“Jadi, ini ‘ya rumah Kiyokawa…”
Keringat menetes dari dahiku hanya dengan berjalan-jalan di kota sepulang sekolah.
Panas banget ….!
Hari ini, sepulang sekolah. Aku tidak langsung pulang ke rumah seperti biasa.. melainkan ke tempat lain di sekitar kota. Tujuanku adalah rumah Kiyokawa Ayane, anggota ke-3 dari Idol Star☆Mines.
Aku berhenti di mesin penjual otomatis di jalan. Tapi, butuh waktu sekitar 10 menit untuk tiba di rumah Kiyokawa.
Itu adalah apartemen kayu dua lantai. Apartemen ini memiliki struktur horizontal yang panjang. Dindingnya menghitam dan memiliki penampilan yang sedikit lusuh.
“….. Ini bukan tenpat tinggal dari Ojou-sama itu.”
Seandainya para penggemar Kiyokawa mengetahui tentang hal ini. Itu pasti akan merusak citranya.
Tidak, sebaliknya, aku akan bertaruh bahwa popularitasnya akan meningkat karena kesenjangan.
Sambil memikirkan hal itu, aku berjalan menaiki tangga dan meletakkan kakiku di lantai dua.
Mengingat nomor kamar Kiyokawa, aku mengikutinya secara berurutan dan tiba di kamar terakhir. Aku bisa melihat di depan pintu tertulis nama ‘Kiyokawa’.
…Hm, kurasa ini kamarnya.
Kebetulan, hari ini.. Ibunya sedang pergi untuk urusan bisnis. Jadi, dia satu-satunya di rumah.
… Tidak ada masalah, kan?
Aku dan Kiyokawa berteman. Dan, itu bukan sesuatu yang buruk.
Kurasa Rinka dan Kiyokawa memercayaiku dan mengizinkanku pergi ke rumahnya.
Aku menghela napas dalam-dalam dan menekan interkom pintu.
Aku mendengar jingle dan beberapa detik kemudian, aku mendengar suara Kiyokawa berkata, “Ya”.
“Umm, ini aku, Ayanokouji.”
“Iya, tunggu sebentar.”
Segera, pintu dibuka dengan keras.
Tentu saja, orang di sana adalah Kiyokawa Ayane. Saat ini, dia melepas wignya.. Dengan kata lain, rambut perm bob-nya tidak lagi di sembunyikan.
Dan untuk beberapa alasan, dia mengenakan seragam olahraga.
“Selamat siang, Ayanokouji-senpai.”
“Selamat siang……, kenapa kau memakai seragam olahraga?”
“Ini pakaian santaiku.”
“Ya?”
“Ini pakaian santaiku.”
Kata-kata yang sama diulang-ulang dengan membosankan. Dia menatapku seolah-olah itu adalah hal yang jelas.
“Apakah ada yang salah dengan penampilanku?”
“Tidak, tidak ada yang salah.”
Aku akan memberikan jawaban itu untuk saat ini.
Apakah normal bagi anak perempuan untuk menggunakan pakaian olahraga mereka sebagai pakaian santai?
Aku juga tidak tahu. Lagipula, aku belum pernah mengobrol dengan gadis normal sebelumnya!
“Begitukah? Kalau Senpai punya sesuatu untuk dibicarakan. Katakan saja.”
“Kau sama sekali tidak terlihat seperti Ojou-sama ‘karakter’mu.”
“Ugh.. Senpai, kamu benar-benar mengatakannya dengan sangat jelas ‘ya.. Yah, aku juga sadar diri..”
“Meski begitu.. penampilanmu saat ini juga gak kalah cantiknya kok. Kau seperti gadis cantik yang bisa ditemukan di mana saja.”
“E-Eh, huh? Aku tidak tahu apakah kamu memujiku atau merendahkanku..?”
Kiyokawa memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu. Itu hanya gerakan lucu yang normal.
Kiyokawa, dia sudah berhenti bertingkah seperti Ojou-sama.
