“Maaf membuat kalian menunggu…”
Ketika Cain kembali, pertempuran sudah dimulai. Para penyerang itu terbagi dua untuk menghindari retakan ditanah. Para pengawal juga terbagi dua antara tim Claude dan Rina, serta tim Milly dan Nina beserta dua orang petualang lain.
Para penyerang itu tidak bisa mendekat karena Rina dan Nina menembakan sihir mereka dari jarak jauh. Dan jika ada yang berhasil mendekat, maka dia akan menjadi mangsa Claude.
“Lama sekali!!! Bagaimana keadaan disana??”
“Untuk sementaraa aku sudah membuat mereka tidak bisa kabur, jadi aku akan menghadapinya nanti…”
“Jadi disana juga bener musuh ya… “
“Ya… mereka bawahannya Viscount Bard…”
“Serius??”
Claude bertanya sambil mengayunkan pedangnya, lalu Cain pun juga mengeluarkan pedang miliknya.
“Baiklah.. kalau begitu ayo kita bereskan mereka dulu….”
“Ya! Untuk sementara…”
Sama seperti tadi, Cain meletakan tangannya di tanah.
“[Earth Fall]”
Dan sama seperti Viscount Bard dan pasukannya, para penyerang itu pun mulai tenggelam didalam lubang yang tiba-tiba muncul. Dalam waktu sekejap mata, selueuh penyerang itu sudah terjebak didalam lubang.
“………”
Mulut Claude hampir menganga. Ia pun melirik kearah Cain.
“Sepertinya ini cukup….”
Namun tatapan dingin dari Claude dan Milly menusuk Cain. Sedangkan para petualang lain tidak mengerti apa yang sudah terjadi. Para penyerang itu juga terpaku karena bingung mengapa tiba-tiba mereka berada disebuah lubang.
“…Aku bisa mengerti kenapa Peringkat S itu dibilang diluar akal sehat…”
Claude tertawa sambil menggaruk kepalanya dan memandangi para penyerang yang terjebak dibawah.
“Jadi kita apakan orang-orang ini??”
Ada beberapa bola api yang melesat menuju Claude, namun ia segera menangkis dengan pedangnya.
“Karena mereka menyebalkan kita bakar saja semuanya??”
Adalah Nina yang memberikan saran mengerikan itu. Namun Cain menggelengkan kepalanya.
“Kita harus menyerahkannya kepada kerajaan… Kalau dibiarkan, ini bisa jadi perang…”
“Benar juga… itu terlalu berat untu kita tangani…”
“Kita jadikan mereka Abu???”
“Nina!!!”
Milly pun segera menghentikan Nina yang sudah bersiap dengan bola api di atas telapak tangannya. Sementara itu, sensor [Search] milik Cain lagi-lagi mendeteksi ada kelompok yang datang dari arah kerajaan Esfort. Cain pun bergumam sambil memandang kearah kerajaan.
“Jangan-jangan… ada musuh lagi….”
Namun semua orang mendengar perkataan Cain itu.
“Kami akan mengawasi yang disini, Claude, pergilah bersama Cain…”
“Baik, Ayo Cain… “
“Iya”
Mereka pun segera pergi mengikuti saran dari Rina dan berlari menuju tempat Viscount Bard terperangkap. Kelompok itu dipimpin oleh seorang berkuda didepan, dan diikuti oleh sekitar 20 orang dibekangnya. Namun ketika Cain dapat melihat wajah sosok itu, ia pun tersenyum. Dia adalah Tiffana, wanita berambut hijau yang selalu menggunakan armor perak putihnya.
Ketika ia berhenti di depan lubang besar tempat Viscount Bard terperangkap, Tiffana pun melihat kedalam, dan kemudian menghela nafas. Lalu ia mengitari lubang itu untuk menghampiri Cain, dan setelah ia turun dari kuda, iapun melompat kearah Cain dengan sekuat tenaga.
“Cain!!! Aku rindu padamu!!! Tapi… apa ini???”
Ia sempat melirik kearah Viscunt Bard yang tak bisa melakukan apapun dibawah sana, sebelum akhirnya dia bertanya kepada Cain.
“Aku diserang dari dua arah.. jadi sementara aku kurung mereka…”
Claude pun menatap kearah pasukan yang terperangkap, dan kemudian ia menghela nafas.
“Disebelah sana juga kurang lebih sama seperti ini…”
“Begitu ya… Memang pantas jadi tunangan ku!!”
Tiffana mengatakan itu sambil mengelus kepala Cain. Dan Cain pun hanya bisa mengangguk sambil tersenyum pahit.
“Jadi… Kenapa Tiffana bisa ada disini?? “
Seakan baru teringat, Tiffana pun membuka mulutnya.
