tapi sekarang dia meletakkan barang-barangnya di kursinya, melihat semua dokumen yang ditumpuk menjadi menara di depanku dan meminta maaf kepada Takeuchi-senpai.

“Err…bagaimana dengan klubmu?”

“…Aku berhenti.”

“Hah…?! Kau berhenti?!”

“B-Bukan itu maksudku! aku hanya…”

“Ah… baiklah.”

Dia berhenti. Tentu saja, dia tidak keluar dari klub secara keseluruhan, tetapi dia berhenti bekerja dengan dua lainnya. Dia menjelaskan itu dengan tatapan bersalah di matanya. Aku merasa kecewa karena dua lainnya tidak ikut dengannya, tetapi aku juga merasa lega mengetahui bahwa dia tidak berubah.

“Hei, Natsukawa.”

“Ya…?”

“Bagaimana… perasaanmu tentang Sajou?”

“Hah…?!”

Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba. Karena kami masih tertinggal dengan semua pekerjaan kami, kupikir kami berdua hanya fokus menyelesaikan pekerjaan. Namun, dia melemparkan bom itu padaku entah dari mana. Aku sekali lagi menjerit keras. Jadi, aku dengan menyesal menundukkan kepalaku ke arah semua tatapan tajam yang diarahkan padaku.

…. T-Tunggu…kenapa dia menanyakan itu padaku?

“Um… Apa maksudmu?”

“…Maaf, bukan apa-apa. Lupakan saja.”

“Uh-huh…”

Setelah itu, dia mengalihkan pandangannya dariku dan fokus ke dalam tumpukan dokumen.

Aku tidak mengerti arti perkataannya barusan. Tapi, anehnya dia tampak sedih tentang sesuatu. Kurasa aku harus membiarkannya hari ini dan tidak berbicara dengannya.

“… Sajou ada di sini beberapa menit yang lalu.”

“Eh…?!”

Komentar itu membuatku semakin bingung, membuatku mendapat tatapan tidak senang dari semua orang di sekitar kami. Aku hanya menundukkan kepalaku, tidak berani melihat sekelilingku. Aku ingin memberi Sasaki-kun pandangan menghakimi. Tapi, aku juga tidak bisa membiarkan dia mengetahui bahwa ada sesuatu yang aneh terjadi antara aku dan Wataru. Jadi, aku menahan diri untuk tidak melakukannya.

Tapi, tetap saja…Kenapa dia…?

Bahkan ketika aku mencoba menebak emosi apa pun dari ekspresi Sasaki-kun, dia tetap menatap dokumen di depannya, tidak melanjutkan. Seolah-olah dia tidak ingin membicarakannya lebih jauh. Sikap seperti itu adalah satu-satunya hal yang bisa kupikirkan.

“……”

Untuk beberapa alasan, aku dipenuhi dengan gelombang kemarahan yang tidak dapat dijelaskan. Aku hampir tidak merasakan apa-apa ketika Inoue-senpai mendorong pekerjaan itu ke arahku dan kabur begitu saja…namun, ketika Wataru terlibat, aku mendapati diriku diganggu oleh perasaan tidak nyaman yang kuat.

“Apakah Wataru…Apakah orang itu mengatakan sesuatu padamu?”

“Eh…? Yah, dia memang mengatakan sesuatu padaku. Tapi.. eh? Natsukawa…san…?”

“……”

Sasaki-kun pasti merasa ada yang tidak beres, saat kepalanya terangkat, matanya dipenuhi kebingungan. Kupikir sikap dan ekspresiku setenang sebelumnya, tetapi aku terkejut melihat betapa rendahnya suaraku selama komentar itu. Aku menjadi sadar akan keegoisanku dan memarahi diri sendiri dalam diam.

—Kenapa hanya Sasaki-kun?

Bahkan jika situasi kami menjadi canggung. Dia masih tetap datang ke ruangan ini hanya untuk berbicara dengan Sasaki-kun bukan aku? Kenapa dia tidak datang padaku? Dia bisa saja menunjujkan wajahnya atau setidaknya menyapaku…. Dia bisa saja …. membantuku…

“N-Natsukawa…?”

“Ah…”

Suara khawatir Sasaki-kun menarikku kembali ke dalam kenyataan. Kurasa aku hanya diam tanpa melakukan pekerjaan lagi. Belum lagi sambil menatap Sasaki-kun. Bergantung pada bagaimana kau melihatnya, aku praktis memelototinya. Aku ingin meminta maaf, tetapi akhirnya menyerah dan hanya membuang muka. Aku terpaksa bertanya pada diri sendiri.