Dan sekarang, dia menjadi dirinya sendiri.
“Yah, tidak apa-apa. Silahkan masuk.”
Atas desakan Kiyokawa, aku melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Ini kedua kalinya aku mengunjungi rumah anggota Idol populer Star☆Mines. Pertama, aku pernah berkunjung ke rumah Idol keren dan cantik, Mizuki Rinka.. yang sekarang menjadi pacarku. Dan, sekarang.. aku juga mengunjungi rumah Idol elegan dan cantik, Kiyokawa Ayane.
Jika para penggemar mereka tahu tentang hal ini.. tidak diragukan lagi. Aku pasti akan di salibkan!
* * *
“Ini kamarku. Tolong buat dirimu seperti di rumah sendiri.”
Ukuran ruangan itu sekitar empat atau lima tikar tatami.
Tempat tidur single berwarna merah muda ditempatkan di sepanjang dinding dan sebuah laptop diletakkan di atas meja mini.
… Aku ingin tahu apakah dia bermain game Black Plains dengan laptop itu?
Dan juga, aku melihat alat peraga tari lucu lainnya ditempatkan di laci dan boneka anggota Star☆Mines duduk di dekat bantal tempat tidur.
Bisa dibilang, ini adalah kamar seorang gadis SMA biasa.
Terasa lebih modern dan feminim daripada kamar Rinka yang tenang.
“Jangan menatap sekeliling terlalu intens. Atau aku akan mencubit lenganmu.”
“Maaf. Aku hanya ingin tahu tentang kamar Ojou-sama.”
“Jangan memanggilku seperti itu. Sebutan ‘Ojou-sama’ hanya akting.”
“Kalau begitu, gadis SMA penguntit.”
“Bukan! Aku hanya gadis SMA biasa!”
Dia menyangkalnya dengan tegas di sana.
Dia mencubit lengan kananku.
“Haa, sudah lupakan itu. Lebih penting lagi, Ayanokouji-senpai.. Silahkan duduk dimanapun kamu mau.”
“Baik.”
Dia mengatakan padaku bahwa aku boleh duduk di mana saja. Jadi, aku memilih duduk di dekat meja mini.. yang entah bagaimana membuatku nyaman.
“Umm, ini novel yang aku tulis. Aku ingin Senpai membaca bagian pertamanya. Baca itu kurang lebih dari 10 menit saja”
“Siap.”
Aku menerima setumpuk kertas dari Kiyokawa, yang dia ambil dari laci mejanya. Itu benar-benar tulisan tangan.
“Um, judulnya .. ‘To You at The Bend’.. Dari judulnya, ini cerita dua orang yang bertabrakan di sebuah tikungan, kan?”
“Iya, seperti itu.”
“Ah, benar ‘ya.. Btw, apa gadis di novel ini, dia bawa roti di mulutnya?”
“Iya, emang kenapa?”
“……”
Dengan percakapan ini, aku bisa memprediksi cerita sampai batas tertentu.
Ini mungkin hanya cerita template yang kaku.
Yah, aku suka cerita klise dan non-klise. Jadi, aku tidak masalah dengan novel yang kubuca.
Aku mengambil naskah darinya dan mulai membaca.
Pengenalan cerita cukup akrab. Ini dimulai dengan adegan seorang gadis SMA…… Miyuki (Karakter Utama), yang terlambat ke sekolah, berlari melalui kota dengan sepotong roti di mulutnya.
Segera setelah itu, dia sampai di tikungan.
Saat Miyuki tiba di tikungan, dia bertabrakan dengan seorang siswa SMA tampan yang tiba-tiba muncul dan Miyuki terlempar seperti proyektil dan ditabrak truk hingga tewas――――
….. Eh!!?
“Tunggu sebentar! Karakter utamanya mati!? Dan juga, apa-apaan kekuatan yang gak masuk akal itu? Padahal dia hanya bertabrakan dengan manusia lho. Kenapa dia bisa terlempar begitu jauh!?”
