Setelah perkenalan selesai, terdengar suara tepuk tangan menggema di seluruh aula. Dan ketika mereka selesaikan dengan bersulang, alunan musik kembali dimainkan.
Ketiga tunangan Cain itu berbaris dan menerima ucapan selamat dari ara bangsawan satu persatu. Ketika Cain melihat kearah ketiga tunangannya itu, mereka bersolek dengan riasan wajah yang tipis, meskipun Cain sudah lama mengenal mereka, ia tetap terpesona dengan penampilan mereka ini.
“Cain-kun.. akut titip Silk ku ini ya… yyah aku yakin tak akan terjadi apa-apa sih… Dan juga….”
Duke Eric mendekatkan wajahnya kearah Cain dan berbicara dengan suara yang lirih.
“…Kalau mau bikin anak setelah dewasa saja ya…”
“Tu-tu!! “
“Ihh! Ayah ini!! “
Nampaknya Silk yang ada disebelahnya mendengar hal ini, dan ia memalingkan wajahnya yang memerah itu. Bahkan mungkin Telestia juga mendengarnya, dan kini ia memasuki mode khayal, ia hanya menatap lngit langit sambil memegangi pipinya yang memerah itu.
Duke Lethan juga tersenyum dan hanya mengatakan sepatah kata,
“Mari kita bertanding lagi lain kali, aku titip Tiffana ya…”
Setelah itu, mereka menerima ucapan selamat dari seluruh bangsawan kelas atas beserta keluarga mereka. Dan diantara mereka, Marquis Cordino dan puteranya Haabbit datang menghampiri.
Meskipun tampak enggan, Marquis Cordino tetap memberikan ucapan selamat kepada Cain. Dan Habbit yang ada di sampingnya juga tampak tidak senang, dan tidak mengatakan apapun. Mungkin ini karena ia merasa Cain telah merebut Silk darinya sejak usia Cain 5 tahun. Terlebih Cain juga bertunangan dengan Puteri Telestia yang juga sangat cantik, wajar saja jika dia cemburu. Namun meskipun mereka seumuran, Cain telah menjadi Earl yang merupakan bangsawan kelas atas. Ia tak bisa banyak protes tentang ini.
Mengesampingkan mereka yang sedang dalam suasana tidak bersahabat, Cain tetap menyambut para bangsawan yang memberikan ucapan selamat. Kemudian, Garm dan Sarah datang memberikan ucapan selamat, membawa serta Reine yang tampak sedikit murung.
“Cain… meskipun kamu sudah bertunagan, kamu masih belum dewasa, kamu mengerti maksudnya kan?? “
“Cain!! Cepat tunjukan anak yang manis kepada kami ya!!! “
Cain hanya tersenyum pahit mendengarkan dua nasehat yang saling bertentangan ini.
“Puteri Telestia, Nona Silk, Nona Tiffanam, tolong rawat Cain..”
Dengan lembut Garm menundukan kepalanya kearah ketiga tunangan Cain. Mereka bertiga agak terkejut, dan segera menjawab.
“Cain-sama akan berjuang bersama dengan kita semua…”
“Karena kita semua sama, jadi mari hadapi ini dengan rasa bahagia… “
“Aku pasti akan melahirkan anak yang kuat!! “
Sepertinya hanya Tiffana yang memberikan jawaban yang agak bermasalah, namun Cain mengabaikannya dan mengangguk.
“Kakak Reine.. aku mohon bimbingannya… “
“Kakak Reine, tolong jaga kami…”
Mendengar perkataan Telestia dan Silk ini, membuat ekspresi wajah Reine melembut.
“—kakak….. kaka…. Hehehhe…. Ya!! Tentu saja!!! Sebagai kakak kalian, mari mengakrabkan diri!!!! “
Reine yang tidak memiliki adik perempuan itu tersenyum lebar hanya karena di panggil kakak. Lalu Garm bersama dengan Reine yang sedang dalam suasana hati yang ceria itu meninggalkan mereka dan bergantian dengan bangsawan lain.
Ucapan selamat terus berdatangan, dan ketika bangsawan kelas atas telah selesai memberikan ucapan mereka, kini giliran para bangsawan kelas bawah.
