Mahasiswa baru Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jouto, Isshiki Yuu, diselingkuhi oleh pacar pertamanya, Mitsumoto Karen.
Selingkuhannya adalah seorang Senpai dari SMA yang sama dengan Yuu dan sekaran dia berada di kampu yang sama, bahkan satu perkumpulan dengannya, Kamokura Tetsuya.
Sementara itu, Kamokura sendiri juga memiliki pacar yang sangat cantik dan dikenal sebagai ‘Kecantikan Sejatj Universitas Jouto’, Sakurajima Touko.
Yuu, yang sudah mengetahui kebenaran hubungan perselingkuhan itu, merasa putus asa dan menuntut Touko agar dia berselingkuh dengannya.
Namun, Touko malah memberitahu Yuu bahwa dia menginginkan metode balas dendam yang lebih efektif terhadap mereka.
Rencananya adalah untuk membuat pasangan mereka jatuh cinta pada mereka lebih dari sebelumnya dan ketika emosi itu mencapai puncaknya, mereka akan mencampakkannya di depan semua orang dalam perkumpulan mereka.
Mereka pertama-tama menyibukkan diri dengan mengumpulkan bukti tentang perselingkuhan keduanya.
Setelah Yuu dan Touko mendapatkan bukti yang pasti, mereka menyusun berbagai skema dan memutuskan Malam Natal sebagai hari-H. Hari di mana mereka akan membalas dendam terhadap pasangan selingkuh itu.
Dan datanglah hari-H. Tempat itu adalah tempat pesta Natal perkumpulan mereka.
Saat Touko dan Kamokura terpilih sebagai pasangan terbaik di pesta, Touko dan Yuu menyatakan bahwa mereka memutuskan hubungan mereka dengan pacar mereka di depan semua orang.
Kemudian, di depan banyak orang yang hadir, keduanya membongkar perselingkuhan antara Kamokura dan Karen.
Karen menjadi marah dan melontarkan hinaan saat dia meninggalkan tempat itu.
Di sisi lain, Kamokura mencoba untuk mendapatkan perhatian Touko sekali lagi dan untuk itu, dia memfitnah Yuu.
Marah dengan tindakan itu, Touko menyatakan bahwa dia akan menghabiskan malam itu bersama Isshiki Yuu.
Meninggalkan Kamokura yang tercengang, mereka berdua menuju ke sebuah hotel di area tepi teluk.
Yuu dan Touko memasuki salah satu kamar hotel.
Dan pada saat hal-hal akan mengambil langkah berikutnya …
‘Aku benar-benar minta maaf! Aku mau pulang!’
Touko mengucapkan kalimat itu.
‘Sampai sekarang, aku belum pernah melakukan mantap-mantap dengan siapa pun..’
‘Aku tidak akan melakukan hal semacam itu sampai aku menikah.’
Setelah Touko menjelaskan lebih lanjut kepada Yuu, dia meninggalkan Yuu sendri di hotel.
Bagaimana dengan nasib Isshiki Yuu sendiri?
Apa yang menanti Isshiki Yuu di masa depan?
* * *
“… Sudah kubilang berhentilah membuat narasi ngawur tentangku! Dan juga, apa-apaan dengan narasi anehmu itu? Aku tidak tahu dari mana kau mendapatkan ide itu.”
Aku berbicara dengan nada tidak senang kepada Ishida, yang dengan senang hati menyenandungkan melodi.
“Eeh? Kau tidak tahu itu? Kupikir aku sudah melakukan pekerjaan yang bagus untuk menirunya.”
Ishida kemudian memberitahuku bahwa itu dari ‘Drama Bankir’ yang terkenal. [TN: Referensi ‘The Banker’, sebuah drama Korea.]
“Oh, aku juga memiliki versi yang lebih merdu dari ‘Ka*** Rider’ dan ‘Heike Monogatari’ loh. Mau dengar nggak?”[TN: Kata yang disensor mengacu ke ‘Kamen Rider’.]
“Bodo amatlah!”
Ishida tampaknya bersenang-senang saat melihatku menggerutu kesal. Tapi tak lama kemudian, dia membuat ekspresi jengkel.
“Tapi, Yuu.. Kau sehausnya tahu mengapa aku seperti ini, kan? Lagipula, semuanya berjalan sangat baik sesuai rencana sampai saat itu, kan? Namun, kau memberitahuku bahwa itu kesimpulannya? Bahkan aku, yang hanya mendengarkannya, merasa sedih mendengarnya.”
