Tatapan Liltana terpusat kepada prouk-produk gelas yang dipajang. Gelas-gelas berwarna merah, biru yang belum pernah ada di Kekaisaran dipajang didalam etalase kaca di seluruh bagian dinding ruangan.
“Selamat datang…. Loh.. Tuang Puteri Kaisar!!?? “
Palma yang sedang menikmati hari liburnya dengan menjaga toko terkejut ketika menyambut tamu yang ternyata adalah Liltana.
“Eh?? Kamu.. kenal aku??”
“Ya, saya Palma, murid kelas A akademi ibukota, Saya sering melihat anda bersama dengan tuan puteri Telestia, nona Silk, dan Cain-sama…”
“Begitu ya… aku belum pernah melihat gelas-gelas seindah ini… Apakah ini barang normal di kerajaan ini?? “
Liltana yang kagum melihat barang didalam etalase itu bertanya kepada Palma.
“Barang-barang ini belum dipasarkan secara umum.. hanya bisa didapatkan dengan melakukan pesanan, dan akan diserahkan ketika sudah jadi…”
“Begitu ya… sayang sekali… kalau bisa aku ingin langsung membeli dan membawanya pulang…”
Mendenggar jawaban dari Palma, Liltana agak kecewa.
“Tapi mungkin saja… jika itu tuan puteri mungkin bisa mendapatkannya langsung…”
Mendengar hal itu, Liltana langsung mencengkram bahu Palma.
“Benarkah!? Apa benar-benar bisa?! Gelas-gelas ini …”
Dengan bahu yanag dicengkram, Palma berusaha menjelaskan.
“Jika pemesannya adalh tuan puteri mungkin saja… Cain-sama lah yang membuat semua gelas-gelas ini… mungkin saja dia mau membuatkannya langsung…”
“Oh! Bisakah kamu memintanya?? Aku juga.. akan mencoba memintanya juga disekolah nanti… Nigito.. Tolong bayar biayanya…”
“Baik… klaau begitu mari kita buat pemesananan dan pembayarannya.. “
Nigito pun pergi ke kasir dan membayar biaya pemesanan.
“Hei, Palma, apa ada benda unik lainnya?? Jika ada tolong beritahu aku… Reversi sudah menyebar sampai ke kekaisaran loh.. itu juga buatan kerajaan ini kan?? “
Liltana bertanya kepada Palma sambil melihat-lihat barang lain yang dipajang.
“Ya! Reversi juga adalah barang yang dikembangkan oleh Cain-sama.. Produk lain ya… mungkin toilet? “
“Toilet? Memangnya ada yang berbeda?? “
Toilet yang ada di mansion yang ia sewa di Kerajaan ini tidak jauh berbeda dengan apa yang ada di Kekaisaran, karena itu Liltna agak sedikit heran.
“Kalau itu…. kurasaa anda harus mencobanya…”
Melihat Palma yang kesulitan menjelaskan hal itu, Liltana merasa lebih penasaran.
“Kalau begitu, apa aku bisa mencobanya disini?? Bisa antar aku??”
“Ya, Baiklah… sebelah sini…”
Dengan gugup Palma mengantarnya ke toilet, serta menjelaskan cara penggunaannya, setelah memahami ini, Liltana pun masuk kedalam toilet.
“Nigito! Segera bawa pulang benda ini!!! “
Nigito terkejut melihat Liltana yang keluar dari toilet dengan wajah memerah, dan dia pun melirik kearah Palma.
“Kebanyakan orang yang mencobanya selalu bilang seperti itu…”
Palma menjelaskan kepada Nigito dengan nada ketakutan. Dan Liltana pun segera mengimbuhkan.
“Nigito, atur untuk segera mengganti semua toilet di mansion…. Ini harus dilakukan secepatnya!! “
Meskipun merasa heran, Nigito tetap menjawab, “Siap Laksanakan!”.
“Palma-san.. Aku benar-benar dapat barang bagus hari ini… aku senang aku datang dan berbelanja disini… kuharap kita bisa bertemu lagi disekolah…”
“Terima kasih telah berbelanja… mohon bimbingannya di sekolah nanti…”
Liltana tersenyum leihat Palma yang membungkuk hormat. Dengan diantar oleh Palma, Liltana yang telah puas berbelanja kembali ke kereta dan menuju kembali ke mansionnya.
Sesampainya di Mansion, Liltana bersantai disofa. Lal Nigito pun bertanya.
“Apakah memang sebagus itu… toiletnya…?”
Nigito, yang belum merasakannya benar-benar tidak bisa mengerti ambisi Liltana ini.
“Itu adalah ssebuah revolusi besar… jika kamu merasakannya, kembali ke kekaisaran akan membuatmu tersiksa! Ketika pulang ke kekaisaran nanti kita akan membeli barang itu sebanyak-banyaknya!! Seluar biasa itu lah benda itu! “
Mendengarkan argumen itu, Nigito hanya bisa mengangguk saja. Beberapa hari kemudian dilakukan renovasi besar-besaran di mansion itu, dan toilet yang baru telah terpasang.