Apakah itu benar-benar sesuatu yang seharusnya merusak suasana hatiku seperti ini?

Wataru seharusnya tidak ada hubungannya dengan komite ini… Mungkin dia secara kebetulan melewati ruangan ini dan bertemu dengan Sasaki-kun.

Betapa egoisnya aku mengharapkan dia membantuku?

Tidak ada yang aneh tentang itu. Namun, alih-alih lewat begitu saja tanpa berbicara dengan Sasaki-kun, dia malah berbicara dengannya dan itulah keluhanku.

“Hmph…!”

Aku mendengus untuk menjaga kemarahan dan frustrasi di dalam diriku terkendali. Rasa kecewa mengetahui dia datang ke sini tanpa menyapaku membuatku kesal.

Padahal kita sudah saling kenal sejak SMP. Kita sudah saling kenal lebih lama daripada Sasaki-kun. Lebih lama darinya… Kenapa Sasaki-kun!?

Pipiku mulai terasa panas. Aku meletakkan kedua telapak tanganku di pipiku untuk menenangkan diri. Satu-satunya cara untuk mendapatkan kembali ketenangan dalam situasi ini adalah memfokuskan segala sesuatu pada pekerjaanku.

* * *

“Seperti yang telah kami umumkan Jumat lalu, pekerjaan hari ini akan ditunda dan kami akan mengadakan pertemuan sebagai gantinya.”

Itu adalah hari Senin yang lain, tepat pada saat kelas kami sendiri mulai mempersiapkan Festival Budaya. Udara di dalam ruangan panitia pelaksana festival budaya terasa sangat berbeda dari biasanya. Hasegawa-senpai, Ketua komite, berdiri di depan. Aku tahu bahwa segala sesuatunya berjalan ke selatan dan aku berharap kami pada akhirnya membicarakan hal-hal itu, tetapi melihat pemandangan yang berbeda di dalam ruangan ini membuatku menyadari bahwa ini bukan jenis pertemuan yang buruk.

Melihat ke kiriku, aku melihat Inoue-senpai dan Ogawa-senpai. Kupikir mereka tidak akan muncul lagi setelah kejadian tempo hari. Tapi, kurasa aku salah dalam hal itu. Aku tahu mereka adalah orang baik jauh di lubuk hatiku…Tapi tentu saja, kenaifanku hanya berlangsung sesaat.

“Selain itu, ketua OSIS akan memberikan masukan tentang masa depan prinsip kerja komite pelaksana Festival Budaya.” Hasegawa-senpai menambahkan berkomentar.

“Namaku, Ishiguro kelas dua. Aku asisten sementara cabang eksekutif OSIS… Mohon bantuannya.”

Dua siswa laki-laki berdiri di sebelah Hasegawa-senpai. Dilihat dari warna dasi mereka, salah satunya adalah kelas dua dan yang lainnya adalah kelas satu.

Kalau tidak salah dengar, nama Senpai itu, Ishiguro.. hmm, nama yang tidak asing.

Segera setelah perkenalannya, perhatianku tertuju pada anak laki-laki di sebelanya. Wajah yang sangat kukenal.

“Um, namaku Sajou Wataru. Aku datang ke sini karena permintaan Kakakku, tidak.. Wakil ketua OSIS… Mohon bantuannya..”

Anak laki-laki itu, yang wajah dan suaranya sangat familiar bagiku, dengan sopan menundukkan kepalanya. Dia anak laki-laki yang baru saja aku lihat di kelas beberapa saat lalu. Rambut cokelatnya yang terkadang berubah warna ketika terkena sinar matahari. Bertemu dengan kemunculan Wataru yang tiba-tiba, aku dan Sasaki-kun saling memandang satu sama lain dengan ekspresi terkejut.

“Kalian berdua asisten? Apa-apaan dengan nama itu?”

“Kami memiliki situasi kami sendiri. Abaikan saja.”

“Yah, terserahlah. Tapi, aku tidak akan membiarkan kalian bermalas-malasan, ngerti?”

“”Ya..””

Mereka sedang berdiskusi yang hanya membuatku semakin bingung. Tapi, sudah lama aku tidak melihat interaksi yang melibatkan Wataru seperti itu. Aku mendapatkan diriku senang bahwa orang-orang yang dekat denganku ada di sini dalam suasana yang tegang ini. Namun, ada terlalu banyak hal yang ingin aku tanyakan padanya.

