Pagi hari. Aku terbangun karena aroma yang menggugah selera.
Aku bangun dan menemukan bahwa Fuyuki sudah tidak berada di sebelahku. [TN: Wow, sepertinya udah natural banget ya tidur bareng~]
Aku mendengar suara-suara yang datang dari dapur. Jadi, kupikir dia mungkin ada di sana.
“Ah, selamat pagi, Haruyuki-kun. Aku sangat senang kamu bangun dengan kondisi yang baik.”
“… Selamat pagi.”
Fuyuki, yang sudah berganti ke seragam sekolahnya, mengenakan celemek di atasnya dan memegang sendok masak.
“Yah, akhir-akhir ini aku cukup tidur. Ah, tolong tunggu sebentar. Aku akan bersiap-siap dulu..”
“Mn, baiklah.”
Segera setelah itu, aku mengganti pakaianku ke seragam sekolahku di kamar yang diatur olehnya sebagai kamarku, mengambil tas sekolahku yang penuh dengan buku pelajaran dan sebagainya, lalu kembali ke ruang tamu.
Biasanya aku tidak pernah merasa begitu segar ketika aku bangun di pagi hari untuk bersekolah.
Namun, sekarang … rasa lelah yang sering aku rasakan telah lama hilang dan aku merasa bisa melakukan apa saja dengan penuh semangat.
Ini semua karena aku bisa mengistirahatkan tubuhku pada hari Sabtu dan Minggu, ketika aku tidak harus bekerja paruh waktu.
Aku merasa sangat bersalah kepada Fuyuki karena aku telah tidur selama lebih dari 12 jam sampai hampir tengah hari, tetapi dia malah terlihat senang dan memujiku untuk itu.
Dia berkata, “Senang kamu bisa tidur nyenyak!”.
Jika aku bisa dipuji untuk hal semacam itu, aku merasa bisa tidur selama yang aku inginkan.
Lalu akhir pekan telah datang dan pergi, dan hari ini adalah hari Senin.
Senin, hari dimana kita harus pergi ke sekolah dengan semangat.
“Haruyuki-kun, apa kamu tidak suka natto?”
“Tidak, aku tidak memiliki ketidaksukaan khusus.”
“Begitu, ya. Senang mendengarnya..”
Fuyuki dengan hati-hati membawa nampan sarapan dan meletakkannya di depanku.
Sup miso, salmon panggang. Nasi putih yang baru dimasak dan natto (kedelai yang difermentasi).
Ini benar-benar sarapan yang ideal.
“Kau benar-benar pandai memasak, Fuyuki.”
“Makanan adalah sumber penting untuk membangun tubuh seseorang, tau. Kita sudah sering membahasnya sebelumnya.”
Sama seperti tadi malam, kami berdua menyatukan tangan dan mulai makan.
Salmon panggang memiliki kulit yang renyah dan kadar rasa asin yang pas untuk membuat rasa nasi putihnya menjadi lebih enak.
Untuk sup miso, meskipun bahannya sama dengan tadi malam, kurasa aku tidak akan bosan tidak peduli berapa kali aku sudah memakannya.
“Sungguh mewah bisa menikmati sarapan seperti ini di pagi hari…”
“Senang mendengarmu mengatakan itu, tetapi aku tidak melakukan sesuatu yang istimewa. Sarapan seperti apa yang kamu makan sebelumnya?”
“Aku sudah lama tidak sarapan.”
“Eh?”
“Jika aku punya waktu untuk sarapan, aku lebih ingin menggunakannya untuk tidur. Jadi, aku tidak makan sama sekali.”
Aku telah berusaha untuk tidak menghabiskan uang sebanyak mungkin untuk makanan, dan sarapan adalah satu-satunya hal yang aku putuskan untuk dikurangi saat itu.
Jadi, sudah lebih dari setahun sejak aku sarapan seperti ini.
“… Aku akan membuatnya setiap hari.”
“Eh?”
“Aku akan membuatnya, setiap hari.”
Dia menatapku dengan tegas dan serius. Dan tanpa sadar, tubuhku menjadi kaku.
Tetapi begitu aku menyadari bahwa dia memikirkanku, hatiku langsung dipenuhi dengan kehangatan.
“Kalau Fuyuki membuatkan sesuatu untukku, aku akan memakan semuanya. Tapi, jika itu tidak merepotkanmu…”
“Kalau menurutmu itu akan merepotkanku… kamu terlalu meremehkanku. Tidak peduli seberapa rumit masakan yang harus kubuat, jika itu untuk Haruyuki, aku bisa melakukannya.”
