Cain mendarat di tempat yang agak jauh sehingga dia tidak terlihat dari kereta, dan kemudian dia berlari menuju kereta itu. Sebenarnya jika dia serius mungkin dia bisa berlari dengan kecepaatan yang bahkan tidak bisa dilihat mata. Namun dia tidak melakukan itu, dia hanya berlari sedikut lebih cepat dari kereta itu saja.
Para petualang yang mengawal di belakang memberikan aba-aba dan bersiap untuk bertarung ketika melihat ada yang mendekat.
“Tunggu!! Ini aku Cain!”
Cain merentangkan tangannya lebar-lebar dan kemudian mendekat sambil melambaikan tangan.
Para petualang itu pun segera menyadarinya setelah melihat wajah yang tak akan pernah mereka lupakan itu dalam balutan seragam sekolah nya.
Para pengawal itu segera memberikan instruksi untuk menghentikan kereta.
“Fuuuh untung saja kalian mengenaliku….”
Melihat Cain mengatakan itu seolah merasa lega, satu-persatu guru dan murid turun dari kereta yang telah berhenti itu. Para guru merasa lega melihat sosok Cain dan terlihat senyuman diwajah mereka. Begitu pula dengan para siswa.
Namun, Telestia dan Silk langsung berlari kearah Cain, dan langsung memeluknya.
“Cain-sama!! Aku sangat khawatir tahu! Keretanya juga langsung berangkat begitu saja sih…”
“Itu benar! Semua orang mengkhawatirkan mu…”
“Maaf… Tapi semua sudah selesai kok… Karena sekarng para ksatria sudah mengurusnya jadi kurasa tidak ada masalah lagi…”
Memang benar para penyerang itu telah dibawa ke ibukota dan diurus oleh para ksatria, jadi tidak akan ada masalah. Para bangsawan fraksi Cordino yang berada di ibukota juga telah ditangkap oleh para ksatria atas perintah raja. Cain menyapa semua orang, berharap tidak ada hal terjadi selama dia pergi.
“Maaf telah membuat masalah kepada kalian semua… Karena ada masalah dengan Viscount Bard, jadi kita tidak bisa mampir di kota Terenza… Kalau kalian mau, kalian bisa bersantai sebentar di kota Drintle.. tentunya jika para guru mengizinkan…”
Para siswa merasa senang mendengar perkataan Cain. Akibat penyerangan itu, para siswa sudah kelelahan, baik secara fisik maupun secara mental. Sebagian besar dari mereka adalah anak bangsawan dan bagi beberapa dari mereka mungkin kemarin adalah pertama kalinya mereka melihat pertempuran.
Faktannya para guru juga merasa stress dan sedang mencari kota yang aman untuk mereka beristirahat dengan nyaman. Namun tak ada tempat yang bisa dimasuki oleh jumlah sebanyak ini yang bisa digunakan oleh para anak bangsawan ini untuk menginap. Terenza yang seharusnya menjadi tujuan mereka itu ada berada dibawah pemerintahan Viscount Bard, hal ini membuat mereka tidak bisa pergi kesana untuk sementara.
Jadi guru pun dengan senang hati memberikan izin. Para guru segera memberitahu para siswa untuk kembali naik ke kereta. Sedangkan Cain menghapiri Claude dan yang lainnya yang sedang melakukan pengawalan di bagian depan.
“Claude-san… maa membuatmu menunggu… terima kasih atas pengawalannya… untuk sementara semuanya sudah dibereskan…”
“Yaah kalau itu Cain kurasa tidak akan masalah apapun yang akan keluar nanti.. untuk sementara kita akan menuju ke Drintle kan??”
“Claude ini… sudah lupa lagi… Sudah berapa kali aku bilang… Cain ini sekarang adalah Earl… hati-hati dalam bicara!! “
“Tidak apa-apa Rina-san… Lagipula aku juga berterimakasih kalian mau mengambil misi pengawalan ini… “
Setelah mendengar itu Lina menghela nafas panjang, dan mengakhiri ceramahnya kepada Claude.
“Milly-sensei dan Nina-sensei juga terima kasih atas pengawalannya…”
“Jangan begitu.. Justru aku berterima kasih pada mu menyelamatkan kami waktu penyerangan itu… Jika tidak ada Cain pasti…”
Milly mengatakan itu sambil tersenyum pahit, dan Nina hanya diam dan mengangguk.
