Dengan berdirinya kembali komite pelaksana Festival Budaya, persiapan untuk distribusi individu dan acara kelas dimulai. Selain menjadi bagian dari komite, Natsukawa dan Sasaki harus memenuhi tugas mereka membantu kelas kita juga. Sekali ini saja, mungkin tidak ada yang bisa kulakukan untuk membantunya. Tentu saja, aku berencana untuk mengambil pekerjaan sebanyak mungkin darinya, tetapi yang memberikan peran dan pekerjaan adalah wali kelas kami Ootsuki-sensei dan perwakilan kelas kami Iihoshi-san.
“Apa kamu … datang lagi hari ini?”
Mungkin karena kami duduk sangat dekat satu sama lain, segera setelah teman sekelas kami mulai dengan pekerjaan mereka, Natsukawa bertanya padaku. Ini adalah hari kedua setelah kami merestrukturisasi alur kerja komite eksekutif. Berkat tim outsourcing Hanawa-senpai, kami telah membuat kemajuan yang baik, tetapi karena teman lamaku dari SMP, Haru dan komentar bodohnya, situasi kami menjadi sangat canggung.
“Maaf, tetapi membantu di sana sebenarnya adalah prioritas yang jauh lebih rendah dalam daftarku. Belum lagi, anggota komite yang sebenarnya hanya akan berpikir ‘Kenapa dia ada di sini?’ karena aku sendiri bukan anggota resmi. Karena Gou-senpai…Ishiguro-senpai ada di sana, aku ragu akan ada masalah. Dia cenderung santai juga dengan gerak kaki.”
“Begitu, ya …”
“Tidak perlu khawatir, Natsukawa. Berbeda dengan kita, orang-orang yang membantu kita dapat bekerja sepanjang hari, tidak hanya saat istirahat makan siang dan setelah kelas. Cara mereka membuat kemajuan bahkan tidak bisa dibandingkan dengan kita. Jadi, semuanya akan baik-baik saja.”
“Eh? A-Ah, ya…”
Itu sama ketika aku bekerja paruh waktu sebelumnya. Bahkan jika tim itu sendiri bekerja sama, kau masih belum mengetahui gambaran keseluruhan situasi, terutama dalam hal menyampaikan informasi. Aku hanya mengerti itu setelah bertanya kepada Senpaiku tentang hal itu. Aku tidak berada di posisi yang lebih tinggi dari Natsukawa. Jadi, aku tidak tahu harus berkata apa padanya dan masuk akal jika dia khawatir.
“Yah, untuk saat ini.. kurasa situasinya baik-baik saja. Ah, tapi.. kalau kau mau menanyakan sesuatu. Mungkin, aku bisa menjawabnya.”
“Ah…”
Pusar bantuan Sajocchi selalu buka, ya? Itu yang ingin aku katakan padanya dan dia mulai berpikir secara nyata.
Sepertinya dia memiliki beberapa pertanyaan, tetapi kesulitan mengungkapkannya dengan kata-kata.
“Yah, itu juga bisa tidak berhubungan dengan pekerjaan jika itu—”
“Natsukawa, ayo pergi.”
“……”
Aku mencoba memberikan tindak lanjut untuk membuat segalanya lebih mudah baginya ketika suara lain mengganggu waktu manis kami. Itu Sasaki. Aku hanya bisa sedikit kesal.
“Cih, pengganggu.”
“Eh, ah.. Maaf.”
“Ah, santuy aja.”
Aku memberikan tatapan tajam ke arah Sasaki. Tapi, dia langsung meminta maaf yang membuatku agak terkejut dengan sikapnya itu.
Sialan… Kalau kau bersikap seperti itu, itu hanya membuatku merasa bersalah.
Meski dia sangat tampan seperti biasanya, tetapi rasanya dia kehilangan sebagian besar kepercayaan dirinya setelah kejadian tempo hari.
Astaga…cara dia menjadi lebih rendah hati dan pengertian hanya membuatnya tampak semakin populer… Apa kau seorang protagonis yang tumbuh lebih kuat di tengah pertempuran? Memperoleh power-up baru setelah dikalahkan sekali?
“Um, aku pergi dulu.”
“Ya, hati-hati.”
Pada akhirnya, dia pergi dengan Sasaki dan meninggalkanku sendirian di kelas. Angin musim dingin yang dingin bertiup melalui hatiku. Tapi, aku tidak bisa membuang waktuku untuk terpaku pada itu dan aku sendiri mendorong Sasaki dengan tatapan ‘Sudahlah’, saat dia menatapku dengan ragu.
Nah, apakah ada tempat di mana aku bisa berbaring dan merajuk pada diriku sendiri?
“Sajocchi! Coba tebak, roti… roti apa yang bentuknya roti tapi tidak bisa di makan?”
“Roti kismis.”
“Uwah, itu sih kau saja yang tidak menyukainya .. Jawaban yang benar adalah roti pasta kacang hijau yang manis!”
“Dan kau berani menceramahiku, fana?”
Aku sangat suka kacang hijau jika berbicara tentang makanan ringan, kau tahu. Meskipun aku tidak tahu tentang kacang hijau manis.
