DOWNLOAD NOVEL PDF BAHASA INDONESIA HANYA DI Novel Batch

Nishino Volume 1 Chapter 01 Bahasa Indonesia

Anak Bernama Nishino Gokyou









 

Tepat lewat tengah malam menjelang waktu keberangkatan kereta terakhir. Di dalam ruang bawah tanah sebuah bangunan yang diposisikan di pinggir jalanan sibuk di Roppongi, sebuah bar sempit sekitar 20 tsubo berdiri

Ada 3 orang tamu di dalam bangunan tersebut.

Salah satunya adalah seorang pria yang berumur di akhir dua puluhan. Rambut panjang yang tidak mencapai bahu berwarna coklat muda. Setelan krem muda yang menunjukkan nilainya bersama dengan dasi rajut ungu dan kemeja biru muda. Bersama dengan jam tangan dari merek kelas atas di pergelangan tangannya. Dia mungkin anak orang kaya, atau mungkin dia adalah presiden muda berbakat dari sebuah perusahaan.

Seorang wanita di kursi sebelahnya yang tampaknya berumur pertengahan dua puluhan sedang merayunya. Seorang wanita kantoran dengan setelan jas. Entah itu karena budaya perusahaannya yang ketat, atau memang sudah kodratnya, dia memiliki riasan wajah yang sederhana dan rambutnya di sanggul polos yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan jatuh.

Mereka berbicara satu sama lain di kursi paling dalam di konter.

Dan orang terakhir, seorang anak laki-laki berseragam sekolah duduk berjarak empat kursi dari tengah konter yang sama. Dibandingkan dengan bartender yang berdiri di sana seolah-olah itu adalah sebuah wawancara, anak laki-laki itu menyilangkan kakinya dengan cara yang berlebihan, seolah-olah mereka telah berteman selama satu dekade, dan dia bertanya dengan nada dingin.

“…… Jadi, di mana bayarannya ?”

Dia tampaknya masih berumur belasan tahun.

Pakaiannya adalah pakaian orang Jepang yang sangat biasa. Ini adalah seragam milik sebuah sekolah menengah di daerah Tokyo. Dia memiliki kelopak bermata satu, gigi yang tidak rata, dan tulang pipi yang sedikit terdorong keluar. Gaya rambutnya seolah-olah seorang anak laki-laki seumurannya pergi ke salon kecantikan atau pangkas rambut, dan tidak meminta apa-apa selain membiarkan rambutnya tetap panjang.

Tidak bisa dikatakan bahwa dia keren dengan cara apa pun. Tapi dia tidak cukup jelek juga. Dia hanya orang biasa di tengah-tengah kelompok dalam kasta sekolah. Seseorang yang tak seorang pun akan ingat setelah lulus.

Tetapi, jika ada hal yang luar biasa tentang situasi ini, itu adalah dengan siapa dia bicara.

“Disimpan di tempat yang sama seperti biasanya”

Orang yang menjawab adalah pria yang berdiri di seberang konter, pemilik tempat usaha.

 

Mungkin karena ini di Roppongi, tapi dia bukan orang Jepang. Dia adalah pria yang mengaku terlahir sebagai pria hitam asli Amerika, bertubuh besar layaknya raksasa dengan tinggi sekitar 2 meter. Tubuh kekarnya bisa terlihat dari rompi hitam yang ia kenakan.

Tangannya lebih besar dibandingkan paha anak tersebut. Sebuah luka sabetan terlihat dari mata kanannya dan mencapai sampe kepala plontosnya. Penampilannya tampak seperti karakter di film-film aksi barat

“Baiklah”

“Lalu, untuk request selanjutnya….”

“Aku ingin istirahat. Kasih aja ke orang lain”

“Oh, begitu….”

Pasangan yang sangat tidak cocok, dari seberang meja kau akan merasa tidak nyaman ketika melihatnya. Apalagi bagi seorang anak laki-laki Asia dengan tubuh sedang bersikap kasar seperti itu terhadap pria kulit hitam berwajah sangar, siapa pun yang melihatnya akan  merinding.