——– Bukankah dia seperti memaksakan diri?
Aku sendiri bahkan sampai berpikir begitu. Tapi ketika aku melihat ekspresi wajahnya yang terlihat benar-benar tulus, aku pun menghilangkan pikiran buruk itu.
“Fakta bahwa kamu peduli padaku dengan cara ini membuatku bahagia. Haruyuki-kun mungkin merasa bahwa kamu hanya terus diberi. Tapi dari sudut pandangku, aku sudah menerima banyak hal darimu, tau..”
“Begitukah?”
“Iya. Contohnya, caramu peduli padaku seperti sekarang, tidur denganku, mengucapkan selamat datang di rumah, memasak makan malam bersamaku, memberitahuku betapa lezatnya itu… itu semua sangat berharga bagiku, Haruyuki-kun.”
Fuyuki, dengan kedua tangannya yang tergenggam, memegangnya di depan dadanya seolah ingin memeluknya.
Dia memegangnya dengan hati-hati, seolah-olah dia ingin menjelaskan bahwa yang hal yang telah dikatakan sebelumnya memang sungguh berharga baginya.
Tapi, itu semua juga aku dapatkan darinya.
Jadi, aku tidak berpikir aku sudah membalas semua yang sudah diberikan olehnya. Aku benar-benar tidak yakin.
“Haruyuki-kun, hanya berada di sampingku itu sudah lebih dari cukup. Bisa bertahan hidup sampai sekarang adalah hal yang hebat, tau.”
Seperti biasa, Fuyuki selalu melebih-lebihkannya.
Aku juga ingin tahu lebih banyak tentangnya…
Pasti ada sesuatu yang membuatnya sangat menyukaiku.
Aku butuh semacam bukti —— sehingga aku bisa mengembalikan perasaanku padanya dengan rasa aman dari lubuk hatiku.
“… Yah, sudah waktunya kita berangkat sekolah..”
“Oh, sudah jam berapa ini?”
Aku memeriksa waktu di smartphoneku dan melihat bahwa sekarang sudah menunjukkan pukul 7:30.
Jam pelajaran di sekolah kami dimulai pukul 8:20.
Jika kami menuju ke sana sekarang, kami akan tiba dengan tepat waktu.
Kami menyimpan sisa piring yang tersisa untuk dicuci dan masing-masing dari kami mengambil tas sekolah kami.
Di tasku ada bento yang dibuat Fuyuki untukku dan mengingat kualitasnya sebelumnya, aku jadi sangat menantikan istirahat makan siangku.
“Asahi sudah menunggu kita di bawah. Jadi, ayo kita turun ke bawah..”
“… Aku tahu ini agak terlambat, tapi apa kau yakin tidak keberatan kalau aku mendapatkan tumpangan juga?”
“Tentu saja. Aku tidak akan membiarkanmu naik kereta ke sekolah sendirian.”
Dengan begitu, kali ini aku akan pergi ke sekolah bersama Fuyuki dengan mobil yang dikemudikan Hino-san.
Wajar bagi Fuyuki untuk diantar ke sekolah oleh Hino-san dengan mobilnya, tetapi aku merasa sedikit bersalah karena harus ikut menumpang sekarang.
Namun, bagaimanapun juga, Hino-san akan berangkat ke sekolah dengan Fuyuki di dalamnya dan tidak ada salahnya jika satu orang lagi bergabung dengan mereka di sana.
Sebenarnya, jika aku terlalu merasa sungkan, itu akan dianggap seolah-olah aku tidak mempercayai Hino-san.
Pada akhirnya, aku memutuskan untuk menuruti kata-kata Fuyuki.
“Selamat pagi, Fuyuki-sama, Inamori-sama.”
Setelah itu, kami pergi ke tempat parkir… dan mendapati Hino-san sudah menunggu kami di mobil,, ekspresinya masih tidak berubah seperti sebelumnya.
“… Pagi, Maaf.. merepotkanmu, Hino-san.”
“Tidak apa-apa, Fuyuki-sama sudah memberitahu saya tentang ini.”
Kami pun masuk ke dalam mobil dan berangkat ke sekolah.
Mobil yang dikendarai oleh Hino-san sangat nyaman dan menenangkan.
Saat di perjalanan, Fuyuki terlihat seperti berada dalam suasana hati yang sangat baik, menggelengkan kepalanya dari sisi ke sisi.
Pemandangan itu sangat menggemaskan sehingga tanpa sadar aku ikut tersenyum saat melihatnya.
