DOWNLOAD NOVEL PDF BAHASA INDONESIA HANYA DI Novel Batch

Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha (LN) Volume 5 Chapter 08 Bahasa Indonesia

Keraguan Yang Tumbuh

Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha (LN) Volume 5 Chapter 08 Bahasa Indonesia

“Hei, perkiraan lembar anggaran tidak bisa ditemukan. Aku tidak bisa meminta izin tanpanya.”

“Umm…”

Setelah pernyataan Nee-san, ruangan OSIS menjadi sedikit lebih berisik dibandingkan sebelumnya. Todoroki-senpai, masih belum menunjukkan keinginan untuk benar-benar bekerja, perlahan mendorong tubuhnya dari meja. Hanawa-senpai melihat sekelilingnya dan di PC, tapi perkiraan lembar anggaran ini tidak bisa ditemukan.

“Hmm…mungkin itu masih belum sampai ke kita? Komite pelaksana festival budaya mungkin masih memilikinya?”

“Oh ya, kita tidak mendapatkan banyak laporan dari mereka dibandingkan tahun lalu.”

“Aneh…Sepertinya itu bukan sesuatu yang akan memakan waktu lama.”

“…Hah.”

Percakapan berkembang dengan Yuuki-senpai dan Hanawa-senpai sebagai pusatnya. Mendengarkan ini, Nee-san menghela nafas terganggu. Mengesampingkan dia, ketika aku melihat mereka berinteraksi seperti ini, aku benar-benar tidak bisa tidak melihat mereka sebagai pasukan keren dan tidak ada yang lebih berharga. Kami bahkan memiliki satu gadis cantik yang mengantuk di sini.

“Wataru, pergi dan ambil itu.”

“Apa?”

Apa? Apakah dia baru saja melemparkan tulang ke arahku?

Aku berbalik ke arah tempat dia melihat saat dia mengangkat dagunya.

Aku bukan anjing, apa yang kau bicarakan. Apakah kau akhirnya menjadi gila? Apakah roti kukus mengambil alih otakmu?

“Kenapa kamu menatapku seperti ayam yang kaget? Aku memberitahumu untuk pergi ke komite festival budaya dan mendapatkan data kami yang kurang. Secara khusus, yang baru saja kusebutkan.”

“Ah, ya.”

“Ini, ban lenganmu. Mereka akan menganggapmu sebagai penyusup yang mencurigakan kalau kamu tidak memakai ban lengan.”

“Aku masih seorang siswa di sini, kau tahu.”

Perlakuan yang kasar—itulah kehidupan sehari-hariku. Tidak peduli berapa banyak dia menyuruhku, aku tidak bisa mengeluh. Nee-san sialan itu, dia mencoba membesarkanku sebagai budak perusahaan dengan nyawaku yang dipertaruhkan.

Setelah meletakkan ban lengan OSIS di lenganku, aku menuju ke ruang sementara komite pelaksana festival budaya. Bagaimana jika mereka mengatakan sesuatu seperti ‘Orang itu bagian dari OSIS?’. Kalau aku hanya mengatakan namaku dan menyatakan bahwa ‘Aku adalah anjing peliharaan OSIS’ semuanya akan baik-baik saja, kan? Padahal, aku tidak tahu bagaimana perasaanku tentang mendapatkan data. Ini pada dasarnya meminta hasil pekerjaan yang belum selesai. Oh ya, Sasaki dan Natsukawa juga ada di sana… Ahh, sungguh menyebalkan… Aku tiba di depan pintu dan mengambil napas dalam-dalam.

“Punten …”

Masuk ke dalam, perhatian semua siswa/i tertuju ke arahku dalam sekejap. Mengesampingkan siswa/i kelas satu, aku ragu-ragu untuk berjalan lebih jauh ke dalam, karena ada kelas tiga yang hadir.

“Eh…W-Wataru?”

“Sajou…?”

Dua orang pertama yang berbicara adalah Natsukawa dan Sasaki. Mengesampingkan pria itu, aku senang Natsukawa menyadari keberadaanku. Tapi, mereka sepertinya bingung kenapa aku ada di sini. Coba kulihat, apakah mereka benar-benar melakukan pekerjaan mereka…Ehh? Kenapa mereka memiliki segunung file di depan mereka? Mereka benar-benar memiliki banyak tanggung jawab meskipun masih kelas satu …

Saat aku check-in selama liburan musim panas, sepertinya mereka tidak terlalu sibuk…Yah, itu sudah cukup bahwa Sasaki harus mengambil beberapa pekerjaan lagi dengannya, kurasa…Tapi, apakah sebanyak itu setiap tahun? Yuuki-senpai mengatakan cukup banyak. Jadi, … kurasa mereka hanya melakukan bagian mereka. Pada saat itu, Kakak kelas perempuan yang duduk di meja panjang di sebelah papan tulis memanggilku.

“Um … ada yang bisa kubantu?”

“Ah, iya. Aku datang ke sini dari OSIS, namaku Sajou. Apa kau ketua komite eksekusi Hasegawa-senpai?”

“Y-Ya, itu aku, tapi… Sajou… apa kau benar-benar—”

“Ah, ya, aku adik laki-laki dari wakil ketua OSIS, Sajou Kaede.”

“B-begitu ya… Lalu, apa yang bisa kubantu?”

Gadis ini, mengenakan kacamata berbingkai perak dan rambutnya dikepang. Kesan pertamaku tentangnya adalah seorang Senpai yang rajin. Kupikir dia adalah orang yang baik. Tapi, setelah mendengar nama Kakakku ‘Sajou Kaede’, dia menunjukkan sikap waspada yang membuatku bertanya-tanya.

“Ern, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu. Bisa, kan?” kataku.

“Ah, iya ..”

Tujuanku ke sini adalah untuk mencari informasi yang ingin Kakakku ketahui. Jadi, aku mengesampingkan perhatian yang datang dari Sasaki dan Natsukawa. Lalu, aku membawa Hasegawa-senpai bersamaku keluar dari ruangan.

Setelah berjalan sedikit, aku berhenti dan berbalik ke arahnya. Aneh… Sejak dia mendengar nama Nee-san, tatapannya tampak jauh lebih tajam. Apa yang sudah kau lakukan, Nee-san… Tapi, ini bukan waktunya untuk mengkhawatirkan hal itu. Jadi, aku langsung masuk ke topik utama.

“Aku datang ke sini untuk berbicara tentang data yang seharusnya kau serahkan kepada OSIS. Maaf untuk itemisasinya, tapi ada beberapa hal yang akan kami minta…Tanpa itu, pekerjaan dari OSIS juga akan tertunda. Apakah itu mungkin?”

“……”

Mungkin ini terdengar kasar dan tidak sopan. Tapi, seharusnya itu sudah tersampaikan ke Hasegawa-senpai. Selain itu, aku menyerahkan memo kecil yang kuterima dari Yuuki-senpai. Melihat ke bawah, semakin banyak kerutan muncul di wajah Hasegawa-senpai…

Ah, aku punya firasst buruk tentang ini..

“…Tunggu sebentar.”

Hasegawa-senpai untuk sementara kembali ke ruangan, memberi tahu para siswa/i di dalam sesuatu dengan suara yang cukup keras yang menyebabkan banyak kebisingan. Mereka sepertinya membawa sesuatu padanya yang mungkin adalah data yang kuminta. Atau, bukannya data…itu adalah dokumen? Menilai dari apa yang Yuuki-senpai katakan, ini seharusnya data yang sederhana dan bukan di atas kertas, tapi…Kurasa bukan? Setelah dipaksa menunggu selama sepuluh menit, Senpai kembali untuk menyambutku.

“Maaf… hanya ini yang kami punya…”

“Eh…?”

Diserahkan seikat kertas, aku mengeluarkan suara bingung. Aku tahu itu dokumen yang benar, tapi bukan itu masalahnya.

“Um… Apa? Apakah semua ini… tulisan tangan?”

“……”

Ini terlalu analog kalau kau bertanya kepadaku. Apakah kau benar-bemar akan menulis dokumen dengan tangan di zaman sekarang? Bertemu dengan kenyataan surealis ini, aku tidak bisa tidak bertanya. Sebagai balasannya, Hasegawa-senpai dengan canggung mengalihkan pandangannya. Kupikir begitu, dia jelas memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi selain rajin. Dia sepertinya bukan tipe orang yang tidak bisa melakukan pekerjaannya. Sebaliknya, aku merasa sulit untuk percaya bahwa dia akan mengandalkan penulisan dokumen dengan tangan.

Di sana, rasa tidak nyaman dari belakang ketika aku melihat Sasaki bekerja di kelas muncul kembali ke dalam pandanganku. Mereka memiliki tumpukan besar file dan dokumen di sebelahnya. Anggota komite lainnya juga tidak terkecuali. Aku bisa mendengar suara pena mereka di atas kertas. Hanya beberapa orang di belakang yang benar-benar menyentuh komputer. Sekarang tunggu sebentar.

“Um… Senpai? Aku tidak bermaksud membuang waktu siapa pun di sini, tapi … apakah kau menulis semua dokumen itu dengan tangan?”

Aku awalnya tidak berencana untuk menanyakan pertanyaan itu. Aku mungkin memiliki pengalaman dalam membantu OSIS dan komite moral publik, tetapi sebagian besar waktu kami hanya mengerjakan beberapa dokumen dengan tulisan tangan dan kemudian melanjutkan dengan komputer untuk memasukkan semuanya ke dalam data aktual. Adapun panitia pelaksana festival budaya…mereka mendapat banyak dokumen tulisan tangan dari orang luar, kan? Aku percaya bahwa banyak dari dokumen yang kubawa sekarang mungkin terkait dengan itu, tapi…

“……”

“Uuuum…”

Hasegawa-senpai jelas merasa canggung, saat dia terdiam. Sepertinya dia menegaskan kecurigaanku bahkan tanpa menjawab.

Eh, tentang apa ini? Kenapa? Apakah kau tidak memiliki siswa/i yang bisa menggunakan komputer? Atau apakah kau tidak memiliki cukup komputer? Tapi, sekolah ini seharusnya cukup kaya dengan cukup uang yang mereka miliki. Atau, apakah ada keadaan lain yang tidak memungkinkan mereka untuk…? Ehhh?

Bagaimanapun, aku mungkin harus mengambil kembali dokumen-dokumen ini. Bukan berarti aku menganalisis situasi ini akan ada gunanya bagi siapa pun. Lagipula, itu bukan pekerjaanku.

“Untuk saat ini, aku akan membawa dokumen-dokumen ini, oke?”

“Ah, t-tunggu!”

“Ya!?”

Tepat saat aku ingin kembali ke ruang OSIS, lenganku dicengkeram. Itu adalah pegangan yang cukup kuat yang membuatku takut. Aku hampir menjatuhkan semua dokumen di tanganku. Aku melihat kembali ke arah Senpai yang memberiku ekspresi ketakutan.

“…Kau akan memberitahu mereka, kan?”

“Yah… aku harus. Lagipula kau terlambat dengan hasilnya.”

“…Jadi begitu…”

Aku tahu aku pasti terdengar kasar, tetapi ini bukan sesuatu yang harus kuragukan. Kalau aku tidak menganggap ini serius, Nee-san akan memukuliku sampai habis. Ini aku atau kau di sini. Aku tahu aku mungkin terdengar kurang ajar hanya sebagai Kouhai dan anjing peliharaan OSIS. Tapi, aku tidak merasa ingin menjadi sekutu komite pelaksana festival budaya hanya karena Natsukawa ada di sana. Tampak terluka, Hasegawa-senpai melepaskan lenganku. Aku merasa seperti penagih hutang.

“……”

…Hanya untuk memastikan, aku melihat ke dalam kelas lagi. Segera setelah itu, aku merasakan sensasi ‘Ada yang buruk di sini’. Jika ini adalah masalah besar yang sebenarnya, aku harus mengkonfirmasinya selain mendapatkan dokumen atau Nee-san akan memberiku hukuman roti kukus …

Aku menjelaskan keadaannya kepada Hasegawa-senpai dan memasuki ruangan. Setelah melihat semua orang yang hadir, aku pergi untuk berbicara dengan dua orang yang kukenal, mencoba mengumpulkan semacam intel. Seorang Senpai di sebelah mereka memberiku tatapan ragu, tapi aku mengabaikannya.

“Yo, Sasaki, Natsukawa.”

“Sajou, kapan kau bergabung dengan OSIS?”

“Ingat bahwa gorila adalah wakil ketua OSIS? Dia menyuruhku berkeliling lagi.”

“G-Gorila?”

“…Wataru, apa kamu sedang membicarakan kakak perempuanmu?”

“Eh.”

Natsukawa menjelaskannya pada Sasaki dan menatapku dengan tajam. Astaga, dia marah. Aku ceroboh menghina Kakakku seperti itu, setidaknya dengan Natsukawa di depanku. Sepertinya dia tidak canggung sama sekali denganku… Memikirkan Nee-san akan menjadikan Natsukawa sekutunya.

“Ah, yah… ya, dia. Aku membantu Kakakku.”

“O-Ohh…” Sasaki memberikan reaksi yang agak bingung.

Kembali ke topik utama, aku tidak datang ke sini untuk beberapa omong kosong.

“Bisakah kalian membiarkanku melihat dokumen itu?”

“Eh…? Tapi, ini bukan sesuatu yang boleh dilihat orang lain…”

“Aku adalah perwakilan dari OSIS. Jadi aku punya wewenang, oke?

“Ah…”

Aku mengambil sekitar dua dokumen yang ada di tangan mereka. Salah satunya mengatakan ‘Daftar topik kelas’. Penampilan dari semua kelas dikumpulkan ke dalam daftar. Dokumen lain tampaknya adalah daftar orang luar yang berpartisipasi. Cukup menyakitkan, semuanya juga ditulis tangan.

“Aku ingin memastikan sesuatu. Tapi, apa kalian mengerjakan ini menggunakan komputer?”

“Komputer? Eh, kupikir kau akan melakukan ini dengan tangan.”

“………”

Cara Sasaki mengatakan itu… Apakah semuanya di tulis tangan? Tapi, kenapa? Sepertinya kelas tiga yang meminta kelas satu dan dua. Hanya karena satu orang berjuang bukan berarti bahwa semua orang harus melanjutkan dengan menulis semuanya dengan tangan mereka. Ini SMA, tahu? Bukan SMP… Belum lagi secara teknis ini termasuk SMA elit dengan banyak sponsor.

“…Wataru…?”

“Ah tidak…”

Keraguanku pasti terlihat di wajahku, karena Natsukawa menatapku dengan khawatir. Sangat lucu…Tunggu, sekarang bukan waktunya untuk terpesona. Sungguh menyakitkan bagiku untuk mengatakannya, tapi aku tidak punya waktu untuk berbicara dengan Natsukawa. Cepat kembali ke ruang OSIS mungkin adalah taruhan terbaikku di sini.

* * *

Saat memasuki ruang OSIS, Nee-san dan Hanawa-senpai menghentikanku dengan tangan mereka, seperti mereka telah menungguku. Seperti yang kuperkirakan, mereka menunjukkan tatapan ragu saat mereka menatap dokumen. Nee-san menatapku seperti orang idiot yang tidak bisa melakukan pekerjaan ini dengan benar. Jadi, aku menjelaskannya sendiri.

“—Itulah yang terjadi. Aku tidak bisa mengatakan bahwa komite membuat banyak kemajuan yang berarti.”

“…Itu…”

“……”

Aku hanya membawa sekitar setengah dari semua dokumen yang kami butuhkan, yang membuat suasana hati Nee-san buruk. Ups, ini gawat. Aku seperti menuangkan minyak ke dalam api. Aku bisa merasakan gelombang tekanan datang darinya.

Aku harus membelikannya roti kukus untuk menyelamatkan hidupku…!

“-Aneh.”

“…Benar.”

“Eh…aneh?”

Sepertinya Yuuki-senpai tidak bisa sepenuhnya menerima kata-kataku. Hal yang sama berlaku untuk Hanawa-senpai. Senyum Yuuki-senpai yang biasa telah menghilang, karena mereka berdua tenggelam dalam pikiran mereka.

“Kalau itu benar, lalu kenapa panitia tidak melaporkan hal ini kepada kami? Mengesampingkan pekerjaan yang sebenarnya, segala jenis lingkungan kerja melibatkan OSIS dan itulah kondisi kami.”

“Bagaimana jika mereka tidak benar-benar dalam situasi yang penuh tekanan?”

“Mungkin tidak? Jika itu masalahnya, mereka tidak akan menunjukkan pemandangan yang menyedihkan kepada Kouhai mereka.”

“Fiuh … pusing bruh.”

Kai-senpai rupanya punya pemikiran sendiri. Tapi, Yuuki-senpai langsung membantahnya. Todoroki-senpai memberikan komentar juga, menunjukkan senyum pahit. Tidak ada yang marah padanya karena itu. Ini kemungkinan besar adalah kejadian sehari-hari untuk OSIS. Jika ini aku, aku mungkin akan menendang orang itu.

“—Mungkin masalah kapasitas. Itulah yang mereka dapatkan.”

“Ern, Nee-san …”

“Wataru, itu sudah cukup. Kamu bisa pulang sekarang, kami akan mengurus sisanya.”

“Eh?”

Eh, serius!? Di tengah masalah ini, aku boleh pulang begitu saja?

Woah, aku merasa seperti aku bekerja di sebuah perusahaan kulit putih untuk sekali.

Seperti inikah rasanya pergi tepat waktu selama masa sibuk?

Itu bukan lelucon. Yang lebih buruk lagi adalah aku bahkan bukan anggota OSIS. Ini sama sekali tidak putih, mereka memaksa orang luar untuk bekerja. Aku memutuskan untuk tinggal dan pulang. Tapi, tiba-tiba Yuuki-senpai meletakkan tangannya di bahuku.

“Tunggu, Kaede. Kenapa Wataru tidak membantu kita juga?”

“Hah? Kenapa? Dia orang luar.”

Kau masih bisa mengatakan itu, setelah apa yang kau lakukan padaku?

Aku tidak suka dikubur dengan pekerjaan, tentu saja, tetapi cara mengungkapkannya juga tidak cocok denganku. Ayo, Yuuki-senpai, katakan padanya.

“Sudah terlambat untuk mengatakan itu… Dilihat dari apa yang dikatakan Wataru, dia memiliki kenalan di komite eksekusi. Kita membutuhkan koneksi semacam ini. Kita terlalu jauh dari siswa/i lain.”

“Sudah kubilang. Aku tidak ingin dia terlibat dalam sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan dia.”

“Dia adikmu, kan? Di mana bukti bahwa adik laki-laki Sajou Kaede akan bisa menghindari ini selamanya?”

Itu terdengar cukup dalam, oke. Paling tidak, dia sepertinya tidak ingin menyembunyikannya dariku. Nee-san jelas tampak tidak puas tentang itu.. .Aku punya firasat buruk tentang ini. Hampir seperti aku akan terbungkus dalam sesuatu yang besar.

“Um…Kai-senpai, apa yang mereka bicarakan…?”

Aku dengan hati-hati bertanya pada Kai-senpai. Dengan hal-hal seperti ini, memukul orang terdekatmu selalu merupakan ide terbaik. Dia yang dekat dalam hal usia adalah faktor besar juga dan dia tidak tampak bersemangat tentang OSIS itu sendiri.

“…Sampai bulan November tahun lalu, peran umum manajemen kepemimpinan siswa terdiri dari siswa yang didukung oleh sekolah—Pada dasarnya, siswa dari pihak Barat .”

“Ah… Terus?”

“Masalah dan pertengkaran selalu terjadi. Di tengah-tengah itu, seseorang secara kebetulan dari sisi Timur secara agresif naik ke tampuk kekuasaan, menyatukan orang-orang—”

“Takuto. Diamlah.”

“…Ya. Maafkan hamba.”

“……”

Suara Nee-san segera membungkam Kai-senpai. Kau tidak perlu terlalu ketat terhadapnya…Kai-senpai sudah seperti keluargaku. Kai-senpai lebih menyukai kecenderungan sadis yang blak-blakan lebih dari apapun… Ahh, sungguh sia-sia ketampananmu itu.

Nee-san mengatakan bahwa dia tidak punya rencana untuk ‘melibatkan’ku. Pada dasarnya, alasan dia mencoba untuk tiba-tiba mendorongku menjauh dari situasi ini adalah karena seluruh masalah ini bisa berkisar pada konflik ‘Timur dan Barat’. Dilihat dari apa yang kudengar barusan, mayoritas panitia pelaksana festival budaya tahun lalu terdiri dari siswa dari Barat. Tapi, apa hubungannya dengan masalah saat ini?

“Kaede. Aku tidak berencana melibatkan Wataru, kau harus percaya padaku.”

“……Dia tidak ada hubunganya. Kelas satu yang tidak tahu apa-apa hanya membantu. Jika terjadi sesuatu—Hayato, aku tidak akan mempercayaimu lagi.”

“…Ya, tidak apa-apa.”

…. Yup, tidak apa-apa dengan—Tunggu sebentar. Bagaimana dengan pendapat pribadiku? Sampai sekarang, aku hanya membantu karena itu bukan masalah besar, tapi…Tunggu, bukankah aku sudah terbungkus dalam sesuatu yang berantakan?

“-Kalian berdua. Kita harus melihat ini secepat mungkin dan mencari tahu perbedaannya dibandingkan tahun lalu.”

“Ya kau benar. Kita harus segera memulai. Wataru, cukup untuk hari ini. Kalau kita memiliki lebih banyak pekerjaan lagi, aku akan meneleponmu. Aku akan membayarmu untuk ini di lain waktu.”

“Eh…Eh? Ah, ya…Ya.”

Aku masih bingung, tapi dimaafkan. Kurasa aku masih akan terseret ke dalam sesuatu yang merepotkan. Hanya misteri di sekitar sini, bolehkah aku mendapatkan hadiahku? Aku pada dasarnya seorang agen sekarang? Aku pada dasarnya seorang agen sekarang? Dengan sensasi aneh yang menimpaku, aku meninggalkan ruang OSIS di belakangku. Aku agak mengerti bahwa alasanku dikeluarkan adalah karena segalanya akan menjadi lebih menyebalkan mulai sekarang. Kurasa mereka, termasuk Nee-san, hanya berusaha untuk mempertimbangkanku. Aku baru menyadarinya sekarang. Kalau aku bisa berharap untuk satu hal, maka tolong jangan memintaku untuk membantumu dari awal.

* * *

Aku berjalan menyusuri lorong, menuju pintu depan. Sementara itu, aku terus memikirkan apa yang terjadi di ruang OSIS. Aku tidak tahu apakah aku masih akan terlibat dengan manajemen festival budaya, tetapi jika aku harus mengatakan satu hal yang kukhawatirkan, maka itu adalah fakta bahwa Natsukawa adalah bagian dari panitia. Aku hanya berharap Natsukawa tidak mendapatkan beban yang tidak perlu dari itu…Mungkin aku harus memeriksanya.

“-Ah?”

Saat aku melewati tikungan, pemandangan aneh terbuka di depanku. Dua siswa perempuan meninggalkan ruang komite eksekusi—bersama dengan seorang anak laki-laki. Wajah tampan itu, tidak mungkin aku salah mengartikannya. Itu Sasaki. Seorang gadis melingkarkan lengannya di bahunya. Astaga ini…

‘Serius, aku tidak bisa menangani ini. Untuk berpikir mereka akan membiarkan kita bekerja sebanyak ini.’

‘Yah… kurasa.’

‘Para atasan tidak menganggap serius pekerjaan mereka. Jadi, kita juga tidak perlu peduli.’

Aku memeriksa waktu di smartphoneku. Masih ada waktu sampai lock-up. Anggota komite seharusnya masih di tengah pekerjaan, namun Sasaki dan dua lainnya membawa tas mereka di pundak mereka, berjalan pergi. Ketidaknyamanan samar yang kurasakan ini segera berubah menjadi firasat buruk.

“Serius ..”

Aku tidak ingin mempercayai apa yang baru saja kulihat. Aku buru-buru bergerak ke depan, mengintip ke dalam kelas. Jumlah file dan dokumen masih sama. Di belakang kelas, di sudut kelas dua, aku melihat dua kursi kosong. Di sebelah mereka adalah tempat Sasaki duduk, tidak ada lagi dokumen yang ditemukan. Meja di sebelahnya masih dipenuhi dengan dokumen analog—hampir seperti semua pekerjaan baru saja didorong ke Natsukawa. Sebelum aku menyadarinya, tubuhku sudah bergerak.

“Punten lur.”

Semua orang yang hadir di ruangan itu menoleh ke arahku. Kenapa, pikirku dalam hati. Aku tidak bermaksud membuka pintu ini. Aku tidak ingin mendapat perhatian sebanyak ini. Bahkan Hasegawa-senpai memberiku tatapan kaget, wajahnya benar-benar pucat.

“Eh… apa ada lagi?”

“Kelas 1-C. Aku di sini untuk mengambil alih anak yang baru saja pergi. Ini tidak ada hubungannya dengan OSIS.”

“Eh…O-Oke.”

Dia mungkin tidak bisa mengikuti niatku. Ini sangat masuk akal, karena aku adalah polisi yang buruk sebelumnya, sekarang tiba-tiba bertindak seperti polisi yang baik.

“—Eh…?”

Tanpa menunggu izinnya, aku langsung berjalan ke tempat duduk yang seharusnya Sasaki duduki. Tentu saja, Natsukawa bingung dengan kedatanganku. Dia mungkin bertanya-tanya kenapa aku di sini. Jangan khawatir, aku tidak benar-benar mengenal diriku sendiri.

“W-Wataru…?”

“Natsukawa, bisakah kau memberitahuku di mana harus mengubur semua kertas ini?”

“Um… Sasaki-kun tidak melewatkan pekerjaannya atau apapun…!”

“Ah, ya, aku tahu.”

Dari apa yang bisa kulihat, gadis yang melingkarkan lengannya di bahu Sasaki adalah anak kelas dua. Jadi, dia mungkin tidak bisa menolak. Meskipun dia gadis yang sederhana, menyingkirkannya hanya akan membawa lebih banyak masalah. Karena dia bisa sangat rajin, meninggalkan semua pekerjaan ini untuk pergi tentu bukan keinginannya yang sebenarnya. Aku mengerti dia tidak bisa tidak patuh. Tapi, tidak ada satu ons pun simpati yang kumiliki untuknya.

“Um, Wataru…?”

“…..”

Sialan kau, kupikir kau menyukai Natsukawa!


Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha (LN) Bahasa Indonesia

Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha (LN) Bahasa Indonesia

Dreaming Boy Turned Realist, 夢見る男子は現実主義者
Score 7.6
Status: Ongoing Tipe: Author: , Artist: , Dirilis: 2020 Native Language: Japanese
Sajou Wataru tergila -gila dengan teman sekelasnya Natsukawa Aika sampai -sampai dia tinggal di lamunan tentang cinta dan hubungan timbal balik mereka, tanpa henti mendekatinya di setiap kesempatan. Namun, suatu hari, Wataru menangis, dan harus menghadapi kenyataan. "Tidak mungkin aku cocok untuk bunga yang tidak terjangkau seperti dia, benar ...?" Setelah mulai melihat kenyataan sebagaimana adanya, Wataru melanjutkan untuk menjaga jarak tertentu ke Aika, yang membuatnya dalam kekacauan. "Apakah dia ... membenciku sekarang ...?" Yang dihasilkan dari kesalahpahaman ini adalah membangkitkan perasaan bawah sadar yang datang dan pergi!? Maka dimulailah romcom perasaan timbal balik satu sisi, terganggu oleh kesalahpahaman!

Komentar

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Opsi

tidak bekerja di mode gelap
Reset