“Yah. Seperti yang kalian lihat dari cara kami menyiapkan ruangan, kami akan melanjutkan untuk mendigitalkan semua pekerjaan dengan menggunakan laptop yang ditempatkan di sini. Topik pertemuan hari ini adalah untuk membicarakan detail mengenai perubahan alur kerja, situasi komite eksekutif saat ini dan bagaimana kami berencana untuk memperbaiki masalah yang ada.”

Sambil mendengarkan penjelasan Hasegawa-senpai, aku praktis memelototi anak laki-laki yang tidak berani melakukan kontak mata denganku. Dan pada saat yang sama, satu keluhan memenuhi dadaku.

—Kamu setidaknya bisa memberitahuku …

* * *

“Seperti yang dijelaskan, pendukung luar… yaitu keluarga Hanawa-senpai akan mendukung kita. Kita berada di saat kelas individu akan segera memulai persiapan mereka juga. Jadi, itu akan menjadi satu-satunya metode bagi komite eksekutif untuk menyelesaikan pekerjaan mereka tepat waktu. Saat ini, kami sedang dalam jadwal yang seharusnya membuat kami nyaris tidak berhasil. Untuk memberikan nilai pada Festival Budaya ini, ini akan menjadi skenario optimal kami. Kami bahkan mungkin mencapai bonus tambahan.”

…. Kenapa? Untuk alasan apa?

Pikiran-pikiran ini memenuhi kepalaku. Aku tahu dia memiliki Kakak perempuan yang menjabat sebagai Wakil ketua OSIS. Tapi, tetap saja…

Apakah kamu biasanya akan melakukan sejauh ini?

Namun, keraguan tunggal ini benar-benar terhapus setelah mendengarkan seluruh penjelasannya. Aku terkejut, untuk sedikitnya. Kupikir kami hanya terlambat mempersiapkan segalanya dan itu semua kembali ke panitia. Namun, alasan kekacauan ini sebenarnya adalah banyak alasan yang digabungkan. Terutama bagian tentang gesekan antara mantan OSIS dan saat ini mengejutkanku.

‘Saat ini, masalah terbesar adalah penilaian salah Ketua Hasegawa, yaitu tidak memberi tahu anggota OSIS. Baik itu masalah di masa lalu atau alur kerja yang Oneda-sensei paksakan padamu, anggota OSIS memutuskan bahwa itu terlalu berat untuk ditangani oleh satu ketua komite.’

Ishiguro-senpai tidak menahan diri saat menjelaskan situasinya. Karena gaya rambut bisnisnya, fitur wajah yang halus dan tinggi badan yang melebihi rata-rata siswa laki-laki mana pun, dia tampak seperti pekerja perusahaan atau atasan. Aku bisa mengatakan bahwa dia akan menjadi Senpai yang dapat diandalkan, tetapi orang seperti apa dia.

…. Aku tidak tahu Wataru memiliki koneksi dengannya. Mungkin itu terkait dengan kakak perempuannya …

“……”

Bertentangan dengan Ishiguro-senpai, Wataru hanya berdiri diam, tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia tidak mengomentari apa pun yang dikatakan Senpainya, yang membuatku bertanya-tanya mengapa dia ada di sana sejak awal. Apa yang bisa dilakukan oleh seorang anak kelas satu…aku tanpa sadar membandingkannya dengan diriku sendiri dan menjadi cemas.

* * *

“—Jadi, file yang kalian butuhkan akan ada di dalam folder ini. Kalian akan menyalinnya di folder yang sama dan mengubah namanya seperti yang ditunjukkan pada contoh. Yang tersisa hanyalah melihat dokumen yang diberikan kepada kalian dan mengisi informasi yang diperlukan.”

“Ehm…Maaf, satu pertanyaan lagi…”

“Oh ya, itu—”

“………”

Wataru mengumpulkan semua kelas satu di sekelilingnya, dengan rajin menjelaskan berbagai hal. Tugas utamanya berada di sini pasti berbeda dari Kakak kelas lainnya, karena relatif sederhana. Tapi meski begitu, hanya dengan melihat alur kerja yang akan kita hadapi mulai sekarang, jumlah take yang kita ambil benar-benar berbeda.

Saat mrlihat Wataru yang percaya diri—atau lebih tepatnya Wataru yang biasanya, aku mendapati diriku menatapnya dengan hampir tidak percaya. Aku tidak tahu sejak kapan aku berdiri di sana dengan mulut setengah terbuka. Tapi, aku segera menutupinya karena malu. Wataru mulai berbicara dengan seorang gadis dari kelas lain. Dia kemudian mengajari siswi lain sesuatu. Dia membawa laptop di bawah lengannya seperti dia sudah terbiasa. Dia tidak mengandalkan mouse, melainkan menggunakan touchpad kecil di bawah keyboard, mengoprasikan laptop. Daripada penjelasannya, gerakan jari-jarinya yang lincah menarik perhatianku terlebih dahulu. Semua ini adalah pemandangan dari Wataru yang belum pernah kulihat sebelumnya.