Sebenarnya, pria dan wanita yang tadinya berbicara sekarang mengawasi mereka dengan rasa takur. Sesekali pria dan wanita itu melirik, khawatir anak laki-laki itu akan dipukul oleh bartender. Seolah-olah mereka berkata, apakah anak ini akan baik-baik saja.

Namun, bahkan dengan kekhawatiran tamu lain, orang itu tidak menunjukkan kekhawatiran.

Tanpa menahan diri, anak laki-laki itu menyusun kembali kakinya dan berkata.

“Bikinin lagi, yang sama kaya tadi!

“Mau nambah ? Bukannya besok kau sekolah ?”

“Gak apa-apa, besok aku bakalan tidur juga”

“…..baiklah”

Berdasarkan pesanan anak tersebut, sang bartender membuat minuman baru.

Dengan handal ia memotong es menggunakan pemecah es. Dia menuangkannya ke dalam gelas yang baru disiapkan dan mengambil botol dari rak di belakang konter. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia menuangkan dua kali lipat.

Aroma yodium yang kuat menyengat hidung anak laki-laki pada saat minuman itu diberikan.

“Sudah waktunya untuk mengisi ulang ini……”

Bartender bergumam sambil melihat jumlah kecil yang tersisa di dalam botol.

Seperti yang dia katakan, hanya seperempat isinya yang tersisa. Isi botol yang berwarna kuning bergoyang seiring dengan gerakan lengannya. Disinari oleh pencahayaan yang redup, botol itu memancarkan kilauan yang kusam.

Melihat itu, anak laki-laki itu mengambil nada yang agak kuat.

“Jangan sampai kehabisan?”

“…… Ini adalah sake yang sangat langka. Jadi aku harus memakainya dengan benar”

“Jika sake itu habis, maka aku tidak akan mengambil pekerjaan apapun darimu”

“Aku mengerti. Aku akan menyiapkannya tanpa gagal. Aku punya kenalan yang menyukainya.”

“Kalau begitu, tidak apa-apa”

Anak laki-laki itu meminum sake yang baru dibuat.

Rangkaian kejadian di sini benar-benar tidak cocok. Jika saja anak laki-laki itu memiliki penampilan yang luar biasa, maka akan lebih mudah untuk diterima. Namun, dia biasa saja. Sangat biasa. Kelopak mata bermata satu dan gigi bengkok, dan tulang pipi yang sedikit menonjol.

Tidak bisa dikatakan bahwa dia keren dengan cara apapun. Tetapi dia tidak cukup jelek juga. Dia hanya orang biasa di antara kelompok kasta sekolah. Sangat biasa, dan sangat Asia. Karena itulah dia tidak cocok dengan situasi saat ini.

Sosoknya yang sedang minum sake dengan sikunya di atas meja terlihat lucu. Orang itu sendiri mungkin merasa senang, tetapi orang-orang yang menonton dari samping merasa jengkel, marah, dan malu. Jenis kejadian yang akan melekat sebagai kenangan buruk bagi orang lain.

Tapi meskipun begitu, jika ada hal yang luar biasa tentang dia, itu adalah dengan siapa dia  berbicara.

「Datang lagi minggu depan」

Bartender yang sangar itu mengatakannya seolah-olah mengkhawatirkan anak laki-laki itu.

「…… Kalau aku pengen」

Anak yang terlihat biasa-biasa saja itu memberikan jawaban singkat.

Perilaku itu persis seperti anak SMP saat festival sekolah mereka.

Itu tidak cocok untuknya sedikit pun.

「Oi oi, aku mengandalkanmu? Beneran」

Dia menatapnya dengan wajah seolah-olah sake miliknya tidak enak, dan si bartender bergumam dalam keadaan pasrah.

Nama anak nakal ini adalah, Nishino Gokyou

  • • •

SMA Tsunuma, adalah sekolah menengah atas biasa di wilayah metropolitan Tokyo. Para siswanya biasa-biasa saja, sehingga nilai mereka juga biasa-biasa saja. Juga tidak ada klub dengan prestasi yang menonjol secara khusus. Jumlah siswa yang memilih untuk melanjutkan ke universitas sekitar 50 persen, dan 50 persen lainnya mencari pekerjaan. Dan jumlah siswa yang masuk ke perguruan tinggi swasta bergengsi atau universitas negeri hanya segelintir saja sepanjang sejarah sekolah.

