Aku sangat berterima kasih kepada Saito. Dia meminjamkanku buku berkali-kali, ya meskipun itu hanya satu buku, pasti agak merepotkan untuk membawanya setiap hari.
Tetapi dia tetap membawakannya untukku dengan senang hati dan meminjamkannya padaku, dan aku mulai khawatir tentang ketulusannya akhir-akhir ini.
Karena dia telah baik padaku, aku ingin membalas kebaikannya, jadi aku memiliki ide untuk membantunya menemukan seseorang yang bisa dia sebut sebagai “sahabat”-nya.
Meskipun aku punya ide tersebut, aku tidak tahu cara melaksanakan itu dan membantunya.
Ketika aku kepikiran sesuatu yang mungkin bisa membantu, aku mengingat gadis di pekerjaan paruh waktuku.
Dia memiliki gambaran sifat dan sikap yang serupa dengan Saito, jadi kalau aku bertanya padanya, aku mungkin bisa menemukan beberapa petunjuk.
———————————————
[Hiiragi-san, bisa bicara sebentar?]
[Iya, ada apa?]
Ketika aku bertanya padanya setelah sif selesai, Hiiragi-san agak memiringkan kepalanya.
[Hiiragi-san, apa kamu punya seseorang yang bisa kamu sebut sebagai sahabatmu?]
[Iya? Mengapa mendadak bertanya begitu?]
Suaranya terdengar agak khawatir. Setelah aku mulai berbicara, kupikir aku melewatkan begitu banyak percakapan.
Dengan terburu-buru, aku menjelaskan alasan aku bertanya untuk menurunkan kewaspadaannya.
[Oh, tidak, sebenarnya…]
[Aku mengerti, jadi itu maksudmu. Kalau begitu, tolong jelaskan itu terlebih dahulu. Kamu mengagetkanku saja, kamu tahu?]
Dia mengeluarkan sebuah desahan kecil, dan berkata [Huh] dengan sikap tercengang.
[Maaf tentang itu.]
[Iya, tidak apa-apa. Kenyataannya, aku tidak seseorang yang aku percayakan begitu banyak. Aku memiliki hubungan pertemanan, tetapi aku belum pernah dekat dengan seseorang secara khusus.]
Hiiragi-san mencoba untuk menghentikan percakapan ini dengan suara dingin. Dia cemberut seolah-olah mengenang kenangan pahit di suatu tempat.
Responsnya itu mudah ditebak dalam satu cara. Aku hanya mengobrol dengannya di pekerjaan paruh waktu, jadi aku tidak begitu mengenalnya dengan baik, tetapi setelah aku bekerja bersamanya beberapa kali, aku tentu mengenal kepribadiannya sampai batas tertentu.
Dia itu agak antisosial, waspada, dan cenderung pemalu, yang aku temui ketika dia mulai mengajariku di pekerjaan paruh waktuku.
Aku mengira dia tidak punya banyak sahabat. Kalau dia punya satu saja orang yang dekat dengannya, aku ingin bertanya sebagai referensi, tetapi sepertinya tidak punya.
[Oh iya…]
[Mungkin….]
[Mungkin?]
Aku ingin menyerah saja setelah dia bilang dia tidak punya, tetapi dengan cepat dia bilang sesuatu lagi dan aku mendengarkannya.
[Kamu ingat orang yang telah membantuku sebelumnya, bukan? Kalau kamu maksud seseorang yang bisa jadi teman baikku, kurasa itu mungkin dia.]
[Begitukah?]
[Iya, dia orang yang paling riang yang pernah kutemui, dan aku merasa dia menerimaku apa adanya, jadi aku merasa nyaman bicara dengannya. Memang belum lama sejak kami berjumpa, dan aku belum pernah berjumpa dengan seseorang seperti dia sebelumnya, jadi aku masih belum tahu…]
Hiiragi-san menjadi lemah lembut ketika dia membicarakan pria itu, dan dia memberitahukan pendapatnya dengan suara yang hangat.
Aku tidak bisa apa-apa selain ditarik masuk ke dalam ketimpangan <gap> antara tindakannya yang biasa dan yang satu ini.
(TL English Note: Sangat yakin bisa disebut gap moe.)
(TL Note: Moe adalah istilah yang sering digunakan oleh para otaku untuk menyebut sesuatu yang menarik bagi mereka. Sumber: wibu-elit)
Aku bisa tahu kalau dia sangat terbuka dengan orang ini terlihat dari caranya membicarakan orang itu.
(Oh, jadi begini…)
Cara dia tersenyum, mulutnya agak rileks dan bicara dengan lembut bagaikan setangkai bunga, juga sangat memikat, dan dari caranya berbicara, aku bisa membayangkan kalau dia mempercayai orang itu lebih banyak dari sebelumnya dan hubungan mereka semakin dekat.
Aku tidak tahu orang itu temannya atau bukan, tetapi tampaknya dia sedikit mendukungnya.
[…Kamu telah bertemu dengan orang yang baik hati.]
[Iya, tetapi aku tidak tahu apa itu informasi yang berguna untukmu.]
[Iya, itu cukup kok.]
Itu bukan sesuatu yang kuduga, dan kami saling menatap satu sama lain dan tertawa.
Lagipula, seseorang yang dapat dipercaya mempunyai unsur kebetulan yang kuat, dan tidak ada yang bisa kulakukan tentang itu.
Aku membiarkan Saito melakukan usaha terbaiknya secara mandiri.
Aku sampai pada kesimpulan itu dan menghapus rencanaku untuk membantunya.