“Jadi… bagaimana keadaan di sana, Sasaki, Natsukawa?”

“K-Kami baik-baik saja…”

“……”

“Hm?”

Mendengar namaku disebut, aku dengan panik mengalihkan pandangan dari ujung jarinya. Aku mengangkat kepalaku, yang membuatku dan Wataru saling menatap. Aku merasa bersalah atas tindakanku dan segera mengalihkan pandanganku. Ini hanya membuatku semakin malu. Jadi, aku hanya bisa mengangguk mengikuti komentar Sasaki-kun dalam diam. Tapi meski begitu, aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri dan hanya mengatakan satu hal yang membuatku penasaran.

“J-Jadi…Wataru, apa yang kamu lakukan di sini…?”

“Itu mungkin menjadi jelas dalam penjelasan Ishiguro-senpai. Tapi, ‘pendukung luar’ itu dan berinteraksi dengan mereka bukanlah sesuatu yang bisa kita lakukan di tahun pertama. Kami menerima semua dokumen, materi dan data penting. Jadi, yang bisa kami lakukan adalah mengatur informasi dan melanjutkan pekerjaan yang diberikan OSIS kepada kami. Kurasa aku hanya… penghubung antara keduanya?”

“B-Begitu.”

Itu adalah jawaban langsung. Aku merasa malu karena aku bahkan tidak bisa memberikan tanggapan yang tepat. Entah kenapa aku sangat gugup dan gelisah. Jika ada yang canggung di antara kami berdua, aku hanya bisa fokus pada pekerjaanku dan berinteraksi dengannya seperti itu, namun…

“Ngomong-ngomong, kita harus menggunakan waktu terakhir yang tersisa. Ah, aku punya beberapa mouse di dalam kotak itu. Jadi, ambil satu saja.”

“Ah…”

Dengan kata-kata Wataru sebagai isyarat, semua orang duduk di kursi mereka, mulai bekerja dengan laptop. Dibandingkan dengan ekspresi mereka yang biasa, mereka sekarang menunjukkan senyum penuh harapan.

Marathon tanpa akhir yang kami lakukan akhirnya menemukan apa yang harus dilakukan untuk melewati neraka ini. Bahkan aku sendiri merasakannya. Pada saat yang sama ketika aku merasa lega, aku menemukan ketidaksenangan membara di dalam dadaku yang tidak akan hilang bagaimanapun caranya.

Aku tahu, ini egois. Tapi tetap saja, hanya mengatakan ‘Oke, waktunya berpisah lagi’. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi.

“W-Wataru—Eek!”

“……Err, yah…ada apa?”

“A-Ah, Um…”

Tepat saat aku melangkah maju, Wataru berbalik lebih cepat dari yang kuharapkan. Aku mencoba yang terbaik untuk berhenti tepat waktu, tetapi tanganku yang mencoba untuk menggenggam lengannya bertemu dengan udara kosong dan aku jatuh ke atasnya. Aku segera disambut dengan aroma khas dan nostalgia Wataru, tetapi alarm yang menggila di kepalaku mendesakku untuk menjauh sebelum aku benar-benar bisa menerima semuanya.

….. Ahhhh!

Rasa malu membuat batinku menjerit ketakutan dan kesakitan. Aku bisa merasakan kepalaku mendidih. Aku dengan hati-hati melihat ke atas dan meskipun Wataru menjawab, dia menjauhkan wajahnya dari wajahku, menutupi matanya dengan tangannya. Reaksinya terlalu jujur, membuat darahku semakin panas. Aku mencoba untuk tetap tenang dan entah bagaimana berhasil memasukkan kata-kataku ke dalam kalimat yang koheren.

Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha (LN) Volume 6 Chapter 02 Bahasa Indonesia

“Um…kamu baik-baik saja…kan?”

“Eh, ah.. Iya, aku baik-baik saja..”

Meskipun aku mengajukan pertanyaan, aku tidak tahu arti sebenarnya di balik kata-kataku. Atau lebih tepatnya, ada terlalu banyak sehingga aku tidak tahu yang mana yang berbeda. Paling tidak, aku tidak hanya bertanya tentang pekerjaannya di komite ini. Namun, mengabaikan betapa samar dan tidak jelas pertanyaan itu, Wataru memikirkannya sejenak sambil menatap langit-langit dan kemudian menatap mataku.