“Ya, dia sudah mati.”
“Tidak, mati itu sedikit.. eh? Hah? Apa kau serius?”
“Iya, dia mati. Tapi, jangan khawatir. Lanjut baca saja, Senpai..”
“Hah? Tidak, protagonis di novel ini sudah mati…”
“Lanjut baca, Ayanokouji-senpai.”
“Uh-huh.”
Dengan wajah lurus, dia mendesakku untuk terus membacanya.
Setelah Miyuki (Karakter Utama) tewas tertabrak truck-kun. Dia entah bagaiamana terbangun di dunia lain dalam tubuh seorang bayi. Dia mendapat dirinya di sebuah kamar mewah, dia tahu bahwa dia telah bereinkarnasi sebagai Putri bangsawan yang jahat――――
“Astaga… Jadi, ini novel yang menceritakan karakter utamanya berikernasi ‘ya. Dan juga, dia berikernasi jadi antagonis. Kupikir ini novel Rom-Com.”
“Siapa bilang itu novel Rom-Com? Aku tidak mengatakan sepatah kata pun tentang itu, kan?”
“Kau benar. Tapi, judulnya terdengar seperti novel Rom-Com, kau tahu?”
“Itu hanya asumsi Ayanokouji-senpai saja. Tolong jangan salahkan aku.”
Dia memberitahuku dengan tegas.
Aku tidak yakin.
Aku merasa seperti ditipu oleh judulnya.
Ini bukan hanya cerita klise yang kaku, tetapi juga cerita monster yang berspesialisasi dalam mengkhianati harapan.
“Ayanokouji-senpai. Maukah kamu membacanya?”
“E-Eh? Ah, tentu saja. Aku akan membacanya.”
…. Yah, mari kita baca bagian pertama seperti yang Kiyokawa katakan padaku.
Tidak baik menganggap sebuah karya buruk hanya dalam beberapa halaman pertama.
Miyuki mengetahui bahwa dia adalah karakter antagonis dan mencoba bergaul dengan orang-orang di sekitarnya untuk mengatasi hal buruk yang pada akhirnya akan terjadi padanya.
Adegan ini berlanjut sampai sekitar akhir bagian pertama dari cerita, ketika Miyuki berjalan menyelusuri kota, dia tidak sengaja berpapasan dengan anak laki-laki di tikungan. Dan, yah.. seperti biasa, adegan klasikan dalam novel atau manga Rom-Com.
Namun, di sini dia terpesona oleh ke tampanan pria tersebut yang membuatnya lengah dan terbarkan mobil lagi.
Nah, itulah akhir dari bagian pertama cerita.
“……”
“Bagaimana, Ayanokouji-senpai? Apa kamu sudah membacanya sampai akhir?”
“Ya, aku sudah selesai membaca bagian pertamanya. Kalau kau meminta pendapatku.. Yah, perasaanku campur aduk. Lagian, apa-apaan di bagaian akhir cerita itu!? Kenapa Karakter Utama di sini juga mati!?
“Tidak, ini bukan cerita seperti itu. Ini kisah percintaan yang klasik kok.”
“Hah? Apanya yang biasa saja? Miyuki-chan, Karakter Utama di sini mati karena gak sengaja terpesona oleh pria random, kau tahu? Ini bukan novel Rom-Com biasa lagi, oke.”
“Itulah elemen pertemuan yang mengejutkan.”
“Elemen pertemuan itu memberikan dampak fisik yang membawanya ke kematian.”
Yah, memang aku pernah bilang.. aku bisa membaca cerita apa saja. Tapi, aku belum pernah membaca karya yang berpusat pada karakter Antagonis.
Mungkin pengembangan semacam ini telah ditetapkan sebagai klise?
Kipikir sulit bagi orang untuk menerima novel sesat seperti itu.
“Ini hanya prolog. Mulai dari sini, itu akan menjadi kisah percintaan yang manis.”
“Aku sama sekali tidak bisa membayangkannya……”
“Apa kamu ingin membaca sisanya?”