Akhirnya, mobil Hino-san berhenti di tempat parkir yang tidak jauh dari sekolah.
“Baiklah, ayo pergi.”
“Ahh… terima kasih, Hino-san.”
“Terima kasih, Asahi. Sampai jumpa sore nanti.”
Kami berdua berterima kasih kepada Hino-san saat kami turun dari mobil di sini.
Sejak awal, Fuyuki memang jarang meminta untuk diantar hingga ke depan sekolah.
Itu akan membuatnya terlihat mencolok dan sepertinya juga dengan pertimbangan untuk menghindari adanya prasangka buruk dari orang-orang di sekitarnya.
Dari sini, hanya butuh waktu 5 menit untuk berjalan kaki ke sekolah.
“Ngomong-ngomong, sudah hampir waktunya untuk ujian tengah semester.”
“… Yapp.”
Sekarang sudah pertengahan Mei.
Aku yakin dalam waktu sekitar seminggu lagi, ujian tengah semester akan dimulai.
“Fuyuki selalu menempati peringkat pertama di angkatan kita. Kurasa itu prestasi yang sangat baik.”
“Ehehe, Makasih. Tapi Haruyuki-kun, yang menghabiskan sebagian besar waktu luangnya bekerja paruh waktu dan masih mendapat nilai bagus, juga sudah cukup baik.”
“Jika kau berkata begitu, itu sepadan dengan semua kerja keras yang telah aku lakukan, tapi …”
“Ada apa? Apa kamu khawatir dengan sesuatu terkait ujian nanti?”
“Ya, kurasa. Tingkat kesulitan pelajaran tiba-tiba meningkat di kelas 2 dan aku merasa sedikit tertinggal karena aku sibuk dengan pekerjaan paruh waktuku seperti yang kulakukan tahun lalu.”
“Hm, aku mengerti.”
Aku mungkin tidak akan mendapatkan nilai merah, tetapi nilai rata-rataku mungkin akan turun jauh.
Sementara beberapa hal memang tidak bisa dihindari. Tapi, jujur aku merasa malu pada diriku sendiri karena mulai tidak dapat mengelola waktuku dengan baik.
“Bagi siswa SMA, jadwal Haruyuki-kun benar-benar terlalu banyak. Bahkan dalam situasi seperti itu, kamu masih bisa mempertahankan nilaimu dengan baik. Kurasa itu hal yang luar biasa, tau. Itu sebabnya, kamu bisa bangga pada dirimu sendiri, Haruyuki-kun.”
“…. Apa itu terlihat di wajahku juga?”
“Tidak, aku hanya berpikir Haruyuki-kun akan menyalahkan dirinya sendiri.”
Itu tidak masuk akal——.
“Apa kau itu seorang esper, Fuyuki?”
“Ehm~.. entahlah..”
Fuyuki tersenyum menggoda dan terlihat sedang bersenang-senang.
Seperti yang diharapkan, dia masih terlihat sangat imut….
“Kalau kamu mau, kita bisa belajar bersama untuk mempersiapkan ujian tengah semester ini. Aku bisa membantumu belajar loh.”
“Tapi, bagaimana dengan persiapan ujianmu sendiri. Aku takut itu akan merepotkanmu, Fuyuki.”
“Jangan khawatirkan aku. Bukannya aku sombong, tetapi aku adalah peringkat 1 dari angkatan kita, kamu tahu? Walaupun aku hampir tidak pernah belajar sebelum ujian.”
“Jika itu masalahnya. Bagaimana kau bisa mendapatkan peringkat 1 di angkatan kita?”
“Aku hafal semua pelajaran yang diberikan dan juga isi buku pelajaran. Pada dasarnya tidak ada masalah yang tidak aku mengerti.”
Itu cerita yang gila.
Tidak hanya buku pelajaran SMA yang tebal, tetapi juga mengandung banyak konten dalam satu halaman.
“Aku tidak terlalu sibuk dengan pekerjaanku sekarang dan aku siap kapan saja setelah makan malam. Jadi, aku benar-benar ingin kamu mengandalkanku, Haruyuki-kun.”
“Jika memang begitu, maka aku akan menuruti kata-katamu.”
“Yupp! Fufufu… belajar dengan Haruyuki-kun tiap malam… sangat menarik, bukan?”
Sepertinya pikirannya telah pergi ke arah yang tidak diinginkan.
Sembari kami berbicara seperti ini, kami pun akhirnya telah mencapai jalan utama menuju sekolah.
Kami harus menjauh agar tidak terlihat oleh siswa yang memakai seragam yang sama dengan kami.