Viscount Tris datang menghampiri dengan otot yang menyembul di balik pakaian bangsawan yang ia kenakan, serta senyuman yang menghiasi wajahya. Dia adalah pelindung kota Ramesta, kota benteng di wilayah Gracia, Cain pernah bertemu dengannya ketika upacara ulang tahun kelima Cain.
“Tuan Kain, Saya mengucapkan selamat untukmu… Aku tidak menyangka anak kecil itu kini sudah menjadi sosok yang sempurna… prajurit kami pun juga turut berbahagia…”
Tris berbicara sambil tetap tersenyum, sepertinya karena kini Cain telah menjadi Earl, dia agak memilih-milih kata-katanya.
“Viscount Tris jangan seperti itu… perlakukan aku seperti dahulu saja.. “
Cain mengatakan itu, namun Tris langsung menggelengkan kepalanya.
“Tentu saja tidak bisa begitu… tuan Cain ini sekarang sudah menjadi bangsawan kelas atas… Yah mungkin tidak apa-apa jika itu dalam urusan pribadi, tapi saat berada di tempat umum seperti ini, jika aku tidak memperhatikan bahasaku, akan ada orang-orang yang mengeluh nantinya…”
Mendengarkan penjelasan ini, Cain hanya bisa mengangguk.
“Mari kita berbincang lagi dirumah ayahku… “
Viscount Tris mengangguk sambil tersenyum, dan kemudian kembali ke kerumunan orang-orang. Dan Cain kembali menyambut para bangsawan. Tak lama kemudian, kini giliran Viscount Langdosha, bangsawan yang ia temui taadi di depan intu masuk Istana.
“Earl Silford, aku benar-benar minta maaf atas ketidak sopanan ku tadi siang… sepertina aku kekurangan informasi setelah lama tak berkunjung ke ibukota.. “
Cain yang memiliki kesan baik terhadap Viscount Langdosha ini membungkuk ringan dan menjawab dengan peuh senyum diwajahnya.
“Tolong janag pedulikan hal itu… mohon kerja samanya… “
Mendengar perkataan Cain, Viskount Langdosha mengangkat wajahnya dan berjabat tangan dengan Cain. Setelah berbincang sedikit dengan Viscount Langdosha, kini adalah giliran Viscount Santos, ayah nya Sarah yang datang menghampiri.
“Tuan Cain, aku benar-benar turut bersuka cita atas acara hari ini… Aku benar benar tidak menyangka anda akan menjadi Earl secepat ini.. bahkan sampai menikahi Tuan puteri serta nona Silk… bahkan nona Tiffana juga… ini benar-benar diluar ekspektasi… yah ini wajar sebagai cucuku…”
Viscount Langdosha, yang masih berada di dekat mereka kembali setelah mendengar kata cucu disebutkan.
“Tuan Cain, aku dengar barusan tuan Santos mengatakan cucu?? “
Cain ingin menjawab pertanyaan ini, namun Viscount Santos membuka mulutnya terlebih dahulu.
“Tuan Langdosha… benar begitu… beliau ini juga cucu saya… puteriku menikah dengan Margrave Garm…”
Viscount Langdosha nampak agak terkejut mendengar pernyataan Viscount Santos yang mengatkaan itu dengan penuh semangat.
“Aku tidak menyangka… Aku banyak merepotkan tuan Santos… aku tidak pernah menyangka ternyata kalian mempunyai hubungan seperti itu…”
“Yah.. tidak enak berbicara disini, nanti mengganggu orang selanjutnya, jadi mari kita berbincan disebelah sana… kalau begitu, permisi tuan Cain…”
Setelah mereka berdua pergi, Cain melanjutka kegiatannya menyambut para bangsawan yang datang memberikan ucapan selamatm dan Cain mulai merasa lelah setelah melakukan ini lebih dari satu jam.
Telestia dan Silk sudah berada di meja dan berbincang dengan siswa dan alumni yang usianya tak jauh berbeda dengan mereka. Sedangkan Tiffana sedang di kelilingi oleh para petinnggi militer yang berotot. Apa boleh buat, ia memang sedikit aneh karena selalu bergaul dengan pedang dari waktu ke waktu.
Cain menerima minuman yang disediakan oleh pelayan, ia mulai sedikit bersantai, dan pesta ini mulai mendekati akhir acara. Sisanya tinggal mendengarkan sepatah kata dari Saint lalu ditutup dengan ucapan terimakasih dari sang raja.
“Sedikit lagi ya…..”
Cain sedikit melirik kearah Hinata. Dan melihat dia berada di menja yag sama dengan para keluarga kerajaan, dan sedang mendengarkan perkataan mereka sambil mengangguk tanpa ekspresi.
Dan pesta ini pun memasuki tahap akhir. Alunan musik terhenti, dan Raja pun berdiri setelah Aula menjadi benar-benar hening.
“Tadi itu benar-benar saat-saat yang meyenangkan… namun ini akan segera berakhir… dan sebelum itu, mari kita dengarkan pesan-pesan dari sang Saint… silahkan…”
Setelah dipersilahkan oleh sang raja, Hinata pun berdiri di sebelahnya. Cain merasa wajah Hinata agak memerah, da ketika ia melihat keara meja tempat Hinata duduk, ia melihat segelas wine yang telah diminum setengahnya.
“…Jangan-jangan…”
Cain menatap Hinata dengan penuh rasa khawatir, lalu pandangan mata mereka bertemu. Hinata membalas dengan senyum meski wajahnya memerah.
“Terima kasih telah mengundangku pada acara hari ini… Dengan ini atas nama Saint, aku mengucapkan selamat kepada Earl Cain bon Silford, Tuan piteri Telestia, Silk-sama, dan Tiffana sama atas pertunagan kalian….”
Dan kemudian, perkataan Hinata sebagai sang Saint berlanjut.
“Sebagai penutup, kemarin saat aku sedang berdoa di gereja, aku mendapat kan petunjuk dewa… dan aku akan mengumumkan nya disini…”
Tak ada satupun bangsawan yang tidak terkejut setelah mendengaar kata petunjuk dewa disebutkan. Terdengar tepuk tangan dan sorakan yang sangat luar biasa ditujukan kepada Hinata.
Bahkan baik sang raja, para bangsawan kelas atas, maupun para pendeta yang mengurus gereja di kerajaan ini terkejut mendengar kata petunjuk dewa disebutkan.
“Di sini aku akan menyampaikan pesan para dewa apa adanya…”
Mengesampingkan para bangsawan, Hinata berdiri di tempat tertinggi di aula. Dan terakhir, ia melirik kearah Cain dan terseyum seolah ingin melakukan hal jahat.
(Sepertinya aku punya perasaan tidak enak…. Kuharap para dewa itu tidak mengatkan hal yang aneh-aneh…)
Cain sedikit mengkhawatirkan tentang makna senyuman itu.
“Beginilah isi pesan para dewa tersebut [Wahai Hinata… Jadilah Istri Cain von Silford Drintle, dan berikan dukungan mu kepada suamimu, Cain von Silford Drintle beserta para tunangannya..] begitulah bunyi peesan para dewa tersebut…”
Ini Hadiah Untuk Kalian yang mencari kemana hilangnya Hinata…!
“….”
Tak ada satupun yang dapat berbicara. Semua orang sangat terkejut dengan isi dari petunjuk dewa ini.
Tentu saja Cain yang telahmengenal para dewa itu yang ekspresinya paling terekejut. Dengan wajah yang melembut, Hinata melanjutkan perkataannya.
“Dan aku akan mematuhi perintah para dewa ini…”
Hinata mengangguk sambil tersenyum. Mendengar hal itu, baik sang raja maupun para bangsawan hanya diam terpaku. Tentu saja Cain juga terbengong mendengar isi petunjuk itu.
Lelaki yang telah bertunagan dengan keluarga kerajaan, beserta dua keluarga Duke, kini akan menambah seorang Saint. Hal ini bukanlah hal yang mudah untuk diterima akal mereka. Jika kita bicara tentang Saint, dia adalah sosok yang sanggat dipuji dan dikagumi oleh penganut kepercayaan Marineford di seluruh dunia ini.
“Saint-dono…. Sepertinya itu agak… mustahil…”
Menanggapi sang raja yang akhiirnya membuka mulutnya, Hinata pun membalas.
“Itu adalah perintah dewa, jadi anda tidak ingin mengikutinya??”
“Itu…”
Dan semua orang mengakhiri pesta pertunangan ini dengan senyuman yang kaku.