“Oh Iya!! Aku mendapat informasi tentang rencana jahat Viscount Bard!! Jadi aku langsung bergegas meninggalkan Istana…”
(Jika Komandan Royal Kinght langsung pergi dari ibukota tanpa laporan bisa gawat kan….)
Tiffana pun bercerita ketika ia medengar bahwa akan ada serangan kepada Cain, Ia hanya mengatakan itu kepada Duke Eric dan kemudian ia membagi dua pasukan Royal Knight dan langsung meninggalkan ibukota.
“Jadi mereka ini kita apakan…”
“Tentu saja aku berencana untuk menangkap mereka semua dan membawa mereka ke ibukota kerajaan…”
“Di sebelah sana ada mantan anggota senat Republik Ilstein dan juga anggota Dark guild…”
“kalau begitu… kita tidak bisa membawa mereka ke kerajaan seenaknya ya…”
“Bagaimana jika untuk sementara kita mengurung mereka di benteng perbatasan???”
Ketika mendengar saran dari Cain itu, Tiffana pun mengangguk.
Ini Bonus…
“Yasudah… tapi Viscount Bard harus kita interogasi ditempat terpisah…”
Tiffana melirik tajam kearah Viscount Bard didalam lubang dan tak dapat berbuat apa-apa.
Ketika Cain sedang berbincang, para pasukan yang mengikuti Tiffana pun akhirnya sampai.
“Ketua!! Anda terlalu cepat!! Meskipun Cain-sama sedang diserang— apa ini??”
Para Royal Knight yang baru sampai itu pun terpana melihat sebuah lubang besar berisikan para penyerang yang terperangkap di bawah sana.
“…Ini terlalu berlebihan…”
“Iya kan… ini bahkan tidak bisa disebut pertempuran…”
“aku tidak bisa menang dengan pedang… tapi teryata sihirnya juga diluar batas ya…”
Para ksatria itu saling berbisik diantara mereka.
“Yosh!! Pertama mari kita tangkap mereka semua!!”
Setelah mendengar perintah Tiffana, semuanya mengeluarkan pedang mereka dan bersiap untuk pertempuran. Namun Cain pun berbicara kepada para penyerang yang tidak berdaya didalam lubang itu.
“Semuanya, buang senjata kalian… kami akan menangkap kalian semua…”
Namun, tidak ada satupun yang menuruti perkataan Cain dan membuang senjata mereka. Sebaliknya, mereka malah melontarkan sauara-suara ejekan kepada Cain.
“Cuma terperangkap disini saja bukan berarti kami kalah!!!”
Para prajurit itu pun teriak, namun dalam sekejap mereka kehilangan kata-kata.
Pada saat itu diatas telapak tangan Cain sudah ada bola api berdiameter beberapa meter melayang diudara.
“Begitu ya… Yasudah…”
Cain pun tersenym jahat. Lalu salah satu orang mulai melempar senjata mereka. Dan dikuti oleh semua orang satu-persatu. Semua orang melepaskan senjata mereka dan mengangkat kedua tangan.
“Tu-tunggu!!! Aku sudah buang senjataku!!! Kumohon… jangan…”
Iklan lagi Sepi ya ^_^…
Setelah melihat mereka membuang senjata, Cain pun mengangguk dan membuyarkan bola api itu. Para penyerang itu pun merasa lega.
“kalau begitu, aku akan membuatkan tangga… naiklah satu persatu sesuai aba-aba…”
Cain pun meletakan tangannya disalah satu sisi lubang besar itu, dan kemudian mengalirkan sihirnya. Lalu perlahan lahan sebagian tanah naik dan membentuk tangga untuk satu orang, Semua orang yang melihat kejadian ini pun menghela nafas.
“Kalau begitu mulai dari Viscount Bard…”
Mendenar perkataan dari Tiffana, dia pun mulai naik selangkah demi selangkah melalui tangga dengan wajah kesal.
Sesaat sebelum ia mencapai puncak, ia mengeluarkan belati dari balik pakaiannya.
“Kalau begitu… Tanpa penyesalan!!”
Dengan tekad yang kuat, Viscount Bard mengarahkan belati itu kelehernya sendiri dan kemudian menusuknya. Para Royal Knight pun terkejut dengan aksinya ini, namun Cain segera mendekat dan mencabut belati itu dari lehernya dan kemudian menggunakan sihir penyembuhan kepadanya.
“Aku bisa repot kalau kamu mati semudah ini…”
Viscount Bard yang telah membulatkan tekad untuk melakukan bunuh diri itu meraba-raba lehernya. Dan ia terkejut ketika ia merasakan luka dilehernya telah tertutup. Dan akhirnya dia pun terduduk lemas tak berdaya.