“Oke, kurasa sudah waktunya kita berpisah di sini…”
“Aku rasa begitu.”
“Aku ingin mengeluh.”
“Aku belum pernah melihat orang melontarkan keluhannya secara langsung.”
Tidak hanya dia mengatakannya dengan mulutnya, tetapi Fuyuki menggembungkan pipinya dan terlihat sangat kecewa.
Biasanya, dia adalah orang yang dewasa dan dapat diandalkan, tetapi ketika dia menunjukkan sisi kekanak-kanakannya seperti ini dari waktu ke waktu, itu agak menenangkan.
“Kalau begitu…kita akan berpisah disini. Sampai jumpa di sekolah!”
“Ya, sampai jumpa.”
Fuyuki terus menyusuri jalan utama.
Kemudian aku mengambil sisi jalan dan bergabung ke jalan utama dari sudut lain.
Sedikit di depanku.
Di sana, aku melihat Fuyuki, yang baru saja berpisah denganku.
Warna rambutnya sangat mencolok, tetapi postur dan perilakunya, segala sesuatu tentang dirinya sangat indah dan tidak biasa untuk seorang gadis SMA.
Aku bisa melihat para lelaki di jalan melihat ke arahnya setiap kali mereka berpapasan dengannya di jalan.
Aku tahu perasaan itu dengan sangat baik.
‘Hei, itu Tojo-senpai, kan?’
‘Benar…! Bukankah kita terlalu beruntung bisa melihatnya di pagi hari!?’
‘Hei! Dia sangat cantik…’
‘Aku bahkan tidak bisa melihat wajahnya… dia terlalu cantik.’
‘Ya aku tahu itu!’
Aku bisa mendengar percakapan para gadis, mungkin Kouhai, yang berjalan di dekatnya.
Kepopulerannya di sekolah memang tidak bisa diukur.
Itulah betapa menariknya Tojo Fuyuki dan itulah mengapa semua orang sangat mengaguminya.
Di sisi lain, aku…
Aku melihat ke bawah ke tanganku.
Apakah aku benar-benar pantas berada di sisinya?
Aku tidak akan terkejut jika suatu hari nanti Fuyuki menyerah padaku dan membuangku —-.
…Tidak, tidak…
Tidak sopan membuat asumsi tentang pikiran orang lain.
Aku menepis pikiran negatif itu dan berjalan ke sekolah.
Aku masuk ke kelas tanpa insiden apapun, duduk di kursi dan bersiap untuk jam pelajaran pertama.
Aku sudah melewatkan satu hari sekolah, tetapi berkat Fuyuki, aku dalam kondisi yang baik dan mungkin akan dapat mengikuti materi selanjutnya.
“Yo, Haru!”
Saat aku mempersiapkan diri, aku mendengar suara yang familiar dari samping.
“Nnn, Masaya? Selamat pagi.”
“Hei. Aku dengar kau sakit tempo hari, benarkah itu?”
“Ah, aku sudah baik-baik saja sekarang. Terima kasih sudah mengkawatirkanku.”
“Oh begitu, syukurlah.”
Anak laki-laki yang duduk di depanku ini adalah Masaya Nishino.
Dia adalah salah satu dari sedikit temanku sejak SMP dan seseorang yang mengetahui situasi hidupku.
Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa dia adalah orang yang paling aku percaya.
“Kau tahu…itulah yang terjadi kalau kau bekerja sangat keras sehingga kau bahkan tidak bisa meluangkan waktumu untuk tidur. Tolong jangan terlalu ceroboh. Bahkan Ibuku bilang dia bisa meminjamkan kamar untukmu.”
“Aku menghargai saranmu, tapi…”
Keluarga Masaya sudah lama memperhatikanku.
Aku mengerti betapa mereka menghargaiku, tetapi aku merasa terlalu sungkan untuk mengandalkan mereka.
Aku terlalu malu untuk memberitahunya. Tapi, aku ingin berada di hubungan yang sejajar dengan Masaya jika memungkinkan. [TN: Maksudnya hubungan yang tidak berat sebelah dengan satu pihak terlalu banyak ditolong, seperti yang dirasakan Haruyuki sekarang ke Fuyuki, itu bukan hubungan yang sejajar bagi dia.]
Aku tidak ingin memperlakukannya dengan rasa bersalah, tetapi pada akhirnya, ini hanyalah pemikiran egoisku.
“Kau masih tidak pandai mengandalkan orang lain, Haru.”
“Menurutku kau masih terlalu muda untuk mengatakan itu, tapi… ya, mungkin kau benar.”