Kemudian setelah itu Cain juga menyampaikan tujuan perjalanan kali ini kepada para ksatria, dan juga menyampaikan rasa terimakasihnya kepada mereka, lalu setelah itu kembali ke kereta. Pada saat penyerangan itu para Pasukan Royal Knight itu telah kembali diyakinkan dengan kemampuan Cain yang luar biasa. Mereka pun menjawab perkataan Cain dengan tegang dan gugup.
Lalu Cain pun menghela nafas dan membuka pintu kereta. Dan tentunya disana sudah ada Telestia Silk dan Liltana.
“Maaf membuat kalian menunggu…”
Setelah Cain duduk, kereta pun segera bergerak maju. Namun Ekspresi mereka bertiga terlih sangat serius. Dan Telestia mulai membuka mulutnya.
“Cain-sama.. Bisa kamu jelaskan apa saja yang sudah kamu lakukan??”
Medengar pertanyaan Telestia ini. Cain pun merasa bimbang, bagaimana ia harus menjawab, sejauh mana yang ia harus ceritakan.
Dalam kasus ini, mantan senat Marf telah berkonspirasi dengan Marquis Codino dibalik layar untuk melakukan penyerangan. Ditambah Viscount Bard yang merupakan anggota fraksi Cordino ini, mereka semua sudah ditangkap dan sedang dilakukan pemeriksaan di Ibukota.
(Tidak mungkin aku bilang mereka semua sudah ada di ibukota…. kan??)
Ketika Cain menjelaskan, terlihat kerutan di dahi Telestia dan Silk. Serangan kepada keluarga kerajaan hukumannya adalah hukuman mati. Bahkan kali ini juga ada keluarga Duke dan puteri negara lain. Ini bukan sesuatu hal yang sepele.
“Aku harus memberitahu ayah dan membiarkannya memutuskan tindakan yang tepat…”
“…Ya itu benar.”
Cain tidak mengatakan bahwa ia telah memberitahu mereka terlebih dahulu. Dan sambil mengadapi banyak pertanyaan, mereka pun akhirnya tiba di kota Drintle.
Selama mereka berkemah di tengah perjalanan, Cain berpindah ke Drintle dan sudah membertahu Darmeshia tentang ini. Jadi kereta bisa terus berjalan menuju mansion walikota tanpa berhenti di gerbang masuk kota.
Para pelayan sudah berbaris menyambut di depan Mansion. Para guru dan para siswa pun turun dan memandangi Istana Mansion itu.
“Istana ini memang menakjubkan ya…”
“Benar… Tidak ada bedanya dengan Istana kerajaan…”
Cain tersenyum pahit mendengar komentar para siswa ini.
(Kumohon… Jangan bilang ini Istana…)
Tanpa menyadari isi hati Cain ini, para siswa dengan riang gembira dipandu oleh pelayan untuk masuk. Telestia dan kelompoknya dipandu menuju kamar yang sama ketika berangkat. Setelah mereka mandi dan berganti pakaian, mereka bersantai diruang tamu sambil meminum teh yang dibuat oleh Darmeshia.
“Fuuuh, akhirnya bisa tenang ya…”
“Ya benar… kali ini benar-benar mengkhawatirkn ya… “
“Tapi syukurlah kita bisa selamat…”
Telestia, Silk dan Liltana bersantai dan berbincant mengenai kejadian sebelumnya. Sebenarnya mereka juga mengajak Cain, namun ia perlu untuk melakukan pertemuan dengan Alex selaku wakil walikota, jadi dia sementara tidak bisa hadir.
Meskipun masih dalam tour sekolah, sebagai walikota pasti banyak masalah yang harus dia selesaikan, serta dia juga memiliki banyak tugas sebagai bangsawan.
Pada dasarnya sangat jarang ada seorag pelajar menjadi walikota, paling tinggi mereka hanyalah keturunan bangsawan. Namun mereka seharusnya bersyukur bahwa hal ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Setelah selesai melakukan pertemuan Cain segera menuju ke ruang tamu tempat Telestia dan yang lainnnya berada dan mengetuk pintu.
“Maaf membuat kalian menunggu… “
Cain pun duduk di tempat yang kosong, lalu Darmeshia pun meletakan teh di hadapannya.
“Telah diputuskan kita bisa bersantai selam duahari di kota ini…”
Mendengar perkataan Cain, mereka pun tersenyum. Lalu Cain melanjutkan perkataannya.
“Jika kalian mau, Aku bisa mengantar kalian berkeliling kota Drintle be—”
Tiba-tiba pintu terbuka.
“Katanya Cain sudah pulang!? Oooh ada disini ya!!”
Adalah Lizabeth yang membuka pintu dan masuk tiba-tiba