Setelah mengatakan bagiannya, Ishida kemudian menyesap kopinya.
Ini adalah restoran keluarga yang sering aku dan Ishida kunjungi, terletak di satu sisi Japan National Route 14.
Keesokan harinya setelah hari H dan pesta Natal, setelah bermalam tanpa repot menunggu waktu checkout jam 10 pagi, aku meninggalkan hotel sendirian.
Saat itulah Ishida, tidak membuang waktu, mengirimiku pesan yang menanyakan bagaimana kabarku tadi malam, rasa ingin tahunya sejelas siang hari.
Begitulah caraku datang ke sini, bersama dengan Ishida sambil makan siang.
“Kalian akhirnya berhasil mendapatkan keinginanmu untuk balas dendam kepada Kamokura-senpai dan Karen-chan, bung! Selain itu, Touko-senpai sendiri mengatakannya secara langsung: ‘Aku akan menghabiskan malam ini dengan Isshiki-kun!’. Dan kemudian kalian bahkan pergi ke hotel. Semuanya sampai saat itu berjalan dengan sangat baik sesuai dengan naskah, dipenuhi dengan harapan. Dan terlepas dari semua itu, kau bermaksud mengatakan kepadaku bahwa dia berkata, ‘Aku tidak akan melakukan hal semacam itu sampai aku menikah’ dan membiarkannya pergi begitu saja? Astaga, bahkan siswa SMA perjaka bisa lebih agresif saat itu!”
Ishida terus menatapku dari atas cangkir kopinya sepanjang dia berbicara.
“Jangan mengatakan seolah-olah itu hal yang sederhana. Hanya karena kau tidak ada di sana, kau bisa mengatakan hal itu. Jika Touko-senpai mengatakan kepadamu ‘Aku tidak akan melakukan hal semcam itu sampai aku menikah’. Aku berani bertaruh kau juga akan tetap membeku, tidak dapat berbuat apa-apa.”
Seseorang dapat dengan mudah membayangkan bahwa jika aku dengan paksa mendekati Touko-senpai pada saat itu, ‘hubungan masa depan’ kita akan hancur tanpa bisa diperbaiki.
Di tempat pertama, kami bahkan belum berbicara tentang apa yang akan kami lakukan mulai sekarang.
Ishida meletakkan cangkir kopi di atas meja sambil menghela nafas.
“Kau benar tentang itu. Bahkan si brengsek Kamoura yang berpengalaman pun tidak bisa menyentuhnya. Mana mungkin mahasiswa baru ‘perjaka’ seperti kita, Yuu. Dapat melakukan apa saja.”
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Kata-katanya sangat tepat sehingga aku tidak perlu menyangkalnya.
Bahkan Kamokura Tetsuya yang dikenal tampan dan pemberani, yang pandai bersosialisai dengan orang lain tidak bisa menghadapinya dan malah dimanipulasi.
Mana mungkin bagi orang sepertiku untuk bertindak dalan situasi itu.
Ishida terus melanjutkan pembicaraan.
“Tapi, kalau dipikir-pikir. Aku merasa kasihan pada Kamokura-senpai. Dia dicampakkan oleh pacarnya, yang terus dia dekati sejak kita masih SMA tanpa melakukan apa-apa dengannya. Dia bahkan mengira gadis yang dia cintai, direbut oleh Kouhainya sendiri.”
Aku juga sudah memikirkan hal itu.
Jika Kamoura tidak berselingkuh dengan Karen, mungkin aku juga akan merasa kasihan padanya.
Ishida bersandar di sandaran kursinya dan menatap atap.
“Yah, jika seorang pria ditolak oleh pacarnya dengan kata-kata ‘Aku tidak akan melakukan hal semacam itu sampai aku menikah’. Maka dapat dibayangkan dia akan berselingkuh dengan gadis imut yang mendekatinya.”
Ishida kemudian segera menindaklanjuti setelah dia menyelesaikan kalimat itu.
“Yah, pria itu benar-benar berlebihan.”
“Apa yang terjadi dengan Kamokura-senpai setelah itu?”
Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah itu, karena Touko-senpai dan aku langsung pergi setelah kami membuat pernyataan untuk putus dengan pacar kami. Sedangkan, Ishida.. dia seharusnya tahu tentang itu.