“Lain kali kalau kau sakit, aku akan menghajarmu sampai habis untuk menyadarkanmu.”
“… Ya, aku mengerti.”
Melihat bahwa aku menerima perkataannya, Masaya menghiburku dengan senyum puas.
Jika dipikir-pikir lagi, sikapnya yang selalu memaksakan kebaikannya padaku mungkin terlihat sedikit mirip dengan Fuyuki.
Aku mungkin harus memberitahu Masaya tentang dia dalam waktu dekat.
Dia bukan orang yang ember ataupun tukang gosip dan aku tidak ingin membuatnya khawatir lebih jauh karena dia adalah temanku yang sangat penting.
“Yah, jam pelajaran pertama hari ini adalah matematika. Apa kau bisa mengikutinya?”
“Nn, kenapa?”
“Kemarin kami mendapatkan materi rumus-rumus baru. Jadi, aku khawatir kau akan sedikit ketinggalan pelajaran.”
“Oh, tidak apa-apa kalau begitu. Aku sudah mendapatkan catatannya kemarin dari Fuyuki…”
———–Ah.
“‘Fuyuki’, memberimu catatannya?”
Aku sedang memikirkan Fuyuki ketika membicarakan itu dan kata-kata itu keluar begitu saja.
Kami memutuskan untuk merahasiakannya dari semua orang. Tapi, ini bahkan belum 5 menit sejak aku datang ke sekolah.
Aku tidak pernah bisa untuk terlalu berhati-hati. Aku menghela nafas pada diriku sendiri karena kecerobohanku.
“Hmm? Ada apa ini? Haa-ruu-kun?”
“Aku akan memberitahumu nanti… Tolong, jangan bilang pada siapapun.”
“Oke, aku mengerti.”
Mari meminta maaf kepada Fuyuki sepulang sekolah…
Ya, aku akan meminta maaf dengan tulus…
* * *
“Jadi begitu. Tojo-san menekanmu untuk bertunangan dengannya.”
“Yah … begitulah.”
Istirahat makan siang.
Di sudut kelas, dengan memperhatikan sekelilingku, aku menceritakan keseluruhan ceritanya pada Masaya.
Ketika Masaya selesai mendengarkan semuanya, dia melihat ke arah Fuyuki yang dikelilingi oleh sekelompok orang yang glamor dan kemudian membandingkan mereka denganku.
“Yah… tidak apa-apa, kan?”
“Apa maksudmu…”
“Aku mengatakan tidak apa-apa untuk memiliki kebahagiaan itu. Jika tidak … hidupmu tidaklah sepadan dengan perjuanganmu selama ini.”
Aku merasa hatiku sedikit terselamatkan ketika Masaya mengatakan itu kepadaku.
Pikiran negatif tentang apakah seseorang sepertiku layak untuk berada di kondisi seberuntung itu secara bertahap memudar.
“Tapi aku iri padamu! Maksudku, kau bisa makan masakan Idola sekolah itu dan menghabiskan waktu bersamanya setiap hari, kan? Jika anak laki-laki lain tahu tentang hal ini, mereka akan membunuhmu. Aku sudah menaruh hati pada seorang gadis. Jadi, aku tidak peduli.”
“Ya aku juga sangat mengerti akan hal itu. Ngomong-omong, apa kau masih sering bertemu dengan Azeyama-san?”
“Hmm? Yah, itu sulit sekarang. SMA-nya saat ini jauh karena keadaan orang tuanya, tetapi dia berencana untuk kuliah di sini. Jadi, aku hanya berusaha bersabar sampai saat itu datang.”
Azeyama-san adalah gadis yang Masaya pacari sejak SMP.
Ketika berbicara tentang pacarnya yang sangat berharga itu, ekspresi Masaya selalu terlihat baik.
Rambut pendeknya dipotong pendek dan terlihat jantan. Selain memiliki wajah yang tampan, dia juga menjadi jagoan tim basket.
Sudah wajar, banyak gadis yang mendekatinya, tetapi Masaya tidak pernah menoleh ke arah mereka.
Dia hanya melembutkan ekspresinya di depan Azeyama-san.
——Dia juga mengubah ekspresi wajahnya di depanku. Tapi, aku tidak ingin mengatakan ini karena hal tersebut agak memalukan.
“Mari kita kesampingkan hal itu sekarang. Mana bento buatan pasanganmu itu, gadis impian semua orang itu. Aku ingin melihatnya..”
Aku merasa sedikit enggan untuk menunjukkannya pada Masaya, yang menyeringai padaku. Tapi bagaimanapun juga, aku harus memakannya di depannya.