Tentu saja, jumlah siswa yang tertidur selama kelas banyak. Tetapi hari ini, hal itu dicegah oleh ujian kecil, sehingga para siswa menatap kertas ujian mereka. Mereka dengan panik mengisi jawaban saat mereka menghadapi lembar jawaban mereka.

Jika ada siswa yang tertidur saat ini, itu adalah Nishino.

Dia saat ini sedang tidur di mejanya.

Kinkon kankon, tak lama kemudian, suara yang menandai berakhirnya kelas berbunyi.

Lembar jawaban dikumpulkan, perintah untuk hormat diberikan, dan jam sekolah berakhir.

“Kalau begitu, itu saja untuk hari ini”

Guru dengan cepat mengumpulkan materi dan meninggalkan kelas.

Dengan itu, para siswa dengan cepat mulai bergerak. Itu baru kelas ke-4. Dan sekarang istirahat makan siang mereka dimulai. Semua orang pergi untuk mengambil makan siang mereka, beberapa pergi bersama yang lain ke kafetaria, beberapa bergegas untuk membeli makanan mereka, dan beberapa orang duduk di meja mereka dan membentangkan bekal mereka.

Dan saat lingkungan sekitar menjadi ramai, Nishino terbangun.

“…………”

Jika ada sesuatu yang tidak biasa, baik itu penampilannya atau nilainya, itu adalah sedikitnya hubungan yang dia miliki. Misalnya, dia tidak punya teman untuk makan bersama selama istirahat.

Karena itu, dia perlahan-lahan bangun, dan pergi ke kantin sendirian.

Dan orang yang mendekatinya dari belakang adalah.

“Oi, Nishino”

“……Kenapa, Ootake-sensei”

Dia adalah guru yang menjadi wali kelas Nishino, Ootake Seiji. Seorang veteran berusia 45 tahun dan mengajar matematika. Dia juga menjabat sebagai kepala sekolah. Di antara para siswa, ia memiliki reputasi sebagai orang yang suka menolong dan dapat diandalkan.

Tetapi jika dia memiliki beberapa kekurangan, itu adalah rambutnya yang telah rontok baru-baru ini. Karena hal ini, para siswi terkadang bertanya, “sensei bukankah kepalamu bermasalah”, karena khawatir. Tetapi semakin banyak yang bertanya, jadi stresnya pasti meningkat juga.

“Bapak dengar dari Yamada-sensei yang mengajar sejarah, kamu tidak boleh tidur saat ujian”

“Maaf”

Yamada-sensei adalah guru yang mengajar sebelumnya.

Sepertinya dia melaporkan kebiasaan tidur Nishino kepada atasannya.

“Yang akan mendapat masalah nanti adalah kamu. Karena ujian dimulai tahun depan”

“Tidak, aku akan mencari pekerjaan”

“Tapi, sebagai guru, aku tidak bisa membiarkanmu tidur selama pelajaran”

“…… Maaf”

“Tak apa, lain kali jangan diulangin”

“Baik”

Ootake-sensei pergi setelah memarahinya.

Itulah bukti kepeduliannya. Hanya untuk seorang murid saja, dia melakukan tugasnya sebagai guru. Ootake sendiri tau tentang kelakuan Nishino, jadi dia hanya bisa menghela nafas.

 

Karena sudah aman, Nishino melanjutkan perjalanan dia ke kafetaria.

Koridor ramai karena lagi jam istirahat.

Suta suta, suara langkah kaki yang cepat.

Saat dia berbelok, dengan tidak sengaja dia menabrak seseorang.

“Duh…… “

“Kyaa……”

Yang dia tabrak adalah seorang gadis. Nishino langsung mencoba untuk menghindar, tetapi gagal dan akhirnya mereka bertabrakan. Gadis tersebut sepertinya sedang berlari, sehingga dampak tabrakan itu membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Sedangkan Nishino hanya sedikit terkejut.

“Maaf”

Ia mengucapkan maaf karena panik.

“……..Kau tidak apa-apa ?”

Nada bicaranya agak aneh, itu karena cara berpikirnya berbeda dengan orang lain. Sepertinya dia kira bakal terdengar keren kalau bicara dengan nada sinis. Padahal nyatanya tidak seperti itu, justru teman-teman sekelasnya menganggap itu tidak keren sama sekali.

Sayangnya, kebenaran itu tidak mencapai telinganya. Karena kecemasan yang dia miliki sejak SMP tetap terbawa sampe SMA, begitu pula penilaian teman-teman yang sedang melihatnya.

“Seharusnya aku yang minta maaf karena terburu-buru”

Gadis yang sedang terduduk itu menghadap keatas untuk melihatnya.

Dia adalah gadis cantik dari kelas sebelah. Namanya Rose Rebmann. Jika mencari seseorang yang tidak biasa di sekolah yang sangat biasa ini, dialah yang pertama kali akan disebut.

Dia diterima beberapa bulan yang lalu dan menurutnya sendiri, dia adalah orang Inggris tulen. Umurnya 16 tahun, sama dengan Nishino. Dibandingkan dengan orang-orang seumurannya, belum lagi siswa asing lainnya, ia sangat pendek sekitar 130cm. Bersamaan dengan itu, rambut pirang lurus yang mengesankan memanjang melewati pinggangnya.

Seperti tinggi badannya, dia terlihat seperti anak kecil. Dia menonjol bahkan di antara orang lain yang berkulit putih. Bahkan jika itu tidak disengaja, ketika kau melihat matanya yang besar, bulat, dan biru, kau secara alami akan mulai bersikap lemah lembut. Dia adalah gadis yang sangat cantik. Karena hal tersebut, rombongan gadis yang membencinya memanggil dia dengan sebutan loli berambut pirang.

Karena itu juga, segerombolan lolicon merasa tertarik dengan dirinya.

“Tidak, seharusnya aku yang minta maaf”

Nishino bicara dengan nada selembut mungkin.

Lalu, Rose mengulurkan tangannya.

“Bisakah kau menolongku ? Nishino-kun”

Rose mengedipkan sebelah matanya. Jika murid lain melihatnya, Nishino pasti akan dipukul. Tetapi, dengan penampilan cantiknya, itu terasa natural, dan dia hanya mengangguk kepadanya.

「A, ah……」

Walau malu-malu, dia berikan tangannya ke Rose.

Dengan tarikan yang kuat, dia berdiri.

“Terima kasih”

“Tidak…”

“Aku permisi dulu ya”

Setelah dia berdiri, Rose langsung bergegas turun ke bawah.

Saat melihat ke arah punggung Rose, Nishino bergumam

“…….Perasaan kami sering tabrakan sejak bulan lalu”

Minggu lalu di tangga.

Dia hampir saja jatuh ke bawah tangga saat itu.

  • • •

Pemandangan yang sama tidak berubah dalam perjalanan pulang. Nishino yang merupakan bagian dari klub pulang meninggalkan ruang kelas setelah bel jam keenam berbunyi. Suara yel-yel dari klub olahraga, dan musik dari band yang sedang konser bergema di seluruh gedung sekolah.

Itu adalah peristiwa yang terjadi dalam perjalanan pulang.

Sebuah mobil berhenti di sisi trotoar di rute sekolahnya. Itu adalah sebuah mobil coupe import dari luar negeri. Sebuah mobil mewah seharga puluhan juta yen. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin berfoto dengan mobil yang kemungkinan besar tidak dijual lagi. Namun, dia tidak peduli dengan hal tersebut

“Hai~, apakah kamu mau pulang?”

Pengemudi itu mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil dan bertanya.

“….Apa urusanmu?”

Nishino bertanya dengan nada dingin tanpa berusaha menyembunyikannya.

Mereka berdua saling mengenal satu sama lain.

“Kamu menolak permintaan dari Marquis, jadi aku datang langsung menemuimu”

Dari wajahnya, dia tampak seperti orang Kaukasia. Seorang wanita cantik yang tampaknya berusia dua puluhan dengan rambut pirang platinum yang mengesankan yang mencapai pinggangnya. Karena setelan jas dan rok pendek yang dia kenakan, garis-garis tubuhnya terlihat jelas.

Pemilik payudara besar yang akan membuat pria manapun berpaling. Kenyataannya, semua orang yang lewat menoleh ke belakang untuk melihatnya, para pria muda khususnya, perhatian mereka tertuju pada belahan dada yang terlihat di antara celah kemejanya.

Jika ada pengecualian untuk hal ini, maka itu adalah Nishino.

“Kalau itu sebuah permintaan, maka sampaikan melalui Marques. Kalau tidak, aku tidak akan menerimanya”

“Ara, tidak disangka-sangka kamu sangat mempercayainya”

“…… Aku benci bagian dari dirimu itu, dan hal lainnya”

“Kau sepertinya sangat membenciku”

“Wajahmu adalah salah satu yang paling kubenci. Kalau kau punya permintaan,  tabrakan dirimu ke truk yang sedang lewat dan patahkan hidungmu yang tidak berguna itu. Dengan begitu kau pasti akan menjadi terlihat lebih cantik”

“Dingin sekali….”

Nishino mengabaikan itu dan terus berjalan.

Wanita cantik itu perlahan-lahan terus menjalankan mobilnya. Wajahnya mengarah ke trotoar dengan satu tangan memegang kemudi dan siku lengannya yang lain diletakkan di jendela.

Ini bukan jalan yang banyak mobil dan juga memiliki ruang yang cukup luas, jadi jika ada orang yang datang, mereka tidak akan menjadi menggangu. Meskipun demikian, Jika melihat plat nomor mobil, warnanya biru.

Semua mobil melambat saat mereka melintas di jalur yang berlawanan.

“Jadi gak berguna minta tolong mau bagaimanapun ?”

“Enggak”

“Tapi jika kau menerimanya, aku akan memberikan bonus yang luar biasa”

Dia tiba-tiba menghentikan mobilnya dan berdiri di depan Nishino.

Dan  menghalangi jalannya.

Ia menarik kemejanya yang terbuka, sambil menunjukkan belahan dada besarnya.

Melihat hal tersebut, Nishino merespon dengan sedikit rasa kesal yang terlihat dari kata-katanya.

“Satu saran aja, dan sebaiknya kau masukkan ke telingamu itu”

“Ara, bagus sekali. Saran apa itu ?”

“Aku benci orang sepertimu. Jika aku harus lebih spesifik lagi, aku benci manusia yang tidak punya apa-apa selain kesombongan mereka. Aku lebih memilih menjadi anak didik polisi daripada harus menerima permintaanmu.”

Kata-kata yang tidak cocok sama sekali.

Jika ada sesuatu yang tidak cocok, maka itu  karena wajahnya.

 

Jika kamu bertanya tentang wajahnya, maka itu terlihat seperti orang yang sedang memiliki beban yang luar biasa.

“Ara, jadi kamu punya rasa keadilan yang tinggi ?”

“Mengatakan lelucon membosankan seperti itu saat putus asa, kau sama seperti biasanya. Cepatlah kembali ke rumahmu”

Setelah mendengar kata-kata Nishino, wajah cantik itu berubah menjadi jengkel untuk sesaat.

Ini adalah respon yang wajar. Di satu sisi ada wanita kaukasia dengan kecantikan yang tak tertandingi. Dan di sisi lain ada seorang pria Asia biasa. Jika kau memperhitungkan kasta universal umat manusia, maka jelas sekali siapa yang lebih unggul.

“Se-sepertinya kamu sedang dalam suasana hati yang buruk hari ini, jadi aku akan kembali lain waktu”

Wanita cantik itu pergi diri dengan cara seperti orang dewasa.

Dan Nishino berbicara seolah-olah menyerang musuh yang sudah dikalahkan.

“Francisca, wajahmu adalah wajah kelima yang paling kubenci di seluruh dunia. Dan yang menempati posisi keenam adalah potret George Brummell. Benda yang memandang rendah orang lain”

Dia terus menyerang  wanita itu.

Secara kebetulan, orang-orang yang lewat juga mulai jengkel.

“Kalau begitu, maaf telah mengganggumu. Sampai jumpa nanti!”

Dia naik ke mobil melalui pintu yang dibiarkannya terbuka seolah-olah melarikan diri.

Pada saat yang sama dia masuk ke dalam mobil, dia meninggalkan pria biasa tersebut.

Suara ban yang mendecit di aspal bergema di sekelilingnya.

Mobil dengan cepat menjauh dari trotoar dan masuk ke jalan di depan. Setelah berbelok, mobil itu tidak terlihat lagi. Para pejalan kaki dipaksa mencium aroma asal dari knalpot mobil.

Nishino yang mencium aroma itu bergumam.

“Benar-benar, seorang wanita yang tidak pernah bosan dengan itu”

Meskipun dia mengatakan itu, dia juga adalah anak SMA yang tidak pernah bosan.

• •

Malam hari itu, sosok seorang wanita cantik sedang menggerutu di sebuah bar di Roppongi. Dan itu adalah tugas bartender untuk melayaninya. Yang pertama adalah orang yang baru saja mendapat perlakuan dingin dari Nishino, dan yang kedua adalah Marques, sang pemilik bar yang semalam berbicara dengan Nishino.

“Tidak ada gunanya, Marques”

“Itu sebabnya sudah kubilang berkali-kali. Kamu enggak cocok dengannya ”

Sang master memberikan tanggapan yang tepat untuk keluhan Francesca.

“Apa kecantikanku sudah tidak mempan lagi ? Itu pasti karena umurku, kan ?”

“Itu hal terburuk tentangmu. Jika kau ingin dia menerima permintaanmu, maka kau harus mengubah sikapmu itu. Penilaiannya terhadapmu saat ini adalah yang terburuk, setidaknya itulah yang aku pikirkan”

“Bagaimana ini bisa terjadi. Di negaraku mereka akan langsung menerimaku bahkan tanpa menunjukkan belahan dadaku, ini kok malah tidak bisa mendapatkan monyet kuning kotor itu, aku sudah cukup dengan ini”

“Itu sama saja bagiku. Jangan khawatir tentang hal itu”

“Fuun ? Jadi kamu bilang begitu”

“Apa maksudmu dengan itu?”

“Haruskah aku memberitahunya? “

“Aku tidak keberatan, tapi kalau kau memberitahunya, dia tidak akan pernah menerima permintaanmu, apapun yang terjadi”

“Aku tahu. Itu hanya candaan doang kok”

“Aku benci candaan yang tidak berguna itu”

“Ara, apakah pengaruhnya menular padamu?

“Kalau gitu, tidak akan ada sake untukmu nanti, apa kau mau melanjutkannya?”

“Aku tahu. Hanya sebuah keluhan. Maaf”

“Buang jauh-jauh kesombonganmu yang tidak berguna itu. Itu adalah teknik yang paling penting dalam bernegosiasi.”

“Negosiasi, ya? Dengan orang Asia yang tidak keren itu.”

“Selama kau bicara seperti itu, dia tidak akan menerima permintaanmu. Dia tidak mencari orang lain, dan dia bukan tipe orang yang suka membanggakan diri kepada orang lain. Dengan kata lain, dia bisa melakukan semuanya sendiri.”

“…… Aku mengerti. Pria yang membosankan.”

“Namun, hal itu tampaknya populer di negara ini.”

“Dari mana informasi itu berasal?”

“Itu tertulis di buku yang dia baca sebelumnya”

“Ara, buku apa itu? Itu ada di pikiranku sekarang”

“Itu adalah novel hiburan yang ditujukan untuk anak muda di negara ini”

“Hee, tidak disangka-sangka kau membaca hal seperti itu”

“Dia lupa tentang itu. Kalau kamu mau membacanya, aku akan meminjamkannya padamu.”

“Memberikannya, sungguh orang yang buruk”

“Ini adalah sesuatu yang terlupakan”

“Kalau begitu, kirimkan ke tempat yang sama seperti biasanya. Aku akan memeriksanya nanti”

“Baiklah”

Sambil berbicara, bartender dan wanita di konter mengeluarkan sake. Es bundar yang mengambang di gelas batu diselimuti oleh cairan kuning. Aroma manis vanila memenuhi ruangan.

Tidak ada tanda-tanda pelanggan lain.

Tengah malam berlalu, dan hanya sosok keduanya yang ada di sana.

“Minum itu dan pulanglah”

“Terima kasih. Aku akan melakukan hal itu”

Francesca mengambil gelas yang diberikan dan meminumnya dalam satu tegukan.

“Omong-omong, apa yang akan kau lakukan dengan permintaan nyusahin itu?”

“Jika dia tidak mau melakukannya maka aku harus mencari orang lain”

“Apakah ada orang lain yang ada dalam pikiranmu?”

“…… Tidak ada”

“Kalau ada, pasti kau tidak akan minta tolong ke orang itu, kan”

“Benar, apa yang harus aku lakukan”

Francesca mulai menggerutu dengan kepala tertunduk. Ini pasti masalah yang cukup besar yang dia miliki, dan karena apa yang terjadi, dia berada di ujung tanduk. Seolah-olah menkonfimasikannya, dia akhirnya membanting gelas ke atas meja.

Karena tidak ada pelanggan lain. Dia berteriak dengan suara keras.

“Cukup! Karena monyet kuning itu, prospek masa depanku benar-benar kelam”

“Jangan berteriak seperti itu. Kita tidak tahu apakah ada orang lain yang mendengarkannya.”

“Apa? Apakah telinganya sampai ke sini?”

“Aku tidak pernah bilang begitu. Tapi, kemungkinannya bukan nol.”

“Sungguh, sungguh bakat yang menjengkelkan, anak nakal terkutuk itu!”

“Karakter aslimu akan keluar”

Bartender itu menatap wanita liar yang terpengaruh oleh sake dengan ekspresi gelisah. Sepertinya dia ingin mengatakan cepat dan pulanglah. Sambil diganggu oleh rekannya, dia mengambil satu serbet dan mulai memoles gelas yang ditumpuk di wastafel.

“Betapa menjengkelkan! Bukankah seharusnya anak itu merasa senang dengan dirinya sendiri jika aku memperlakukannya dengan baik? Aaah, akulah yang ingin membunuhmu. Sungguh, aku tidak bisa mengatakan betapa menjengkelkannya dia. Suatu hari nanti aku pasti akan membunuhnya”

“Nah, kalau kamu punya energi sebanyak itu, kamu pasti baik-baik saja”

Wanita cantik pirang itu mengeluh sambil minum.

Dan bartender terus menanggapinya.

• •

Rumah Nishino adalah sebuah bangunan apartemen di daerah perumahan yang diperuntukkan bagi satu orang.

Dengan kata lain, ia tinggal sendiri.

Setelah tinggal jauh dari orang tuanya selama beberapa tahun, dia sudah terbiasa memasak, mencuci, dan bersih-bersih, sudah cukup lama dia tidak lagi menganggap hal-hal ini sebagai hal yang merepotkan. Dan ia masih mampu mempertahankan kehidupan sehari-harinya sebagai seorang siswa sambil bekerja.

Dia tinggal di sebuah ruangan yang terdiri dari sekitar 6 tikar tatami.

“…………”

Makan malam untuk malam ini adalah ramen instan dengan salad kemasan. Dia sudah memiliki banyak stok ramen instan, tetapi salad kemasan adalah lauk yang dibeli di minimarket dalam perjalanan pulang. Bumbunya adalah biji wijen, jahe, dan saus salad dressing.

“…………”

Itu adalah makanan yang dia beli berkali-kali untuk dimakan, jadi, dia sudah terbiasa dengan rasanya.