“Yah, aku akan membacanya.”
“Aku mengerti. Lalu――――ah.”
Saat itulah Kiyokawa mengeluarkan setumpuk kertas manuskrip dari laci mejanya. Selembar kertas manuskrip yang tersangkut di bawahnya berhamburan ke arahku.
“Hmm?”
Aku dengan santai mengambilnya dan melihatnya.
Judulnya adalah “My Web-Game’s Friend My Boyfriend”.
“Aahh! Senpai! Jangan melihatnya! Kembalikan itu padaku!”
“Eh, kenapa?”
“P-Pokoknya kamu tidak boleh membacanya!”
Merasa tidak sabar, Kiyokawa mengambil setumpuk kertas itu dari tanganku dengan gerakan cepat.
Dia meletakkannya di laci, berhati-hati agar tidak merobeknya.
Cara dia memperhatikan naskah itu, jelas bagi siapapun yang melihatnya bahwa itu adalah novel yang dibuatnya dengan hati-hati, atau lebih baik dari “To You at the Bend” yang telah kubaca.
“Aku lebih tertarik membaca novel itu.”
“Tidak, kamu tidak boleh membaca yang ini.. karena ini, ditulis oleh delusi besar …….”
“Bukankah hampir semua novel itu delusi?”
“Mungkin kamu benar. Tapi tetap saja, yang ini berbeda dari novel yang kutulis tadi…”
“B-Begitukah …”
Aku belum pernah menulis novel sebelumnya. Jadi, aku tidak tahu banyak tentangnya, tetapi sepertinya memang berbeda.
Aku tidak memiliki pengamatan yang baik. Tapi, kurasa itu seperti tank dan penyembuh yang menyadari perasaan satu sama lain.
“Aku ingin membaca delusimu, Kiyokawa-san.”
“Tidak! Ini benar-benar memalukan!”
Dia meninggikan suaranya dan menolakku dengan serius.
Aku bahkan tidak membuat gerakan sedikit pun, tetapi Kiyokawa yang wajahnya memerah berusaha keras untuk menahan laci.
“Jadi, bisakah kau memberitahuku tentang apa itu?”
“Memalukan untuk memberitahumu tentang apa itu.”
“Ayolah, sedikit saja.”
“Tidak. Aku tidak pernah membiarkan siapa pun membaca ini. Jadi, aku tidak akan……. Aku tidak menulisnya dengan asumsi bahwa ada orang yang akan membacanya sejak awal.”
“Yah, kalau kau bersikeras, aku tidak akan memaksamu. Tapin aku sudah melihat judulnya ……, Jadi, aku bisa menebak apa itu. Kau sedang berbicara tentang teman onlinemu, kan?”
“Ugh…….Haruskah aku memukulmu dengan benda tumpul untuk menghapus ingatan itu?”
“Oi, hentikan! Kau terdengar sangat serius.”
Ketika aku melihat Kiyokawa memikirkannya dengan agak serius, aku mulai merasa takut. Aku benar-benar akan terbunuh.
“Umm, bisakah kamu merahasiakan novel ini dari Nana-senpai dan Rinka-senpai?”
“Jangan khawatir. Dan juga, menurutku itu bukan sesuatu yang membuatmu malu. Itu lebih seperti novel Rom-Com daripada ‘To You at The Bend’ yang kubaca tadi.”
“Tidak, kamu tidak bisa. Ini bukan …… novel yang dibaca orang lain …….”
Aku ingin tahu apa yang dia pikirkan. Dengan senyum lemah di wajahnya, Kiyokawa dengan lembut membelai laci tempat dia menyimpan naskahnya.
Kiyokawa sedang memikirkan orang yang tidak akan pernah bisa dia temui dan dia mengungkapkan dunianya dalam bentuk kata-kata.
Aku tidak tahu apakah aku bisa menyebutnya delusi. Tapi, kupikir kekuatan pendorongnya adalah pikiran yang murni dan polos.