Sambil menghela nafas, aku membuka bento itu dan Masaya berseru.
“Oh … dari penampilannya saja kelihatannya sangat enak..”
“Yah, menurutku juga begitu.”
Hari ini, seperti biasa, bento buatan Fuyuki sangat luar biasa.
Sebelumnya aku pernah mengatakan padanya bahwa aku memyukai tamagoyaki, asparagus gulung dengan daging babi dan chikuzen-ni buatannya. Dan, sekarang.. Fuyuki menaruh semua komponen itu di dalam bento buatannya hari ini.
Ditambah dengan brokoli dan tomat mini untuk warna dan kesegaran tambahan.
Bonito yang ditaburkan di atas nasi putih itu sangat menggugah selera hanya dari penampilannya saja.
“Bukankah itu bento yang cukup istimewa.. Tapi, itulah yang aku suka darinya.”
“Aku tahu apa yang kau maksud.”
“Aku tahu kedengarannya buruk untuk dikatakan, tapi bento Tojo-san cukup populer walau hanya menggunakan bahan yang terlihat biasa.”
Alih-alih menggunakan bahan-bahan mahal hanya karena dia punya uang untuk dibelanjakan, dia meningkatkan kualitasnya secara keseluruhan dengan mengoptimalkan penggunaan bahan-bahan dengan harga terjangkau —— Aku memang bukan ahlinya dalam hal ini dan aku tidak tahu semua detailnya, tetapi itulah kesan yang aku dapatkan.
Setelah mengucapkan “Ittadakimasu”, aku mulai memakannya diawali dengan tamagoyaki, seperti yang aku lakukan kemarin.
Aku masih tidak bisa mengungkapkan betapa lezatnya rasa manis yang lembut dari tamagoyaki buatan Fuyuki ini.
Ini sangat cocok dengan gulungan daging asparagusnya dan tidak sampai di situ saja, aku bahkan berpikir apakah lebih cocok untuk memakannya secara terpisah atau bersama-sama.
“… Aku sangat senang. Aku sangat lega bahwa seorang wanita telah datang untuk menghargai pesona temanku.”
“Ada apa tiba-tiba mengatakan itu?”
“Maaf, maaf. Tapi aku sudah berpikir sejak lama bahwa agak menyedihkan ketika kau, orang yang paling baik dan paling jenaka, tidak dapat menikmati masa mudamu karena kau tidak punya cukup waktu.”
Aku akan mengatakan itu bukan urusannya —- tapi aku jelas tidak menjalani kehidupan yang layak seperti seorang siswa SMA pada umumnya.
Masaya pun kurasa berada di dalam situasi yang mau tidak mau akan merasa prihatin melihatku.
Aku bahkan merasa bersalah dengan itu.
“Yah, bukankah itu bagus untukmu. Sekarang kau tidak harus bekerja paruh waktu. Jadi, ayo lakukan sesuatu yang belum bisa kita lakukan sebelumnya.”
“Apa yang tidak bisa kita lakukan sebelumnya… misalnya?”
“Tentu saja kau bisa pergi nongkrong bersamaku.”
“Aku yakin itu memang sesuatu yang belum pernah aku lakukan sebelumnya.”
“Oh, ayolah, berbahagialah untukku! Sudah berapa kali aku mengajakmu nongki saat aku tahu bahwa kau tidak bisa? Kau tahu kita akan dapat bersenang-senang sekarang, kan!?”
Aku merasa tidak enak karena telah menolak ajakannya untuk waktu yang lama dan aku seharusnya senang bahwa aku dapat bersenang-senang dengan Masaya sepulang sekolah mulai sekarang, tetapi aku sendiri tidak berminat untuk melakukan itu saat ini.
Sepulang sekolah adalah waktu bagi Fuyuki melanjutkan perkerjaannya. Dan, aku tidak yakin aku bisa pergi bermain selama waktu itu.
“Yah, aku tidak akan memaksamu untuk nongkrong denganku. Tapi, setelah ujian. Bagaimana kalau kita bersenang-senang sebentar? Aku yakin kau akan menikmati waktu luang di karaoke —- waa!?”
“Nnn?”
Tiba-tiba, Masaya, yang terkejut seolah sedang membungkuk, menunjuk ke punggungku.
Ketika aku berbalik tanpa berpikir, ada Fuyuki berdiri di sana tersenyum ke arahku.
Aku tidak tahu apa itu. Tapi meskipun dia tersenyum, aku merasakan adanya perasaan intimidasi yang aneh.