“Yah, seperti yang bisa kau bayangkan, dia sangat tertekan. Nakazaki-san membawanya keluar dan dia memberikan teguran keras padanya. Dan, kau tahu? Dia hampir menangis, ini pertama kalinya aku melihat Kamokura-senpai seperti itu.”
Setelah mendengar kata-kata Ishida, aku merasakan sakit yang menyengat di dadaku.
Tapi tetap saja, baik aku maupun Touko-senpai tidak melakukan kesalahan. Jadi, aku tidak perlu merasa bersalah.
“Jadi, Yuu. Apa yang akan kau lakukan mulai sekarang?”
Ishida mengangkat bagian atas tubuhnya dari belakang kursi dan bertanya padaku.
“Apanya?”
“Sudah jelas, bukan? Ini tentag hubunganmu dan Touko-senpai. Bahkan bagi seorang yang tidak berpengalaman soal cinta, dapat mengetahui bahwa kau sedang jatuh cinta pada Touko-senpai. Makanya aku tanya, kau sedang berpikir untuk pacaran dengan Touko-senpai di masa depan, kan?”
Aku sedikit tersentak pada kata-kata yang Ishida ucapkan secara blak-blakan.
“Yah, tentang itu. Tentu saja, akan sangat menyenangkan bagiku jika hal itu terjadi. Tapi, perasaan Touko-senpai juga penting. Jadi untuk saat ini, kupikir itu masih…”
Sementara kata-kataku berangsur-angsur berubah menjadi gumaman, duduk di depanku, Ishida menyilangkan tangannya dan tampak memikirkan masalah itu.
“Memang benar, bahkan jika itu hanya untuk sesaat, kalian berdua benar-benar ingin menjalin hubungan seperti itu. Jadi, kau masih memiliki kesempatan untuk mewujudkannya… Tetap saja, apa kau baik-baik saja dengan itu, Yuu?”
“Maksudmu?”
Aku tidak begitu mengerti apa yang dimaksud Ishida dengan pertanyaannya.
“Maksudku, bahkan jika kau berhasil pacaran dengan Touko-senpai. Kau tidak bisa melakukan apapun dengannya sampai kalian berdua menikah, kau tahu? Jika itu terjadi, posisimu sama seperti Kamokura-senpai. Singkatnya, apa kau bisa menahan diri untuk tidak melihat gadis-gadis lain.”
Aku menatap Ishida, sedikit tersinggung.
“Apa yang kau katakan? Bukankah sudah jelas?! Aku tidak akan pernah menyelingkuhinya!”
“Apa kau yakin? Memangnya berapa tahun lagi sampai kalian menikah? Tiga setengah tahun sampai kau lulus dari kampus. Ditambah dua tahun jika kau melanjutkan ke pascasarjana. Selain itu, kau tidak akan bisa langsung menikah setelah mendapat pekerjaan. Meskipun hubungan kalian berdua terus berlanjut, mungkin akan memakan waktu sampai tujuh tahun sebelum kalian menikah. Apa kalian akan terus melakukan ‘pacaran sehat’ sampai saat itu?”
Tujuh tahun… Mendengarnya seperti itu, aku merasa keyakinanku sedikit goyah.
Memikirkannya sekali lagi, itu adalah waktu yang sangat lama. Tujuh tahun yang lalu, aku dengan bangga membawa ranselku ke sekolah dasar.
Ishida kemudian memberikan pukulan lain kepadaku saat aku terdiam.
“Kita baru berusia 19 tahun, Yuu. Mulai sekarang, awal usia dua puluhan akan menjadi usia ketika keinginan kita terhadap lawan jenis akan berada di titik tertinggi, benar ‘kan? Selama periode itu, kau harus ‘menahan’ keinginanmu dengan menonton tubuh montok Touko-senpai tepat di sebelahmu. Tapi, kau harus menunggu sepanjang waktu, membuatnya selalu ditahan. Selain itu, meskipun kau terus bertahan selama itu, kau tidak tahu apakah kau benar-benar dapat menikahi Tonko-senpai, kan?”
“Mau bagaimana lagi, Ishida. Jika itu sesuatu yang diperlukan agar dapat pacaran dengan Touko-senpai, maka aku akan melakukannya. Selain itu, aku tidak akan pernah menghianati Touko-senpai seperti yang di lakukan Kamoura! Touko-senpai adalah seseorang yang menyemangatiku selama ini. Berkat dia, aku bisa bertahan sampai sejauh ini.”