“……Kau sangat menyukai itu temanmu, kan, Kiyokawa-san?”
“Itu benar. Apakah itu salah?”
“Tidak ada yang salah dengan itu. Hanya saja, kau tidak tahu …… wajahnya, kan?”
“Benar. Tapi, itu tidak ada hubungannya dengan wajah. Aku tidak suka seseorang karena wajahnya, aku suka wajah orang yang aku suka.”
“……”
Aku hanya bisa terdiam.
Itu terlalu murni dan polos.
‘Aku tidak suka seseorang karena wajahnya, aku suka wajah orang yang aku suka’.
Itu pepatah bijak yang datang dari Kiyokawa.
“Ada apa……? Apakah ada sesuatu di wajahku?”
“Tidak, aku hanya ingin tahu ‘player’ seperti apa yang bisa mendapatkan perhatian sebanyak itu darimu, Kiyokawa-san. Bisakah kau memberitahuku nama temanmu itu?”
“Nggak.”
“K-kenapa?”
“Kalau aku memberitahumu, kamu pasti akan mencarinya.”
“Yah, mungkin.”
“Tuh, kan! Itu sebabnya, aku tidak akan pernah memberitahumu. Oh, ya.. Nana-senpai dan Rinka-senpai juga bertanya padaku beberapa kali. Tapi, aku juga belum pernah memberitahu mereka.”
Eh? Kau bahkan tidak memberitahu Kurumizaka-san dan Rinka soal itu? Kalau begitu, dia tidak mungkin memberitahuku juga.
…. Yah, mari kita menyerah saja.
“Yaudah.. Sebagai gantainya, beritahu aku nama yang kau gunakan dalaam game, Kiyokawa-san.”
“Nggak mau.”
“Kenapa!? Nggak apa-apa, kan!? Lagian, kita berempat mau mabar nanti!”
“Tetap saja, aku tidak akan memberitahumu. Ini balasanmu karena sudah menggertakku.”
Kiyokawa berpaling dariku dengan cemberut.
Gerakkannya berbeda dari karakternya ‘Ojou-sama’. Itu gerakkan yang sangat lucu.
“Apa aku melakukan sesuatu yang buruk padamu?”
“Eee, berkali-kali. Kamu menyebutku penyendiri atau penguntit.”
“Ugh…! Kalau dipiki-pikir, benar juga.”
Yah, terserahlah.. Lagipula, cepat atau lambat aku akan mengetahuinya.
Aku menantikan hari ketika kami berempat bermain game online bersama.
“Sebaliknya, aku ingin menanyakan sesuatu padamu, Ayanokouji-senpai.”
“Ya, apa?”
“Siapa namamu?”
“Ayanokouji Kazuto.”
“Bukan itu! Makaudku, nama yang kamu gunakan di dalam game!”
“Aku tidak akan memberitahumu.”
“…… Apa kamu mencoba untuk membalasku secara kebetulan?”
“Ya.”
“Kamu seperti anak kecil saja..”
“Berisik.”
Entah siapa yang lebih menyebalkan.
Tapi, suasana ini juga tidak buruk.
Aku merasa seperti kita dapat berbicara satu sama lain tanpa mengkhawatirkan sesuatu.
Meskipun lawan bicaraku adalah gadis SMA. Tapi, aku tidak menganggapnya sebagai lawan jenis dengan cara yang aneh.
Tampaknya Kiyokawa juga melakukan hal yang sama dan meskipun dia mengekspresikan emosinya dengan jujur, dia tidak menjadi pemarah dalam arti kata yang sebenarnya. Kurasa hal seperti ini yang sering dilakukan oleh teman.
… Yah, aku juga tidak tahu sih.
*kicau* *kicau*!
Seekor burung kecil yang lucu berkicau dari smartphone Kiyokawa di atas meja. Dari kualitas suaranya, terdengar seperti nada dering. Kiyokawa mengangkat smartphonenya dan mematikan nada deringnya.
“Maaf, Ayanokouji-senpai. Aku harus pergi latihan.”