Seharusnya itu memerlukan waktu pemesanan yang cukup lama, namun Palma berusaha meyakinkan Tamanis, sang pemimpin perusahaan itu bahwa yang memesan adalah puteri kaisar, dan tidak baik membuatnya menunggu terlalu lama.
Menghadapi bujukan Palma yang penuh semangat itu Tamanis terkejut bahwa tuan puteri kekaisaran mau berkunjung ke tokonya, dan iapun akhirnya menyetujuinya.
“Puteri Liltana!! Itu sangat luar biasa!! Saya mengucapkan rasa syukur saya karena anda telah mengganti ssemua toilet disini…. Para pelayan juga merasa sangat senang dengan ini…”
Dengan wajah puas dan kemerahan, Nigito mengucapkan terimakasihnya sambil membungkuk kepada Liltana. Melihat hal ini, seakan merasa bangga, Liltana mengangguk sambil meletakan tangan didadanya.
“Benar kan… Sudah kuduga kamu akan mengerti… “
“Aku benar-benar mengerti bagaimana perasaan tuan puteri :Liltana… Tertlebih, anda bisa mendapatkan gelas-gelas ini dengan cepat, anda sungguh hebat.. “
“…Ah kalau itu……”
Melihat Nigito yang merasa kagum sambil mengeluarkan gelas yang ada di meja satu persatu, Liltana teringat kembali peristiwa kesepakatan di sekolah.
Maaf kemarin tidak Update… akan kita balas ketinggalan ini!!
Kita putar waktunya sedikit, suatu hari di sekolah.
Liltana biasanya tidak pernah mengajak Cain berbicara duluan. Karena Cain selalu bersama dengan kedua tunangan nya, dia agak ragu untuk mengajaknya bicara duluan.
(Setidaknya aku harus meminta hal ini sendiri ya…)
Liltana berusaha berbicara kepada Cain ketika jeda antar pelajaran.
“Cain-sama… aku ada sebuah permintaan…”
Menyaksikan hal yang tidak biasa ini, baik Telestia maupun Silk pun merasa tertarik dengan hal ini.
“Ada apa, Tuan puteri Liltana? “
Cain menjawab dengan ekspresi wajah yang penasaran. Dan Liltana berusaha mengumpulkan keberaniannya dan bertanya.
“Sebenarnya… Cain-sama.. aku ada permintaan… Aku… aku menginginkan produk-produk gelas itu… ketika ke toko, Palma-san bilang itu menggunakan sistem pesanan… dan dia bilang untuk coba mengatakan lansung kepada Cain-sama…”
Cain berpikir ini adalah permintaan yang darurat, namun ternyata bukan, diapun merasa lega. Dia pun mengarahkan senyumannya kepada Liltana.
Melihat Cain tiba-tiba tersenyum, pipi Liltana pun memerah.
“Kalau Cuma itu tidak masalah… AKu bahkan bisa mempersembahkannya sebagai tanda persahabatan dengan kekaisaran…”
Seketika Cain merasakan tatapan menusuk kearahnya, dan ketika ia menoleh, tatapan Telestia dan Silk sudah berpusat kepadanya.
“Itu tidak… aku sudah memesan melalui toko Palma-san…”
“Baik, kalau begitu pulang sekolah nanti aku akan mampir di tempat Palma dan menyerahkan gelas-gelas itu padanya…”
“Secepat itu!!? Terima kasih banyak….”
Tanpa sengaja menggenggam tangsn Cain dengan kedua tangannya, dan mengguncang-guncanng nya dengan penuh rasa gembira.
Cain merasa kegembiraan Liltana ini sedikit berlebihan, namun ia membiarkannya begitu saja.
“—Lil, kurasa harusnya itu sudah cukup…”
Liltana menoleh setelah mendengar kata-kata Telestia, dan wajahnya memerah setelah tersadar bahwa dia sedang mengggenggam tangan Cain.
“Ah maaf…”
Liltana lanagsung melepaskan tangan Cain dan segera meminta maaf dengan wajah yang semakin memerah.
“Kalau begitu nanti sepulang sekolah kita berkunjung ke perusahaan Saraakhan… aku akan menyerahkannya disana…”
Liltana mengangguk, namun Telestia dan Silk hanya tersenyum pahit.
“Gnunu … Hari ini aku ada pelajaran ilmu pulitik dalam negeri…”
“Aku juga… Teres, bersabarlah… Kita tidak bisa meninggalkan kelas hari ini…”
Karena Telestia dan Silk ada kelas tambahan, Cain dapat pulang lebih dulu. Sedangkan Liltana, karena ia memilih kelas kebangsawanan saja, jadi dia tidak ada pelajaran tambahan hari ini.
Telestia dan Silk hanya bisa pasrah dengan hal ini.