“Haruyuki-kun, kudengar kamu sakit kemarin. Tapi, sepertinya kamu sudah baikkan sekarang, syukurlah..”
“Ah, ya… terima kasih.”
“Oh, ya. Kalau ada pelajaran yang tidak kamu mengerti. Jangan ragu untuk bertanya kepadaku, oke?”
“…Terima kasih banyak.”
Aku melihat punggungnya saat dia berjalan kembali ke tempat duduknya, dengan sedikit berkeringat dingin.
Sejak kapan dia mendengar percakapan kami?
Kupikir dia pasti merasa sedikit tidak nyaman ketika dia mendengar tentang rencanaku pergi keluar dengan Masaya untuk bermain.
Saat aku mulai berpikir bahwa aku harus meminta maaf padanya nanti —- aku menerima pesan dari smartphoneku.
Orang yang mengirimnya adalah gadis yang baru saja meninggalkan kami.
> (Fuyuki): aku tidak keberatan kamu nongkrong bersama teman-temanmu. Tapi, setidaknya pulanglah sebelum jam 8 malam. Dan juga, kalau bisa.. jangan makan malam di luar terlalu banyak, oke?
Aku menatap Fuyuki dengan pandangan ke samping dan dia memberiku senyuman lembut.
Aku merasa jantungku berdebar tanpa disengaja.
Anehnya, tampaknya pergi keluar untuk bersenang-senang itu sendiri bukanlah masalah baginya.
Padahal dari aku sendiri, aku jelas tidak ingin melewatkan makan malam Fuyuki. Jadi, aku berpikir tidak akan melanggar aturannya itu.
> (Haruyuki): Fuyuki, apa kau marah padaku?
> (Fuyuki): N-Nggak kok. Selama kamu pulang sebelum jam 8 malam. Aku tidak keberatan. Lagipula, kita ‘kan sudah sepakat untuk makan malam bersama di rumah.
> (Haruyuki): Beneran, nggak apa-apa nih? Tenang saja, aku tidak akan melakukan hal yang tidak perlu.
Selain itu, Masaya benar-benar ketakutan.
Seperti yang diharapkan dari Tojo Fuyuki. Dia menghancurkan hati orang hanya dengan satu senyuman.
Jadi, aku pasti akan menemaninya nanti.
Itu satu-satunya hal yang bisa aku lakukan untuk menolongnya.
==================================================
“Tojo-san, kamu dekat dengan Inamori-kun, yak?”
“Eh?”
“Yah, kamu sepertinya perhatian padanya..”
Ketika aku tiba-tiba diberitahu oleh Satou-san yang selalu makan siang denganku, jantungku tanpa sadar berdetak kencang… Padahal aku tidak berpikir telah melakukan kesalahan apapun.
Gadis-gadis, termasuk dirinya, lebih peka dari yang aku bayangkan.
“Apa mungkin kamu suka sama Inamori~?”
“Ehh!? Tidak mungkin Tojo-san menyukai orang itu. Dia terlihat agak polos.”
“Yah, dia tidak akan bisa menandingi kecantikan Tojo-san.”
Aku menahan mulutku dan berpura-pura tersenyum.
Apa yang Yoshida-san dan Satou-san bicarakan sekarang, apa kalian benar-benar tahu tentang aku dan Haruyuki-kun?
Aku tidak pernah memikirkan apakah kami cocok atau tidak, tidak peduli dengan siapapun itu.
Maksudku, aku bahkan merasa jika Haruyuki-kun akan menjadi pasanganku, aku merasa lebih baik untuk tidak menandinginya.
“… Maksudku, sejak awal, Tojo-san, apa kamu tertarik dengan percintaan?”
“Cinta, maksudmu?”
“Err. Tempo hari kamu mendapat pengakuan cinta dari Adachi, kan? Itu loh, Ace dari klub sepak bola.”
“Adachi — Oh, maksudmu pria yang memanggilku ke belakang gedung sekolah waktu itu?”
“Sepertinya kamu menolaknya juga. Makanya, aku penasaran apakah kamu tertarik untuk berpacaran dengan seseorang..”
“Eh, serius? Adachi yang itu!? Dia sangat populer di kalangan gadis-gadis, tahu!?”
Satou-san berkata begitu, tetapi aku terlalu tidak tertarik untuk bereaksi.
Tentu saja penampilannya memang baik dan sebagainya. Tapi, yah, aku tidak memiliki ketertarikan padanya.
“Bukannya aku tidak tertarik dengan percintaan, tapi… dia bukan tipeku.”
“Oh! Jadi, maksudmu.. pria seperti Inamori itu tipemu, Tojo-san?”
Kamu tidak tahu apa-apa tentang dia, Yoshida-san.
Tidak, tidak apa-apa kalau kamu tidak mengerti. Tapi, saat kamu berulang kali memanggilnya polos dan biasa-biasa saja dengan cara yang buruk, itu benar-benar membuatku kesal.
Jika memungkinkan, aku ingin mengatakan tentang hal-hal baik Haruyuki-kun padanya dan membuat keduanya mengingatnya selamanya.
Tapi kalau aku melakukan itu, ada kemungkinan bahwa aku akan memiliki lebih banyak saingan yang tidak perlu. Jadi, aku akan menahan diri untuk tidak melakukannya.
Ah, sampai sejauh ini, aku merasa ingin memuji diriku sendiri sebagai wanita yang sabar.
“… Yah, aku lebih suka orang yang terlihat tenang daripada orang yang terlihat mencolok.”
“Oh, itu tak terduga..”
“Apa yang membuatmu terkejut? Apa aku pernah memberitahumu tentang preferensiku terhadap lawan jenis?”
—–Aku benar-benar ingin mengatakannya. Tapi, aku tidak begitu bodoh dengan mengatakan hal itu karena aku tahu itu akan membuat suasana kacau dan aku tidak ingin membuat Haruyuki-kun berada dalam masalah. Jadi, aku akan menahan diri untuk tidak mengatakannya.
Kita mungkin terlihat seperti teman dekat dari luar. Tapi, hatiku tidak akan pernah berada di tempat ini.
Ya, hatiku tidak akan pernah merasa nyaman di sini.
Yoshida-san dan Satou-san menganggapku sebagai teman mereka, tetapi ada banyak motif tersembunyi dibaliknya.
Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa mereka sangat mirip dengan teman-temanku di SMP, seperti fakta bahwa mereka merasa Yoshida-san dan Satou-san adalah teman dari “Tojo Fuyuki” merupakan sebuah status yang dapat mereka banggakan.
Pada saat yang sama, aku terkadang merasakan kecemburuan yang kuat terhadapku.
Yah, aku adalah seorang gadis yang cantik tidak peduli siapapun yang melihatnya, selain atletis dan cerdas, aku juga memiliki perusahaan besar di rumahku.
Ya tidak ada yang dapat dilakukan dengan situasi itu dan bukan berarti aku tidak dapat menerimanya. [TN: Maksudnya dengan semua previledge yang dia punya untuk berada di situasinya saat ini, ya dia tidak bisa melakukan apa-apa juga dengan pandangan orang-orang disekitarnya entah itu baik atau buruk.]
Namun, aku juga memiliki citra yang harus dijaga untuk orang-orang penting disekitarku. Jadi, aku tidak bisa melakukan hal buruk apapun.
Itulah mengapa aku berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan mereka.
Pertemanan yang buruk dan penuh dengan kepalsuan.
Hubungan yang dirangkai dengan senyuman palsu sambil menahan emosi ini tentu bukanlah hubungan yang sehat.
Aku tidak sabar untuk kembali ke sarang cintaku bersama Haruyuki-kun…
Sepulang sekolah nanti, aku ingin lebih dekat dengannya.. bahkan lebih dari sebelumnya.
“Ada apa, Tojo-san? Daritadi kamu menyeringai ke arahku mulu.”
“Hah?! Ahh, umm… bukan apa-apa. Jangan pedulikan aku.”
“Begitu? Yah, kalau kamu berkata begitu. Maka, baiklah.”
Aku harus berhati-hatil….
Aku bahkan tidak bisa mengontrol sudut mulutku sampai Yoshida-san menunjukkannya.
Aku tahu itu karena aku tidak punya cukup energi Haruyuki-kun saat ini.
Begitu sampai di rumah setelah ini, aku akan memeluk Haruyuki-kun dengan erat —Ah, tidak. Aku harus berhenti memikirkan Haruyuki-kun dulu.
Tanpa sadar, aku hampir menyeringai lagi.
Kamu harus lebih tenang, Fuyuki….
Karena jika aku tidak melakukan ini, itu akan menghalangiku dalam banyak hal.
Agar ini tidak terjadi, mari menunggu Haruyuki-kun nanti di dekat sana sepulang sekolah sampai pekerjaan paruh waktunya selesai.
Dengan begitu, aku bisa bergabung dengannya menuju jalan pulang.
Oh, aku bukan penguntit kan, Haruyuki-kun? Benar, kan?