Pertama kali aku mencoba roti dengan itu, aku benar-benar mengira itu adalah kacang kedelai hijau, tetapi aku merasa dikhianati ketika aku mengetahui kebenarannya. Terlebih lagi, mengapa semua kacang polong ini harus terdengar dan diberi nama yang berbeda, sialan. Aku tidak bisa mengikuti lagi.
Ashida mendengus kecewa dan membungkuk ke kursi Natsukawa.
“Aku benar-benar tidak bisa menghadapinya lagi. Ketika aku masih kecil, kupikir itu hanya pasta yang enak.”
“Pada dasarnya, itu sama dengan berpikir bahwa jamur kuping awan menggunakan awan.”
“Eh, mereka tidak?”
“Tidak, mereka melakukannya.” (Berbohong)
“Aku juga tidak suka itu. Aku suka melihat awan, tidak ingin memakannya.”
…Err, mungkin aku seharusnya mengatakan yang sebenarnya padanya? Yah, terserahlah. Itu hanya lelucon belaka, tidak lebih. Aku yakin pasti ada anak lain yang melakukan kesalahan yang sama dengannya.
“Kau tahu, melakukan kompetisi teka-teki sebagai atraksi festival budaya memang terdengar membosankan. Ketika membicarakan hal-hal besar seperti kafe, rumah hantu dan pertunjukan band, semuanya diambil oleh anak kelas tiga.” Aku mengeluh.
“Yah, begitulah cara kerjanya, bukan? Lagipula, kelas berikutnya sedang mempersiapkan ruang istirahat untuk siswa SMP yang datang untuk memeriksa sekolah. Jadi, kita jauh lebih baik, bukan begitu?” Ashida menjawab.
“Aku memang melihat itu sebelumnya di SMP. Tapi, itu berubah menjadi tingkat yang sama sekali berbeda di SMA.”
“Kau mungkin bisa berjalan di sekitarnya selama seminggu penuh.”
Beberapa orang bahkan membawa kamera video. Kupikir waktu terbaik untuk bersenang-senang adalah saat kita benar-benar mempersiapkan segalanya. Dan tepat saat aku memikirkan itu, Ashida tiba-tiba meletakkan wajahnya di meja Natsukawa.
“Hehe … ini aroma Aichi.”
“Hei, bodoh. Hentikan itu. Itu kursi suci Natsukawa. Bukan beberapa sampel aroma yang bisa kau gunakan kapan saja. Jadi, pergilah dan biarkan aku mengambil alih.”
“Jangan berharap kau bisa melakukannya, Sajocchi!”
H-Hah!? Apa maksudmu aku tidak bisa melakukannya!? Aku juga ingin merasakan aroma yang di tinggalkan Natsukawa-sama!!
“Oke, semuanya, letakkan meja di belakang ruangan! Kita akan membagi dua kelompok! Anak laki-laki akan pergi berbelanja dan anak perempuan akan mengerjakan dekorasi! Lanjutkan, lanjutkan!”
Tiba-tiba Ootsuki-senseu datang entah dari mana sambil bertepuk tangan. Anak laki-laki yang bagian dari klub olahraga yang mendengar itu secara reflektif bangun dengan ‘Aye~’ yang membosankan dan membuat Iihoshi-san lega.
… Yah, lagipula kita tidak bisa berharap pada siswi biasa seperti dia untuk mengumpulkan semua orang seperti itu. Itu sebabnya, seorang wali kelas harus bersikap tegas. Instingku menyuruhku untuk patuh.
“Oke, sampai jumpa, Sajocchi.”
“Oi, bawa meja Natsukawa ke belakang dong!”
“Aku serahkan tugas itu padamu.” kata Ashida sambil tersenyum.
Kalau dia tidak ingin membantu, ngapain dia datang ke sini? Kemampuan komunikasimu yang kuat dibutuhkan di tempat lain. Lihat, ada keheningan total di kursimu sendiri.
“Sajou-kun~”
“Ah, ya.”
Karena bagian depan ruangan penuh sesak, aku langsung pergi membantu.
* * *
“Yuri emang mantap!”
“Bisakah kau setidaknya terdengar lebih seperti bajingan busuk? Aku harus menganggapmu serius kalau kau mengatakan itu dengan wajah lurus.”
Tepat saat kami melangkah keluar dari pintu depan, Yamazaki memulai pembicaraan rendahannya. Dia mengangkat topik yang aku syukuri.
Tapi, kenapa harus seperti itu? Lagipula, aku bukan siapa-siapa untuk diajak bicara karena aku selalu membuat lelucon tentang Natsukawa-Ashida.
“Maksudmu Ichinose-san dan Shiraishi-san?”
“Benar! Dan juga, Okamocchi. Mereka selalu begitu dekat, selalu menggoda. Ini surga, sungguh.”
“Begitu, kau akhirnya menangkap pesonanya.”
Melihat Ichinose-san memberimu dorongan perlindungan yang tak terlukiskan, tetapi aku masih lebih suka Natsukawa dan Ashida meskipun begitu. Terutama karena Natsukawa mungkin menyuruh Ashida untuk berhenti, tapi jelas dia bahagia dan itu membuatku bahagia juga. Tapi, karena dia duduk di belakangku sekarang, aku tidak bisa sepenuhnya menikmati pemandangan seperti dulu.
Berbalik, katamu? Aku mungkin akan pingsan jika melihat mereka menggoda dari dekat.
“Kau tahu? Ichinose-san membalasnya akhir-akhir ini.”
“Serius?”
Aku benar-benar terkunci. Itu mengingatkanku, setiap kali kami mengobrol akhir-akhir ini, dia berhenti mengeluh tentang Shiraishi-san. Beberapa saat yang lalu, dia menggerutu bahwa dia tidak bisa fokus membaca dengan mereka di sekitar, meminta bantuanku, namun sekarang dia mengatakan hal-hal apa yang disukai Shiraishi-san atau orang seperti apa Okamocchan itu. Dia bahkan bertukar rekomendasi buku dengan gadis SMP yang berpenampilan seperti mahasiswi ‘Sasaki-san’.
“Aku hanya tidak tahu harus berbuat apa lagi,” kata Yamazaki.
“Ini adalah posisi terbaik yang kau bisa, oke? Nggak usah aneh-aneh. Itu sesuatu yang bisa dikagumi dari kejauhan. Kalau kau terlibat dengan hal seperti itu—pada akhirnya, kau sendiri yang kehilangan sesuatu. Lihat, aku bekerja paruh waktu dengan Ichinose-san. Tapi, kami tidak terlalu dekat, kan?”
Belum lagi fakta bahwa kami secara teratur saling mengirim pesan.
“Sajou…!”
“Sejujurnya, aku lebih tertarik pada Okamocchan.”
“Iwata?! Kau…!”
“Okamocchan, ya …”
Entah dari mana, bocah basket Iwata bergabung dengan percakapan kami.
Jadi, dia lebih tertarik dengan Okamocchan…
Dari caraku melihat sesuatu, dia tidak terlalu baik dengan orang yang terlalu lengket… Aku mendengar cerita bahwa dia kecanduan beberapa aplikasi manajer Idol yang ditujukan untuk wanita… Jika Shiraishi-san tertarik pada seseorang, dia mungkin akan memberitahu teman-temannya. Tapi, Okamocchan kemungkinan besar akan merahasiakannya. Setidaknya, tampaknya tertarik pada cinta. Dia adalah salah satu penggemar terbesarku dan Natsukawa, selalu menatap kami dengan mata berbinar.
Jika aku harus menebak, baik Shiraishi-san dan Okamocchan mungkin memiliki perasaan untuk Sasaki…Setiap kali Sasaki dan aku bersama, aku bisa merasakan tatapan mereka diarahkan pada kami, itu cukup jelas. Tentu saja, semua tatapan ini tertuju pada Sasaki secara khusus.
“Terlebih lagi, Sajou. Bagaimana kau bisa berbicara normal dengan seorang gadis meskipun mukamu pas-pasan?”
“Yah, aku hanya tertarik dengan Natsukawa. Itu sebabnya, aku bisa berbicara dengan gadis lain tanpa merasa gugup. Lagipula, gadis-gadis itu berbicara padaku dengan cara yang sama. Seperti, tidak ada perasaan yang terlibat? Dan juga, berhenti menyebutku pas-pasan. Mukamu juga di bawah rata-rat pria tampan.”
“… Oh! Untuk beberapa alasan, kau terdengar seperti ahli cinta, Sajou. Yah, tetap saja kau ditolak.”
“Oi..”
“Tapi, si Sajou ini bisa berbicara normal dengan Natsukawa seolah-olah tidak ada yang terjadi di antara mereka. Bagaimana bisa kau bertahan hidup, bung? Atau, mungkinkah hatimu dalam keadaan membeku saat ini?”
“Entahlah.. mungkin karena aku dan dia berada di grup chat yang sama? Lagipula, kami sudah saling kenal selama dua tahun sekarang.”
“Itu artinya, Ashida juga bagian dari grup chat itu, kan?! Bagaimana kau melakukannya!? Melakukan sesuatu tentang sikapnya yang blak-blakan, itu membuat jantungku berdebar kencang!”
“Dan juga, kau bisa berbicara secara normal dengan Okamocchan! Bisakah kau memberitahu kami triknya!?”
“Astaga, kalian ini menyedihkan sekali …”
Kalau dipikir-pikir, Sasaki benar-benar luar biasa. Dia tidak membutuhkan hak khusus seperti ditolak oleh Natsukawa sehingga gadis-gadis di kelas kami akan berbicara dengannya. Ini benar-benar terasa seperti dia telah bereinkarnasi ke dunia ini dengan beberapa cheat tambahan. Dan aku benar-benar bisa melihat Yuki-chan mengejarnya sampai ke sini.
* * *
Perjalanan belanja sangat menyakitkan. Terutama karena para bajingan itu terus menyebabkan keributan. Meskipun menjadi bagian dari klub basket yang sama dengan Iwata, Yasuda memancarkan aura misterius sebagai seorang pemimpin dan tanpa dia memaksa kami untuk berlari kencang di akhir, aku tidak berpikir kami akan berhasil tepat waktu.
Terima kasih banyak, Yasuda. Aku akan mendukungmu dari bayang-bayang mulai sekarang.
“Fiuh… Panas sekali… Ichinose-san, apa yang kau tulis?”
“…Ah, Sajou-kun, erm, datang dengan beberapa teka-teki … ”
Aku kembali ke kelas, menyeka keringatku dengan handuk dan aku melihat Ichinose-san duduk di samping dinding, melamun. Sepertinya dia sudah menemukan beberapa teka-teki, karena dia memiliki kertas berisi di depannya. Dia cenderung membaca terlalu banyak buku. Jadi, dia mungkin bisa menemukan banyak teka-teki yang bagus..
Nah, sekarang Izinkan aku melihat…
‘Sebelum kelaparan besar terjadi di Era Tenpou |1| , yang merupakan pemikir besar dari periode Edo |2| yang menyadari bahwa terong awal musim panas memiliki rasa musim gugur, sehingga menangkap musim panas yang dingin dan pergi untuk memperingatkan penduduk desa untuk melindungi tanaman mereka dan menyelamatkan penduduk desa dari kelaparan?’
“Itu pertanyaan langsung.”
Apanya yang teka-teki? Maksudku, kedengarannya seperti teka-teki, tapi… kedengarannya lebih seperti pertanyaan yang akan kau lihat muncul di acara kuis. Sel-sel otakku sudah memasukkan setengah kalimat ke dalam pertanyaan. Karena kami melihat sebagian besar siswa SMP dan masyarakat…Rasanya yang ini bukan…yang terbaik. Kami mungkin akan mendapatkan beberapa sastrawan aneh seperti yang kau lihat di toko buku bekas.
“Nggak bagus, ya?”
“Aku tidak berpikir ada yang bisa menjawab pertanyaan itu …”
“Ugh…”
“Ah! Sajou-kun menggertak Mina-chan!”
Aku berusaha untuk menyampaikannya dengan kata-kata yang baik agar tidak menyakitinya, tetapi sepertinya itu gagal.
Shiraishi-san yang melihatku, langsung mengatakan kata-kata menyakitkan.
“Menjauh darinya, pria keji! Binatang buas!”
“Binatang buas?”
Feminisme mendadak macam apa itu? Kau pikir Ichinose-san itu milikmu? Lagian, kalian itu sama-sama perempuan .. Jadi, kenapa kau memperlakukannya seperti di manga shoujo yang dipenuhi laki-laki?
Shirashi-san menarikku menjauh dari Ichinose-san tanpa penyesalan dan ketika aku berbalik, aku melihatnya tersenyum padaku, dengan samar melambaikan tangannya.
Ah, aku ingin mati. Terima kasih atas semuanya.
* * *
Saat istirahat makan siang, saatnya untuk menjauh dari kelasku dan membantu panitia Festival Budaya. Anggota reguler komite seperti Natsukawa dan Sasaki saat ini sedang istirahat. Sejujurnya, menyuruh mereka bekerja di siang hari dan setelah kelas bukanlah perbudakan. Natsukawa akhirnya mulai berbicara lebih banyak dengan orang-orang dari kelas kami, namun dia sekarang terpisah dari mereka lagi. Natsukawa seharusnya bersenang-senang dengan gadis-gadis lain.
Dengan perasaan penuh gairah mengisi dadaku, aku meraih tas dengan laptop di dalamnya dan bangkit dari tempat dudukku.
“…Um?”
“Ah, Natsukawa? Kau bisa menggunakan kursi ini kalau kau mau.”
“Ah, um…”
Bahkan tas yang berat ini terasa ringan saat aku ditatap oleh Natsukawa. Dan begitu aku selesai dengan pekerjaanku, dia akan menyapaku lagi di tempat yang sama persis. Jadi, tidak ada kebahagiaan yang lebih besar untukku. Faktanya, melalui sistem shift dan pekerjaan Gou-senpai, kami telah membuat kemajuan yang baik dalam mengatur semuanya. Dan tim Hanawa-senpai tampaknya telah mengerjakan ini sepanjang hari juga. Jadi sekarang, tugasku adalah menggunakan istirahat makan siangku dan memeriksa kemajuan yang dibuat oleh kelompok Hanawa sehingga anggota komite bisa melanjutkan pekerjaan mereka sendiri. Aku tidak bisa merampas waktu mereka untuk mengerjakan pekerjaan mereka sendiri.
Aku senang Gou-senpai tidak ada di dekat ruangan komite eksekutif. Rambut yang ditatanya dengan rapi yang terpamtul di bawah sinar matahari membuatku silau.
Tidak bisakah dia menggunakan sesuatu yang lebih… lembut, kau tahu? Kau bisa dengan mudah merebus seekor lalat kecil hidup-hidup dengan itu.
“Ah…Yah, kurasa itu masuk akal.”
Aku sampai di ruangan yang ternyata terkunci. Itu yang diharapkan, tentu saja, karena tidak ada yang berencana untuk menggunakannya sekarang. Kurasa aku harus mengambil kunci dari ruang guru.
…Argh, sungguh menyebalkan.
“…Oh, benar.”
Aku menuju ke lorong tempat terakhir aku berjalan dengan Yuuki-senpai dan Gou-senpai. Menurutnya, wi-fi bahkan terjangkau sampai sana. Dekat dengan pintu masuk gedung sekolah dan angin sepoi-sepoi yang nyaman menjadikannya tempat yang sempurna untuk menyelesaikan pekerjaan. Belum lagi itu dalam bayang-bayang, memungkinkanku untuk sedikit menenangkan diri.
“Nah, sekarang .…”
Aku meletakkan kaki kananku di pangkuan kiriku dan meletakkan laptop di atasnya. Aku mengkonfirmasi bahwa aku mendapatkan koneksi internet yang tepat, terhubung ke server yang mengintegrasikan tim Hanawa-senpai dan memeriksa isi folder hari ini.
Membuka folder yang memiliki tanggal hari ini sebagai nama, aku bisa melihat beberapa folder yang mengatakan ‘Selesai’. Melihat begitu banyak kemajuan yang dibuat setelah semua pekerjaan analog ini pasti terasa hebat, harus dikatakan.
Aku membuka setiap file, menelusuri berbagai baris, memeriksa. Semua file yang sudah selesai kucek, aku pindahkan ke folder ‘Checked’. Meskipun ada banyak folder ‘Selesai’ yang harus diperiksa, itu jelas bukan hal yang buruk. Belum lagi, aku memiliki perasaan superioritas dengan memeriksa file orang dewasa yang dibuat.
“….. K-Kenapa kamu membuat wajah seperti itu?”
“Ap, aku?”
Mendengar itu dari seseorang yang entah dari mana, aku meletakkan tanganku di wajahku, memeriksa ekspresiku. Sepertinya aku benar-benar menyeringai pada diriku sendiri di tempat terpencil tanpa orang di sekitar.
Tidak, kau salah, oke? Bersenang-senang selama bekerja membuat lebih mudah untuk membuat kemajuan, bukan? Aku tidak melihat situs porno atau semacamnya! Mana mungkin aku melakuka itu di sekolah! Ugh, jika Nee-san ada di sini, dia pasti akan membunuhku! …
Tidak, tunggu sebentar … Natsukawa!?
“…Un, Natsukawa? Kenapa kau di sini?”
“Ah, ehm…”
“.…?”
Seharusnya tidak ada orang lain di sini selain diriku.
Aku pikir, dia sedang makan siang di kelas atau di kantin bersama Ashida, mengingat tidak ada hal yang harus dia lakukan saat istirahat makan siang.
Tapi, kenapa dia ada disini?
Berdiri tepat di depanku, itu benar-benar membuatku bingung.
Apakah dia mengira.. bahwa pertemuan komite di lakukan saat istirahat makan siang?
“Um… Natsukawa. Aku pikir pertemuannya di mulai nanti?”
“Aku tahu! Aku tahu itu!”
“Ah, benar … maaf.”
“……”
“……”
Err… Apa? Haruskah aku mengatakan sesuatu? Apa yang harus kukatakan? Dan juga, kenapa dia di sini? T-Tenang… kau bisa menganalisa situasinya. Kau sudah mengejarnya selama dua setengah tahun terakhir. Jadi, seharusnya kau tahu lebih baik daripada orang lain. Percayalah pada dirimu sendiri, Wataru ….
“……Hm?”
Aku melihat sesuatu di tangan Natsukawa.
“Bento makan siang, ya.. Ah, aku mengerti. Kau berencana untuk bertemu dengan seseorang dan sedang dalam perjalanan ke sana?”
“Hah?! Ah, i-ini…nggak juga…”
“….?”
Dengan agak panik Natsukawa menyembunyikan kotak makan siang di belakang punggungnya. Tindakan tunggal itu membuat roknya berkibar, yang hampir sepenuhnya menarik mataku ke arahnya. Tapi, entah bagaimana aku berhasil menahannya. Hanya mata kananku yang hilang dalam pertempuran itu.
“A-Aku pikir kamu akan melanjutkan pekerjaanmu. Jadi, kupikir aku mungkin juga..”
“Kerja…? Kerja…Tapi, tugasmu mulai sore ini—”
“Tidak…! Aku melihatmu meninggalkan ruang kelas dengan tasmu. Jadi … aku bertanya-tanya apakah kamu sedang bekerja sekarang … ”
“Yah, ya. Aku sedang melanjutkan pekerjaanku.”
Pada saat ini, aku sedang duduk di depan laptopku, terhubung ke internet. Dia tidak salah. Dia sama sekali tidak salah, tetapi masih tidak masuk akal mengapa dia harus berada di sini. Tidak ada aturan yang memaksa Natsukawa untuk bekerja kapanpun aku mau. Dan jika ada, maka aku akan membiarkan Sasaki melakukan semuanya.
“Kupikir kamu ada di ruang komite… Tapi, saat aku ke sana.. kamu tidak ada. Itu sebabnya, aku pergi mencarimu dan melihatmu duduk di sini.”
“Yah, awalnya aku ingin meminjam kunci ruang komite untuk diriku sendiri. Tapi, kupikir itu percuma saja. Dan juga, hanya karena aku bekerja bukan berarti kau juga harus begitu, tahu?”
“I-Itu…karena kamu seharusnya tidak melakukan pekerjaan apa pun sejak awal…”
“Itu benar. Tapi …inilah yang ingin aku lakukan. Jadi, kau tidak perlu khawatir tentang itu. Sebaliknya, akulah yang lebih dekat dengan OSIS, kau tahu?”
“Itu… mungkin benar, tapi…”
Inilah salah satu alasan mengapa aku menyebut Natsukawa Aika sebagai Dewi. Dia merasakan tanggung jawab yang kuat atas pekerjaan yang diberikan kepadanya. Tentu saja, uang adalah hal yang besar bahkan bagiku, tetapi alasan terbesarku bekerja paruh waktu di SMA adalah karena aku ingin menjadi seseorang yang layak untuknya. Di satu sisi, aku mencoba untuk memoles diriku sendiri. Pada akhirnya, aku menyadari bahwa apa yang kubutuhkan untuk itu adalah sesuatu yang kau miliki atau tidak.
Penampilan, bakat, otak, kemampuan atletik, tidak seperti Natsukawa diberkati oleh ini sejak awal dan aku yakin dia bekerja sangat keras untuk mencapai posisinya sekarang…Tapi meski begitu, aku menyadari bahwa aku tidak akan melakukannya. dapat mencapai tingkat yang sama tidak peduli apa yang aku lakukan. Aku mulai merasa menyedihkan dengan gagasan mengejarnya tanpa henti. Itu membuatku berharap dia akan menyerah dan membiarkanku mengejar, begitulah dia terlihat mempesona bagiku.
“Jadi… bagaimana dengan makan siangmu, Wataru?”
“…Eh? Ah, tenang saja. Aku akan makan apa saja nanti..”
“…’Makan apa saja?’.. Jadi, kamu belum menyiapkan makanan?”
“Ada kok, lihat.”
Aku mengeluarkan kantong plastik kecil dari tasku. Isinya adalah roti manis yang kubeli dari toserba pagi tadi.
Yah, meskipun sudah agak gepeng karena aku menyimpannya di tas yang sama dengan laptopku. Tapi, siapa yang peduli? Selama rasanya enak, aku tidak mempermasalahkannya.
“Lagi-lagi kamu mengatakan itu.. Bukankah kamu mendaptkan makan siang yang layak setelah mendaftar di SMA ini?”
“Y-Yah, kau tahu.. Aku tidak terlalu suka dengan sayuran. Terlebih lagi, Ibuku terus menerus memaksaku makan makanan hijau itu.”
Aku mengatakan itu, tetapi dia memberiku banyak komentar pedas dan aku juga tidak punya cara untuk berdebat dengannya. Apalagi, Nee-san juga memperlakukanku seperti anak kecil, menjadikanku bantal tinjunya setiap kali dia kesal.
Yah, aku tahu.. aku bersalah karena pilih-pilih makanan. Tapi tetap saja, makanan yang tidak aku sukai tidak akan membuatku nafsu makan.
“……”
“Um, Natsukawa… san?”
Dia terdengar sangat perhatian sebelumnya, namun begitu dia mengetahui tentang makan siangku hari ini, dia terdiam.
Ada yang salah…mungkin aku menginjak ranjau darat? Oh ya, dia adalah Kakak perempuan yang sangat perhatian pada Adikknya, Airi. Jadi, dia mungkin melatihnya untuk makan makanan seperti paprika.
“Um—”
“Apa kamu … tidak suka paprika?”
“A-Ah, ya..”
“Hm, begitu. Kenapa kamu tidak suka paprika?”
“..’Kenapa’ katamu? Yah, paprika itu pahit..”
“Hm.. paprika pahit, ya?”
“N-Natsukawa-san?”
“Tidak, bukan apa-apa ..”
“”……'”
Seseorang tolong selamatkan aku…
Dia cukup ketat dalam hal makanan, karena dia seorang Kakak perempuan. Terkadang, kau harus tegas. Sudah lama sejak aku mendapat tatapan jijik darinya. Aku merasa sangat hidup sekarang, lebih baik mulai bekerja.
“……”
“Apa-”
Aku membuang muka mencoba melarikan diri dari tekanannya, hanya untuk bayangan yang kulihat tiba-tiba berjalan ke arahku. Dengan sedikit jarak di antara kami, Natsukawa duduk di sebelah kiriku, meletakkan kotak makan siang dengan desain yang lucu di atas pangkuannya. Pada saat yang sama, laptop di pangkuanku sepertinya telah membaca suasana dan masuk ke mode tidur.
…. Hei, tunggu, jangan mati!
Bertemu dengan situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, bahkan pengetahuanku tentang teknologi tertidur dan aku salah mengetik kata sandi ketika mencoba menyalakan kembali laptopku.
Ini … cukup sulit. Tenanglah, Wataru .
Natsukawa merasa tidak enak karena membuatku melakukan begitu banyak pekerjaan. > Dia baik.
Itu sebabnya, dia setidaknya mencoba untuk berpartisipasi dan membantunya. > Dia rajin.
Dia melihat bahwa ruang komite terkunci. Jadi, dia mencariku. > Kenapa?
Aku tidak harus pilih-pilih. > aku minta maaf.
Dia duduk di sebelahku. > Kenapa?
Meskipun paruh kedua tidak masuk akal bagiku, jawabannya masih sejelas siang hari—Natsukawa adalah seorang Dewi. Dan aku tidak bisa menahannya di sini karena alasan egoisku. Atau lebih tepatnya, kurasa aku tidak bisa melakukan pekerjaan apa pun dengannya sedekat ini denganku.
“Um, Natsukawa…? Kau tidak harus menemaniku di sini. Aku bisa melakukan ini sendiri. ”
“Hah…?”
“Ah, tidak, um… aku tidak ingin membuatmu bosan. Jadi, kalau kau terus di sini bersama pria sepertiku …”
Kebijakanku tidak mengizinkanku bekerja sambil mengabaikan Natsukawa sepenuhnya. Aku lebih suka dia kembali ke kelas sehingga dia bisa bersenang-senang dengan teman-temannya. Aku yakin banyak orang akan lebih suka hal-hal seperti itu.
“…T-Tidak apa-apa, aku ingin di sini.”
“Ah, dimengerti…”
…Eh? Apa ini? Situasi macam apa ini? Serius, dia tidak akan kembali ke kelas? Haruskah aku mengantarnya kembali ke kelas? Atau haruskah aku membiarkannya saja? Dia masih ingin berada di sini, meskipun aku ada di sini? Perubahan macam apa ini? Oh, Kami-sama …. aku ingin menangis begitu keras, kalau bisa..Tapi serius, apa ini?
Aku tidak bisa menyembunyikan kebingunganku saat aku membuka kata sandi laptopku. Untungnya, aku tidak mengacaukan kata sandiku untuk kedua kalinya. Meskipun situasi ini membuatku sangat sulit, aku mencoba yang terbaik untuk membuat kemajuan.
Um…Aku tidak mengacaukan apapun, kan?
Aku membuka folder ‘Checked’ hanya untuk memeriksa sekali lagi.
“…. Mn, jadi ini yang kamu lakukan.”
“Y-Ya …”
Natsukawa mengintip ke layar, sambil berkomentar. Rambut panjangnya menggelitik bahuku, membuat aroma manis melayang ke arahku. Aku benar-benar berpikir aku akan mati di sini.
“…!”
Pada saat yang sama, Natsukawa dengan santai membuka kotak makan siangnya.
Sekarang tunggu sebentar! Bahkan jika dia tidak ingin berbicara denganku, aku tidak bisa fokus dengan Natsukawa tepat di sebelahku. Bajingan macam apa yang bisa mengabaikan gadis yang disukainya duduk di sebelahnya dan hanya fokus pada pekerjaannya. Kau harus menjadi biksu seperti apa, sebenarnya. Sekarang saatnya untuk mengingat apa yang aku pelajari di dojo Shinomiya-senpai. Aku tidak bisa membuat kakeknya memandang rendah diriku. Saatnya untuk zen pamungkas… Haaaaaaaaa!
——————
‘Wataru, katakan ‘Ahn’~’
‘A-Ahn…’
———————————————
Oi, khayalanku! Biarkan aku mengambil alih! Bajingan, kenapa Natsukawa menyuapimu Tamagoyakinya!? Apa kau pikir aku akan mengabaikan perbedaan seperti itu dibandingkan dengan kenyataan? Bahkan jika ini adalah fantasiku sendiri, ada hal baik dan buruk yang bisa kau impikan, kau dengar aku? Jangan buka mulutmu yang kotor dan berbau seperti itu. Pergi ke dokter gigi, lakukan pembersihan menyeluruh, lalu kembali lagi.
“W-Wataru…”
“Hm, apa—Eh?”
Aku menggerakkan tanganku lebih cepat untuk mengatasi amarah yang mendidih di dalam diriku ketika Natsukawa tiba-tiba memanggilku. Aku berbalik tanpa ragu-ragu, hanya untuk bertemu dengan Natsukawa mendorong sesuatu yang dipegang di antara sumpitnya ke arahku sambil membuat piring kecil di bawahnya dengan tangan kirinya.
“Um, apa, em…”
“A-Ayo, cepat katakan ‘Ahn’…”
“Eh!? Apa ini!? Serius!? Aku tidak sedang menghayal, kan?!”
“M-Muu, cepat buka mulutmu!”
Karena suaranya terdengar gelisah, aku melakukan apa yang diperintahkan dan dia segera memasukkan benda itu ke dalam mulutku. Namun, kebingunganku membuatku tidak dapat menyaring rasanya. Aku dapat mengatakan bahwa itu adalah sesuatu yang sulit, setidaknya. Aku mencoba menggigitnya dan langsung sadar.
“Apakah ini … paprika?”
“…Bagaimana rasanya?”
“Ugh… pahit… Tapi, tidak terlalu pahit.”
“Ini tidak pahit!”
“Mungkin, ini sedikit…”
“Ini tidak pahit!”
“Mngh…”
Aku bisa mendengar suara mengunyah di dalam mulutku langsung di telingaku. Aku yakin dia berusaha keras saat memasak untuk Airi-chan. Tapi, sangat sulit mencoba mengubah rasa awal suatu bahan. Semakin aku mengunyahnya, semakin aku bisa merasakan kepahitan yang berbeda di bagian belakang mulutku. Pada saat yang sama, Natsukawa terus melantunkan bahwa itu tidak pahit. Pada akhir periode mengunyah yang singkat, aku berhasil menelan semuanya. Aku menatap Natsukawa dengan air mata di mataku, yang menunjukkan ekspresi puas.
“Hehe, aku tahu kamu bisa memakannya.”
“Kenapaaa…?”
“Dengar, kalau kamu cuma makan roti. Kamu akan kekurangan nutri, kau tahu?”
“Sangat pahit…”
“Ayo, tahan sebentar..” Natsukawa menggelengkan kepalanya dan menunjukkan senyum tipis.
Aneh… jantungku berdetak lebih kencang. Bukankah ini bagian di mana aku harus marah padanya karena memberiku sesuatu yang tidak kusukai? Dia sangat imut, aku tidak bisa marah padanya. Aku sangat ingin bertukar posisi dengan Airi-chan. Ini membuatku tersadar akan sesuatu.
“Ah, kamu masih ada pekerjaan ‘kan? Apa itu sudah selesai?”
“T-Tunggu… tidak bisakah kita melanjutkan ‘Ahn’? Paling tidak, biarkan aku mencicipi Tamagoyaki—”
“Jangan lihat ke sini. Fokus pada pekerjaanmu.”
“U-Ugh …”
“Ini yang berikutnya.”
Aku mengembalikan pandanganku ke layar. Setelah menggerakkan tanganku beberapa saat, Natsukawa berkata, “Buka mulutmu.” Aku menaikkan harapanku sejenak, tapi setelah mengunyah benda itu sejenak, rasa pahit yang familiar memenuhi mulutku. Aku berhasil menelannya ketika potongan lain didorong ke mulutku.
… Pahit, setidaknya beri aku tamagoyaki atau sesuatu … itu saja yang akan membuat mulutku merasakan kebahagiaan dan kegembiraan untuk sekali — Tunggu, kebahagiaan dan kegembiraan?
“………”
Tunggu, apa yang aku lakukan? Atau lebih tepatnya, apa yang Natsukawa lakukan? Apakah ini yang kupikirkan? Dia menyuapiku makan. Dan, kenapa aku merasa tidak senang meskipun harapanku terkabul?
“……”
“Hehe. Lihat, udah habis.”
Um, Natsukawa-san?
Aku merasa ada masalah yang lebih mendasar di sini.
Apakah kau tidak merasa malu atau canggung? Dan mengapa aku dari semua orang? Dia sangat imut. Dan juga, apakah hanya aku yang gugup? Apa hanya aku yang sadar dengan situasi ini? Serius? Dia benar-benar tidak melihatku sebagai laki-laki, ya. Aku tahu, tapi itu masih menyakitkan.
“Uk …”
Sekarang hatiku terasa lebih pahit daripada bagian dalam mulutku. Aku mengeluarkan sebotol kecil teh dari kantong plastik dan menyesapnya. Sayangnya, kepahitan itu masih tersisa.
“Waktunya bekerja lagi…”
“Ayolah, jangan mulai merajuk seperti itu.”
Yah, setelah ditolak dan dibenci, kurasa kita telah menempuh perjalanan panjang untuk mencapai titik ini. Jadi, aku harus bersyukur. Bahkan jika dia tidak melihatku sebagai laki-laki, dia berbagi makan siangnya denganku. Jadi, tidak ada hadiah yang lebih besar. Aku tidak bisa sebingung ini hanya karena beberapa makanan. Yang didahulukan sekarang adalah pekerjaan.
“…Ah…” Natsukawa mengeluarkan suara bingung.
“Hm? Ada apa?”
“…Eh?! Ah, tidak, bukan apa-apa!”
“Begitu?”
Kupikir dia menjatuhkan sesuatu dari kotak makan siangnya. Jadi, aku melihat ke bawah sambil masih menggerakkan tanganku di atas keyboard.
Sungguh bodoh bagiku untuk begitu menyadarinya…
Aku melihat sekeliling di tanah sambil mencoba menjauh dari roknya, tetapi aku tidak dapat menemukan sesuatu yang khusus.
“..…?”
Aku kembali menatap Natsukawa dengan bingung. Untuk beberapa alasan, dia duduk di sana membeku kaku, bahkan tidak menggerakkan sumpitnya lagi.
Apakah dia begitu puas menyiksaku dengan paprika sehingga dia sendiri tidak mau makan apa-apa? Apakah dia mencoba menahan diri karena aku masih bekerja?
Dengan rasa khawatir, aku mencoba mengatakan sesuatu padanya. Namun, dia tidak bergeming sama sekali, hanya menatap Tamagoyaki yang dia ambil di antara sumpitnya.
“Um, Natsukawa? Apa kau tidak mau makan?”
“Eh?! Ah.. Mn!”
“Hm? Ada apa?”
“A-Aku akan makan sisanya di kelas!”
“Eh?”
Natsukawa dengan cepat mengumpulkan makan siangnya, membungkus kain di sekelilingnya, dan bergegas kembali ke kelas. Karena ini semua terjadi dalam sekejap, aku benar-benar bingung.
Mungkin dia membuat janji lain dan hampir melupakannya? Entahlah, tapi rasanya seperti baru bangun dari mimpi.
Mungkin ini hanya pengalaman lain yang diperlukan bagiku untuk menjadi dewasa.
Setelah itu, aku membuat kemajuan yang mulus dengan pekerjaanku dan menyelesaikannya sebelum pelajaran berikutnya dimulai.