Tiga tahun telah berlalu. Kini Cain telah berusia 13 tahun, dan tingginya kini telah lebih dari 160cm dan tampak sedikit lebih dewasa.
Pembangunan kota Drintle pun tak kenal kata berhenti, dan kini populasinya sudah melebihi 20 ribu orang. Brekat memperluas wilayah kota dan menata ulang tata letak kota, kini telah dibentuk blok-blok pemukiman baru, dan juga ada banyak toko-toko Blacksmith, serta toko peralatan sihir yang dibangun di llahany yang telah disediakan. Terkait pajak penduduk, berkat adanya sensus dan bisnis yang dilakukan oleh Cain, pajak yang diberlakukan lebih kecil dibandingkan kota-kota lain.
Dan juga, saat ini mereka lebih berfokus dalam pendidikan, fasilitas penitipan anak-anak yatim-piatu, serta pendirian sekolah untuk mereka.
“Cain.. bisakah kamu baca laporan ini? “
Di dalam ruang kerjanya, Cain sedang bersama Alex yang berdiri di depan meja, dan Darmeshia bersiaga di dekat pintu. Ketika ia sedang menjadi walikota, tak hanya ukuan kota saja yang berubah, tapi juga tumpukan dokumen ini semakin banyak.
“Kan ini bisa aku serahkan pada kak Alex…”
Cain tetap membaca dokumen itu meskipun enggan. Selain dokumen persetujuan, di antara dokumen-dokumen itu juga banyak surat petisi dari para bangsawan.
“Sepertinya ada keluhan lagi dari para bangsawan lain ya…”
“Ada lagi ya…”
Sambil menghela nafas, mereka berdua membaca surat-surat dari para bangsawan itu.
Jika populasi disini bertambah sekian banyak, maka itu berarti ada juga kota yang populasinya menurun. Pajak yang dibayarkan oleh kota kepada kerajaan itu tergantung ukuran kotanya, jika tidak ada hal darurat, jumlah yang harus dibayarkan tidak lah berkurang. Bagi kota yang populaisnya menurun drastis, ini adalah masalah hidup dan mati. Dan karena itu banyak kiriman surat aduan dari para bangsawan penguasa kota itu kepada Drintle.
“Karena aku sudah selesai memeriksa dokumennya, aku kembali ke ibukota ya… Besok aku juga ada panggilan ke Istana dari Yang mulia..”
“Lagi-lagi dipanggil ya… Sepertinya Cain repot juga ya…”
Alex hanya bisa prihatin melihat Cain yang selalu dipangil ke Istana jika terjadi sesuatu dan melanjutkan membaca dokumen.
“Kalau begitu aku pulang ya… Nanti aku kemari lagi..”
Cain pun menghilang menggunakan sihir [Transfer].
“Cain-sama seibuk seperti biasanya ya… Saya akan membuatkan teh lagi…”
“Terima kasih, Darmeshia… aku mau…”
Alex menjawab sambil tersenym dan kemudian melanjutkan pekerjaannya seperti biasanya.
Di dalam ruang pertemuan di Istana, sudah ada Sang Raja, Perdana Menteri Magna, Duke Eric, Telestia, Silk, serta Cain.
“Kenapa Tuan Puteri Telestia dan Nona Silk juga ada di sini?? “
Cain bertanya heran melihat peserta pertemuan ini berbeda dari biasanya.
“Sebenarnya… Aku mendapatkan surat dari Kaisar Kekaisaran Vysus… Dan isinya… “
Lalu Raja menjelaskan bahwa untuk mempererat persaudaraan denggan Kekaisaran Vysus, mereka mengirimkan Tuan puteri ke 6 mereka untuk beelajar di kerajaan. Karena saat ini sedang liburan musim panas, mereka mengatakan bahwa tuan puteri mereka akan tiba pada akhir liburan musim panas ini.
Ini bukanlah sebuah pertukaran pelajar, namun mereka mengrim tuan puteri mereka sendirian ke luar negeri dengan hanya ditemani beberapa orang pelayan dan pengawal. Meskiun ada kemungkinan tuan puteri ini dijadikan sebagaii sandera, namun mereka menjelaskan dalam suratnnya bahwa nilai hak waris puteri ke-6 sangat rendah, dan tidak layak sebagai sandera.
“Aku tidak bisa melihat apa yang mereka inginkan… dan aku juga idak mungkin untuk menolaknya begitu saja… karena usianya tidak berbeda jauh dengan Teles, jadi aku berniat untuk memasukannya dikelas kalian.. dan karena itu aku ingin kalian mendengar masalah ini…”
Mendegar penjelasan sang raja, baik Cain, Telestia maupun Silk mengangguk paham.
“Ini agak membuatku khawatir …”
Telestia melirik kearah Cain dengan wajah yang khawatir.
“Apa yang kamu khawatirkan, Teles?”
Tanya sang raja kepada Telestia, dan Telestia pun mengangguk, lalu kemudian menjawab.
“Nanti tunangan Cain-sama bertambah lagi…”
Sang Raja pun melirik kearah Cain seolah-olah dia menyetujui pendapat itu.
“Benar juga… itu agak mengkhawairkan…. Karena aku juga tidak tahu apa yang anti akan dai lakuka…”
“Karena itu Cain-kun.. yah aku harap itu tidak menjadi masalah antar negara…”
“Tuan Cain… aku mohon… jagan membuat semua orang jadi kerepotan…”
Baik Sang raja, Duke Eric, maupun Perdana Menteri Magna mengatakan hal yang senada, namun Cain yang sama sekali tidak menyadari akan hal inni, hanya menganggap mereka bertiga telah mengatakan hal yang tifak masuk akal.
“Meskipun kalian mengatakan hal seperti itu… ini tuan puteri kekaisaran loh… lagipula aku kan tidak ada hubungan apa apa…”
Cain berusaha meyakinkan orang-orang, namun tak ada satupun orang di ruangan itu yang mempercayainya.
“Cain-sama… waktu dengan Saint-sama juga mengatakan itu…”
Telestia menatap Cain dengan ekspresi khawatir, namun Cain yang tidak sanggup menahan tatapan dari semua orang itu akhirnya menempelkan badanya di meja dengan lemas.
“Yah, kita berdoa saja semoga kali ini tidak ada masalah… walaupun mungkin itu mustahi…”
Dan dengan itu pertemuan pun berakhir.
Cain yang sudah tak berdaya ini pun kembali ke manssionnya dengan menggunakan kereta kuda.
Melihat Cain yang nampak sangat kelelahan ini, Sylvia yang menyambutnya di mansion ini merasa khawatir. Namun ketika mendengar penjelasan dari Cain, diapun paham akan keadaannnya.
“Jika itu Cain-sama… Tuan puteri.. Saint-sama… bahkan Puteri kaisar sekaliun mungkin saja….”
Bahkan Collin yang berada di samping Sylvia pun ikut mengangguk.
“Kalian berdua ini sama saja…”
Cain menghela nafas dan badanya sudah kelelahan.
Jawaban resmi dari kerajaan Esfort pun segera dikirimkan kepada utusan Kekaisaran Vysus. Meskipun untuk sementara masih dalam keadaan gencatan senjata, itu hanyalah kepada pihak kerajaan Esort saja. Fakta bahwa mereka terus menyerang negara-negara lain dan melakukan ekspansi wilayah tidak lah berubah.
Setelah mengucapkan rasa terimakasihnya, utusan itu pun kembali ke negerinya.
Dan liburan musim panas pun berakhir.