Namun, aku merasa bahwa kata-kataku kurang meyakinkan dibandingkan dengan nada bicara Ishida.
Ishida sekali lagi meletakkan seluruh berat tubuhnya saat dia bersandar di sandaran kursinya.
“Jika itu aku, aku akan sangat menentangnya. Menahan diri entah sampai kapan, belum lagi tidak tahu apakah aku akan bersama dengan Touko-senpai atau tidak. Aku lebih memilih gadis biasa yang bisa berhubungan seks denganku, setidaknya seminggu sekali, kau tahu..”
Aku tidak membantah pendapat Ishida itu dan menyeruput kopiku dalam diam.
“Ngomong-ngomong, bagaimana rencanamu untuk mendekati Touko-senpai mulai sekarang?”
Sekali lagi, aku kehilangan kata-kata atas pertanyaan Ishida.
Aku memang mendapat lampu hijau dari Touko-senpai yang mengatakan bahwa tidak apa-apa bagiku untuk berhubungan dengannya kedepannya… Tapi hanya itu, tidak ada janji nyata sama sekali.
Dan kata-kata itu juga. Itu mungkin jawaban sopan sederhana darinya.
“… Aku belum memikirkan apapun untuk saat ini.”
“Kau tidak akan bertemu dengannya selama liburan musim dingin?”
Kampus sedang libur musim musim dingin dari hari ini sampai Tahun Baru , 4 Januari.
“Sebenarnya, aku baru saja menanyakan rencananya untuk liburan musim dingin melalui pesan.”
Aku berbicara dengan suara yang sama sekali tidak memiliki kekuatan.
“Oh? Terus?”
“Sepertinya kita tidak akan bisa bertemu selama liburan musim dingin. Dia mengatakan bahwa dia akan melakukan perjalanan ke Hawaii bersama keluarganya dari akhir tahun hingga Tahun Baru.”
‘… Bagaimanapun juga, kita adalah dua orang kesepian yang tidak memiliki pasangan. Tolong hubungi aku nanti, Isshiki-kun.…’
Suara Touko-senpai saat dia mengucapkan kata-kata perpisahan tadi malam melintas dibenakku.
“Haaah…. Padahal kau memiliki kesempatan besar, tapi kau terjebak dalam situasi ini. Sepertinya jalan di depanmu sangat panjang dan penuh rintangan.”
Bahkan Ishida berbicara dengan nada kecewa dalam suaranya.
“Dia mengatakan bahwa sudah menjadi kebiasaan keluarganya untuk pergi ke Hawaii untuk menghabiskan Tahun Baru setiap tahun.”
“Yah, keluarga Touko-senpai kaya.”
“Bagaimanapun, kedua orang tuanya adalah dokter. Rumahnya juga bagus.”
Ishida berbicara dengan nada ringan seolah-olah untuk menghilangkan suasana kecewa yang kami alami.
“Yah, apa boleh buat. Mari kita nikmati Tahun Baru tahun ini bersama lagi! Tahun lalu, sebelum ujian masuk, kita mengunjungi kuil bersama, bukan? Ayo pergi bersama lagi tahun ini!” [TN: ‘Hatsumoude atau kunjungan kuil’ adalah kunjungan pertama ke kuil Buddha atau kuil Shinto, biasanya dilakukan pada 3 hari pertama Tahun Baru.]
“Maksudmu, kau ingin kita para pria pergi ke kuil bersama dua tahun berturut-turut?”
Meskipun dengan senyum masam, aku mengucapkan terima kasih kepada Ishida atas pertimbangannya.
“Ada apa denganmu? Kau tidak senang tentang itu? Tapi, kau tahu? Sejak kau mulai pacaran dengan Karen-chan, aku merasa sedikit hampa, berpikir bahwa aku harus menghabiskan Natal, Tahun Baru dan Valentine tahun ini sendirian. Itu sebabnya, aku bersyukur bahwa hal-hal menjadi seperti ini sebagai gantinya.”
Ishida kemudian memasang senyum jahat dengan sengaja.
Sisi Ishida ini, di mana dia menyingkirkan atmosfer berat seperti ini, tanpa bersikap merendahkan, adalah salah satu hal terbaik tentang Ishida.
“Berisik! Jangan bersenang-senang di atas penderitaan orang lain!”
Aku membalasnya, sedikit menertawakannya.
Yah, kurasa kau bisa mengatakan bahwa interaksi semacam ini di antara kami adalah yang paling cocok untuk kami.