“Begitu, baiklah. Kalau begitu, aku pergi dulu. Terima kasih buat novelnya.”
“Um, kalau kamu tidak keberatan. Maukah kamu membawanya pulang?”
“Eh, serius? Kalau begitu, aku ingin membaca novel ‘My Web-Game’s Friend My Boyfriend’…”
“Bukan novel itu. Tapi, ini ‘To You at the Bend’..”
“Nggak boleh ‘ya.. Sangat disayangkan.”
“…… Oh, kamu sangat ingin membacanya? ‘My Web-Game’s Friend My Boyfriend’….?”
Dia memegang manuskrip di tangannya dan bertanya dengan suara pelan.
Tentu saja.. dan aku mengangguk padanya.
Aku benar-benar ingin tahu. Terlepas dari itu, aku ingin membaca novel yang telah Kiyokawa masukkan ke dalam hati dan jiwanya.
“Asal tahu saja, nama-nama karakternya asli. Kamu tidak akan bisa mengenali nama temanku saat membacanya.”
“Ah, aku hanya bercand soal itu.”
…. Tidak, sejujurnya.. aku ingin mencari tahu orang yang di sukainya.
Ketika Kiyokawa melihatku, dia mengeluarkan manuskrip ‘My Web-Game’s Friend My Boyfriend’ dari lacinya dan berkata, “Ya ampun, mau bagaimana lagi…”.
“T-Tapi.. jangan menertawakannya, oke?”
“Tenang saja. Aku tidak akan menertawakannya. Sebaliknya, dengan senang hati aku akan membacanya.”
“K-Kalau begitu, nih ambil.”
Meskipun dia terlihat sedikit tidak puas. Tapi, dia memberiku setumpuk manuskrip seolah-olah dia sedang mendorongku. Aku mengambilnya dan melihat lembar terakhir untuk memeriksa jumlah halaman. Dan tertulis 508 halaman di pojok. Mungkin lebih lama dari yang kukira.
“Ayanokuoji-senpai. Akan kukatakan sekali lagi. Tolong jangan beritahu siapapun tentang ini termasuk juga Nana-senpai dan Rinka-senpai..”
“Siap! Kau tidak perlu khawatir. Menurut perhitunganku, kemungkinan aku merahasiakan novel ini adalah 2000%!”
“Itu terdengar seperti kamu ingin memberitahu orang lain! Seperti yang kuduga, tolong kembalikan!”
“Aku bercanda. Aku sama sekali tidak akan pernah menunjukkannya kepada siapa pun.”
“……Kalau kamu menunjukkannya kepada orang lain. Terlebih lagi, Nana-senpai dan Rinka-senpai, aku akan sangat marah, kau tahu.”
Kiyokawa, yang tampaknya berusaha membuat wajah kuat, mengubah wajahnya menjadi cemberut dan memelototiku sebaik mungkin.
Tapi, bagiku.. pemandangan seperti ini terlihat sangat lucu..
“Haa~……, sudah cukup. Senpai, terima kasih banyak untuk hari ini.”
“Aku juga. Itu menyenangkan.”
“Benarkah?”
“Ya.”
Aku mengangguk dan Kiyokawa, yang memainkan jarinya entah bagaimana, melihat ke arahku dengan cemas.
“Um, Senpai…. Itu, lain kali.. Maukah kamu datang ke rumahku?”
“Tentu.”
“Terima kasih banyak. Kamu tidak perlu memikirkan teman-temanmu, Ayanokouji-senpai. Jadi, akan lebih mudah bagi kita untuk nongkrong.”
“……Apa kau lupa bahwa aku Senpaimu?”
“Fufu, tentu saja tidak. Aku bisa santai seperti ini karena aku tahu kamu Senpaiku.”
Kiyokawa tersenyum nakal, berbeda dengan citranya yang elegan dan cantik.
… Sungguh Kouhai yang nakal
Tapi, itu tidak berarti aku merasa tidak nyaman dengan tingkahnya.