Wataru menunjukkan tawa samar dan setelah memastikan bahwa dia baik-baik saja, aku berbalik dan menuju ke tempat dudukku. Tentu saja, aku memiliki banyak hal yang ingin kutanyakan kepadanya, tetapi hanya dengan mendengar kata-kata itu sudah cukup untuk membuatku merasa lega.

“Fiuh…”

Kurasa aku seharusnya tidak mengkhawatirkan orang lain. Begitu dia masuk ke ruangan ini, dia adalah Wataru yang sama seperti biasanya. Aku tidak melihat alasan untuk mengkhawatirkannya. Aku baru saja memutuskan bahwa mungkin ada sesuatu yang salah, mengkhawatirkannua tanpa alasan. Aku harus sedikit tenang. Aku mengambil mouse dan menghadap layar laptop di kursiku. Sasaki-kun sudah asyik dengan pekerjaannya.

Aku tidak terlalu terbiasa bekerja di depan komputer, tetapi karena aku sering mencari video online, setidaknya aku baik-baik saja menggunakan keyboard. Aku melakukan apa yang diperintahkan dan mengklik dua kali file di folder untuk membukanya.

“……”

Setiap kali aku mengingat langkah prosedurnya, wajah Wataru muncul di benakku.

…. Yah, dialah yang menjelaskan semuanya kepada kami. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk mendengarkan sebaik mungkin, tetapi untuk beberapa alasan, setiap langkah dalam perjalanan, diputar ulang di kepalaku, disuarakan oleh Wataru. Aku pandai mengingat hal-hal seperti ini, tetapi aku ragu ini adalah satu-satunya alasan.

Aku melihat-lihat file yang diberikan kepadaku.

Ya, aku hanya perlu menambahkan informasi yang hilang dengan mengetiknya, maka aku dapat melihat pekerjaan ini menjadi jauh lebih sederhana dan lebih cepat. Aku bahkan tidak perlu banyak menggunakan pikiranku. Aku hanya perlu fokus ke dokumen yang di depanku.

Sementara fokusku tertuju pada dokumen di depanku, aku baru sadar bahwa aku lupa menanyakan hal yang paling penting pada Wataru.

…. Kenapa dia membantu di sini?

… Yah, emang sih, Wataru di sini karena OSIS. Itu sebabnya, dia menyebut dirinya asisten sementara cabang eksekutif. Jadi, alasan dia berusaha keras untuk membantu kita di sini…karena Kakak perempuannya yang merupakan wakil ketua OSIS?

“…Begitu, ini demi Kakak perempuannya, huh..” gumamku dengan suara pelan.

Setiap kali aku memikirkan Wataru dan Kakak perempuannya, aku merasa cemburu.

Sebagai contoh, saat Kakak perempuannya yang khawatir ketika Wataru pingsan. Dan, sekarang.. Wataru melakukan yang terbaik untuk membantunya. Meskipun Wataru selalu mengatakan hal yang tidak masuk akal tentang Kakak perempuannya. Tapi, aku yakin Wataru sangat perhatian dengan Kakak perempuannya, begitu juga sebaliknya.

Memikirkannya saja sudah membuatku cemburu.


Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha (LN) Bahasa Indonesia

Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha (LN) Bahasa Indonesia

Dreaming Boy Turned Realist, 夢見る男子は現実主義者
Score 7.6
Status: Ongoing Tipe: Author: , Artist: , Dirilis: 2020 Native Language: Japanese
Sajou Wataru tergila -gila dengan teman sekelasnya Natsukawa Aika sampai -sampai dia tinggal di lamunan tentang cinta dan hubungan timbal balik mereka, tanpa henti mendekatinya di setiap kesempatan. Namun, suatu hari, Wataru menangis, dan harus menghadapi kenyataan. "Tidak mungkin aku cocok untuk bunga yang tidak terjangkau seperti dia, benar ...?" Setelah mulai melihat kenyataan sebagaimana adanya, Wataru melanjutkan untuk menjaga jarak tertentu ke Aika, yang membuatnya dalam kekacauan. "Apakah dia ... membenciku sekarang ...?" Yang dihasilkan dari kesalahpahaman ini adalah membangkitkan perasaan bawah sadar yang datang dan pergi!? Maka dimulailah romcom perasaan timbal balik satu sisi, terganggu oleh kesalahpahaman!

Komentar

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset