Hari pun berganti, setelah menantap sarapannya, ia pergi ke markas prajurit bersama Alex menggunakan kereta.
Markas penjaga terletak di dekat gerbang timur, dan dalam perjalanan dari rumah walikota menuju kesana akan melewati alun-alun kota.
Seolah sangat mengenali kota ini, Darmesia yang berada di kursi kusir mengemudikan kereta menelusuri kota tanpa hambatan.
Petugas di pos jaga pun langsung mengenali kereta walikota saat kereta tersebut berhenti di depan markas prajurit.
“Cain-sama, Alex-sama, Kita sudah sampai di markas prajurit.. “
Darmesia membukakan pintu.
“Terima kasih”
Cain dan Alex pun turun dari kereta dan menuju ke ruang tamu yang ada di markas prajurit. Di dalam markas ini, selain ada para prajurit, juga ada para ksatria dari ibukota yang sedang bersiap-siap untuk pemindahan. Ketika menyadari kehadiran Cain, mereka memberhentikan sejenak pekerjaan mereka untuk memberi hormat.
“Cain-dono, sudah lama tidak berjumpa…”
Ketika menoleh kearah asal suara itu, Cain pun melihat sosok Dime yang merupakan wakil ketua Royal knight. Selain sorang kapten, dia juga merupakan teman berlatih, sosok itu menggunakan armor putih perak. Menyadari keberadaan sosok itu, Cain memasang wajah lembut.
“Sudah lama ya… Apa perlu Wakil komandan Royal Knight sampai repot-repot mengurusi pemindahan seperti ini ya…”
Cain dan Dime berjabat tangan. Memang aneh melihat orang berusia lebih dari tigapuluh tahun berjabat tangan dengan seorang anak kecil sambil tertawa.
“Yahh… karena ini adalah kesalahan kerajaan… bahkan ini adalah permintaan langsung dari Perdana Menteri kepada Royal Knight, Ketua tidak bisa hadir karena ada tugas mengawal keluarga raja dan tidak bisa meninggalkan ibukota, jadi akulah yang datang menggantikannya…”
“Ah, perkenalkan, ini adalah kakak ku Alex, dia adalah wakil walikota baru di kota Drintle ini… “
Alex maju selangkah dan memperkenalkan dirinya.
“Namaku Alex von Silford, aku telah ditunjuk sebagai pengganti walikota Drintle… Meskipun aku ini adalah kakak nya Cain, karena aku adalah anak kedua, panggil saja aku Alex…”
“Aku Dime von Gazard, Wakil komandan Royal Knight, salam kenal… Cain itu sejak umur lima tahun selalu menemani kami berlatih, jadi kemungkinan ia sudah kenal dengan kebanyakan orang di Royal knight… Lagipula disana dia paling kuat.. bahkan dia lebih kuat dari komandan Tiffana…”
Meskipun Dime menyatakan itu sambil tertawa, namun Alex hanya mampu tersenyum pahit sambil menoleh kearah adiknya itu.
Meskipun dia tahu Cain telah menjadi bangsawan sepenuhnya ketika berusia lima tahun, namun dia tidak menyangka adiknya akan menemani pasukan Royal Knight yang merupakan pasukan terkuat di kerajaan ini. Menjadi sosok terkuat diantara mereka itu berarti adalah menjadi yang terkuat di seluruh kerajaan Esfort. Ia tidak pernah menyangka Cain yang sedang menggaruk-garuk kepala disampingnya ini akan bisa sekuat itu.
“Hari ini, kepada keempat pelaku utama akan dilakukan pemindahan ke ibukota, sedangkan sisanya akan menjadi budak kriminal, dan akan dibawa oleh pedagang budak akhir pekan nanti…”
Dime mengangguk pada penjelasan Cain.
“Sebelum itu, coba lihat lah keempat pelaku utama itu, itu perbuatan Cain kan? Mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa jika seperti itu…”
Dime tertawa sambil memandu Cain dan Alex. Penjara di Markas prajurit terletak di bawah tanah, dengan dipimpin oleh Dime, kedua orang itu mengikuti dibelakangnya. Setelah itu, mereka bertemu dengan para prjaurit yang ditugaskan membawa keempat tahanan itu.
Meskipun masing-masing tahanan di penjara ini di jaga oleh dua orang prajurit, namun tampaknya mereka sangat khawatir karena adanya puluhan orang tahanan disini.
Melihat wajah walikota, Cain, eksperesi mereka sedikit lebih berani. Setelah menyapa para prajurit itu, dengan dipandu oleh Dime, mereka menuruni tangga.
Diruangan bawah tanah, meskipun ada udara yang masuk, penerangan disini sangat minim, hanya mengandalkan cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah yang ada. Ada sel-sel kurungan di kedua sisi koridor, dan berisikan para penyerang yang telah dipisahkan menjadi beberapa orang per sel.
Para penyerang itu menjerit ketika melihat wajah Cain.
Beberapa dari mereka bahkan meneriaki Cain sebagai Iblis atau pengguna monster, ada juga beberapa yang gemetaran dan juga pingsan. Jelas mereka sangat ketakutan melihat Cain.
Melihat pemandangan ini, ketiga orang itu saling bertatapan. Dime tertawa, Alex tersenyum pahit, dan Cain memasang ekspresi heran, tak mengerti kenapa mereka bisa setakut itu.
“Cain, Mereka sampai ketakutan begitu, apa sebenarnya yag telah kamu lakukan pada mereka? Bahkan ada juga yang sampai pingsan.. “
Cain tidak membunuh satupun orang penyerang yang memasuki rumah walikota. Ia hanya membunuh satu orang, yaitu yang telah menjadikan Enark sebagai sandera.
“Aku hanya membuat mereka menghadapi hewan panggilanku saja…”
Cain menjawab seolah tak terjadi apa-apa. Dime pernah melihat hewan panggilan Cain. Dia hadir ketika mereka di panggil di ruang pertemuan istana kerajaan. Itu adalah sosok serigala putih dan naga perak yan mengeluarkan aura bermartabat lebih dari monster manapun, yang membuatnya seolah ingin berlutut. Dime gemetar ketika membayangkan para penyerang itu berani melawan kedua monster itu bersamaan.
Ketika mereka sampai ke ujung koridor, terdapat sebuah kurungan berukuran kamar pribadi. Disana terlihat empat sosok petualang rank A, serta keempat pelaku utama. Pada saat itu Rick hanya menerima satu pukulan dan langsung pingsan, jadi dia tidak cacat sedikit pun, sedangkan ketiga orang lainnya kehilangan bagian tubuh mereka. Kondisi mereka hanya luka nya saja yang telah tertutup berkat sihir penyembuhan Stag.
Ketika mereka melihat sosok Cain yang berada di belakang kapten ksatria, mereka mulai bergetar. Sedangkan Stag mulai berdoa memohon pengampunan melihat sosok yang telah menggunakan sihir penyembuhan tingkat atas yang hanya bisa digunakan oleh orang sekelas kepala pendeta itu.
Hanya Elive yang berani melotot menatapnya.
“Tanpa Aku kota ini tidak akan jadi apa-apa!!! Hanya aku yang tahu tempat menyimpan seluruh uangnya!!! Jika kau menganggap seorang anak kecil bisa memimpin kota ini, itu adalah salah besar!!! “
Cain pun berdiri dihadapan Elive yang mengumpat kearahnya.
“Elive, kalian ini telah keterlaluan… Mungkin kalian berniat untuk memperbaiki kota ini, namun cara kalian itu salah… Kalian akan dibawa ke Ibukota, dan mungkin akan di investigasi lebih lanjut disana.. Lagipula aku tak akan pernah memaafkan mu atas apa yang kau lakukan kepada penginapan [Cat Calmness]… Dan juga, kami telah mengembalikan dana yang telah kau sembunyikan di ruang rahasia di ruang kerjamu… “
Cain memancarkan sedikit aura membunuh. Para tahanan yang diterpa aura itu, semakin gemetaran. Elive yang ada dihadapannya langsung pingsan. Dan tiba-tiba, ada telapak tangan menyentuh pundak Cain dari belakang.
“Cain.. Aura membunuhmu keluar loh… Meskipun aku baik-bik saja tapi para penjaga dan kakak mu juga kesulitan.. “
Cain menoleh kearah Alex yang terduduk lemas. Para prajurit juga memucat dan gemetaran.
“Ah, kak Alex, maafkan aku.”
Setelah Cain menarik kembali aura membunuhnya itu, Alex yang dipandu oleh para prajurit berhasil kembali berdiri.
“Yahh.. aku benar—benar terkejut… Aku tidak menyangk aura membunih Cain saja bisa membuatku sampai sesulit ini… Sudah tidak apa-apa, para prajurit juga terimakasih ya…”
Alex berdiri dan menepuk-nepuk pakaiannya yang kotor ketika tadi dia terduduk.
“Kalau begitu, kita akan segera memindahkan mereka… kalian bawa keempat orang ini!! “
Dengan perintah dari Dime, para ksatria membuka kunci penjara, dan membawa mereka satu-persatu. Ketiga orang yang tak punya kaki itu dibawa dengan tandu dan diikat.
Keempat tahanan itu sudah diangkut, Melihat penjara yang kosong itu, Cain menetapkan dalam hatinya untuk membuat kota ini menjadi lebih baik.
Setelah keluar dari ruang bawah tanah, keempat pelaku itu diangkut kedalamm kereta oleh para ksatria. Para ksatria sudah bersiap, dengan menuggangi kuda-kuda milik mereka.
“Kalau begitu Cain, ayo kapan-kapan kita latihan lagi di ibukota…”
Dime tertawa dan melambaikan tangannya, lalu memberi aba-aba untuk berangkat. Cain dan Alex hanya menonton berangkatnya rombongan ini.
Darmesia berbisik di telinga Cain.
“Saya juga telah memberikan pengawal kepada Dime-sama, dan membuatnya akan menyelamatkan beliau jika terjadi sesuatu… Jadi harap tenang…”
Cain mengangguk pada penjelasan Darmesia. Dia merasa tenang karena pengawal telah melindungi mereka. Namun Cain berpikir, setidaknya tolong jangan serangga.