Tanpa memikirkan apapun, dia mengisi mulutnya dengan selada, kubis, dan jagung. Dia mulai memakan saus yang bertebaran di wajahnya dan semuanya dengan cepat menghilang. Tidak cukup. Jumlahnya tidak cukup.

“…………”

Nishino Gokyou, 16 tahun. Hari-hari berlalu dan rasa kekosongannya terus bertambah.

Tidak ada kehangatan dalam hidupnya.

Sudah waktunya dia terbiasa hidup sendiri, karena sudah beberapa tahun sejak dia meninggalkan orang tuanya untuk hidup sendiri. Tapi dia tidak  menyukai makanannya, makanan sehari-harinya adalah lauk pauk dari minimarket terdekat. Dia memiliki penghasilan yang cukup untuk membelinya, tetapi butuh waktu sebelum dia bisa terbiasa.

Dia tidak tahu berapa kali dia sudah mendapatkan salad jagung seharga 918 yen.

Ketika sedang menyantap makanannya, terdengar suara dari sudut ruangan, seperti suara decitan.

Itu adalah seekor hamster di dalam kandang yang ditempatkan di bagian bawah rak baja yang mulai memainkan mainannya. Hamster itu berlari dengan sekuat tenaga di atas mainan berbentuk roda. Suara decitan bergema di ruangan yang tidak memiliki suara lain.

“…… Ah”

Seolah-olah mengingat sesuatu, dia berdiri dan menuju ke dasar kandang.

Dia mengambil makanan padat dari kantong plastik yang diletakkan di samping.

Lalu, dia mengisi kembali makanan yang ada di dalam kandang.

“…………”

Sebuah hal kecil yang sederhana muncul pada Nishino. Dengan lembut menatap ke dalam kandang pada hamster yang melompat saat makanannya diisi ulang. Ini mungkin terlihat agak menjijikkan, tetapi mau bagaimana lagi karena dia adalah pria yang terlihat biasa-biasa saja.

“Aku membeli stroberi hari ini. Aku juga akan memasukkan ini ke dalam “

Dia membuka kandangnya sedikit dan meletakkan stroberi di dalamnya. Hamster itu dengan cepat bergerak ke arahnya dan mulai mengunyahnya. Nishino tidak melakukan apa pun selain menatap sosok itu.

Dia melewati malamnya dengan menyayangi hamster peliharaannya.

 

Note : 20 tsubo = 66 m2


Nishino

Nishino

Nishino Gakunai Caste Saikai Ni Shite Inou Sekai Saikyo No Shonen, Tales of Nishino (Original WN name), テイルズ・オブ・西野 (Original WN name), 西野 ~学内カースト最下位にして異能世界最強の少年~,Nishino – The Boy At The Bottom Of The School Caste And Also At The Top Of The Underground
Score 6.8
Status: Ongoing Tipe: Author: , Artist: , Dirilis: 2018 Native Language: Japanese
Nishino Gokyou, anak sekolah menengah yang tumpul di tengah -tengah kasta sekolah, dan yang memiliki kemampuan terbesar di lingkungan itu. Sambil peduli dengan penampilannya, ia menghabiskan setiap hari mengubur dirinya dalam pekerjaannya yang memanfaatkan kemampuannya. Dia menganggap kehidupan kesendirian ini dapat diterima. Namun, hari -hari itu tidak akan bertahan lama. Jatuhnya tahun keduanya, Perawan mengakui berharga pemuda melalui festival budaya. Dia belajar tentang pentingnya persahabatan dengan yang sebaliknya S*x. Dengan ini, bocah Nishino itu memutuskan untuk menyerahkan daun baru dari kehidupan sederhana yang dimilikinya, bersama dengan merevisi sikapnya terhadap kehidupan sehari -harinya, dan untuk menjadi pacar yang luar biasa untuk menikmati waktu sekolah menengahnya, ia menggunakan segala cara dalam dirinya pembuangan untuk berjuang dengan kasta sekolah, tetapi peluang pendakian tidak terlihat hebat, ini adalah, apa yang Anda sebut, cerita yang direbus (bersama dengan pertempuran superpower)

Komentar

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset